Memanas, China Respons Mobilisasi 300 Ribu Pasukan Cadangan Rusia
loading...
A
A
A
BEIJING - China menanggapi pengumuman mobilisasi militer parsial di Rusia dengan menyerukan penyelesaian damai konflik bersenjata di Ukraina.
“Posisi China bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam krisis keamanan harus menahan diri dan mencari solusi yang dapat diterima bersama telah konsisten dan jelas,” ungkap Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Dia mengatakan hal itu kepada wartawan selama pengarahan harian pada Rabu (21/9/2022), seperti dikutip sejumlah kantor berita.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi beberapa anggota cadangan militer pada Rabu.
Dalam pidato video kepada seluruh negara itu, dia mengatakan tindakan itu diperlukan karena situasi di Ukraina, di mana pasukan Rusia menghadapi “seluruh mesin militer Barat.”
Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergey Shoigu mengatakan departemennya sedang berusaha mendaftar ke dinas aktif sekitar 300.000 pasukan cadangan.
Shoigu akan memprioritaskan pasukan cadangan yang memiliki pengalaman tempur dan profesi tertentu yang diperlukan untuk mempertahankan kampanye Ukraina.
“Pasukan akan menerima pelatihan tambahan sebelum diterjunkan,” papar menteri pertahanan Rusia.
Dia berjanji pasukan cadangan akan dikirim ke posisi defensif di sepanjang garis depan sepanjang 1.000 km.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Beijing telah mengecam operasi militer Rusia, tetapi mengakui manfaat dari tindakan Moskow. Pemerintah China percaya ekspansi NATO menuju perbatasan Rusia menjadi penyebab utama permusuhan.
China telah menolak bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menyebut pendekatan itu ilegal dan merusak perdamaian.
“Posisi China bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam krisis keamanan harus menahan diri dan mencari solusi yang dapat diterima bersama telah konsisten dan jelas,” ungkap Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Dia mengatakan hal itu kepada wartawan selama pengarahan harian pada Rabu (21/9/2022), seperti dikutip sejumlah kantor berita.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi beberapa anggota cadangan militer pada Rabu.
Dalam pidato video kepada seluruh negara itu, dia mengatakan tindakan itu diperlukan karena situasi di Ukraina, di mana pasukan Rusia menghadapi “seluruh mesin militer Barat.”
Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergey Shoigu mengatakan departemennya sedang berusaha mendaftar ke dinas aktif sekitar 300.000 pasukan cadangan.
Shoigu akan memprioritaskan pasukan cadangan yang memiliki pengalaman tempur dan profesi tertentu yang diperlukan untuk mempertahankan kampanye Ukraina.
“Pasukan akan menerima pelatihan tambahan sebelum diterjunkan,” papar menteri pertahanan Rusia.
Dia berjanji pasukan cadangan akan dikirim ke posisi defensif di sepanjang garis depan sepanjang 1.000 km.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Beijing telah mengecam operasi militer Rusia, tetapi mengakui manfaat dari tindakan Moskow. Pemerintah China percaya ekspansi NATO menuju perbatasan Rusia menjadi penyebab utama permusuhan.
China telah menolak bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menyebut pendekatan itu ilegal dan merusak perdamaian.
(sya)