Presiden Iran Perintahkan Penyelidikan Kematian Wanita Muda di Tahanan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran, Ebrahim Raisi , telah memerintahkan penyelidikan dalam kasus seorang wanita muda yang mengalami koma saat berada dalam tahanan di Teheran dan meninggal. Polisi Iran mengklaim, wanita itu menderita serangan jantung.
Menurut kantor berita IRNA yang dikelola negara, Jumat (16/9/2022), Presiden Raisi meminta Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi untuk “menyelidiki penyebab insiden dengan urgensi dan perhatian khusus”.
Menurut laporan di media sosial, Mahsa Amini (22), ditahan awal pekan ini oleh apa yang disebut pasukan “polisi moral” setelah petugas menemukan kesalahan pada jilbabnya. Mengenakan hijab menjadi kewajiban bagi wanita di Iran sejak setelah revolusi 1979 dan anggota polisi moral menegakkan aturan berpakaian yang ketat.
Polisi mengatakan pada hari Kamis, Amini dibawa ke rumah sakit setelah dia diduga mengalami serangan jantung saat dalam tahanan. Namun, paman Amini yang mengatakan, kemenakannya itu tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Situs resmi peradilan Iran, Mizan.news, mengatakan bahwa kepala jaksa Teheran, Ali Salehi, memerintahkan tim polisi ahli patologi forensik untuk memeriksa aspek medis dari kasus tersebut.
Polisi moralitas Iran telah dikritik dalam beberapa tahun terakhir atas perlakuannya terhadap orang-orang, terutama wanita muda, dan video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas memaksa wanita masuk ke kendaraan polisi.
Pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, telah mendukung sikap yang lebih lembut terhadap wanita yang tidak mematuhi aturan berpakaian resmi. Tetapi kelompok garis keras telah menyerukan hukuman yang keras dan bahkan cambukan, dengan alasan bahwa membiarkan perempuan menunjukkan rambut mereka mengarah pada kerusakan moral dan disintegrasi keluarga.
Pengadilan dalam beberapa tahun terakhir mendesak orang untuk menginformasikan tentang wanita yang tidak mengenakan jilbab. Sejak 2017, setelah puluhan wanita secara terbuka melepas jilbab mereka dalam gelombang protes, pihak berwenang mengambil tindakan lebih keras.
Menurut kantor berita IRNA yang dikelola negara, Jumat (16/9/2022), Presiden Raisi meminta Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi untuk “menyelidiki penyebab insiden dengan urgensi dan perhatian khusus”.
Menurut laporan di media sosial, Mahsa Amini (22), ditahan awal pekan ini oleh apa yang disebut pasukan “polisi moral” setelah petugas menemukan kesalahan pada jilbabnya. Mengenakan hijab menjadi kewajiban bagi wanita di Iran sejak setelah revolusi 1979 dan anggota polisi moral menegakkan aturan berpakaian yang ketat.
Polisi mengatakan pada hari Kamis, Amini dibawa ke rumah sakit setelah dia diduga mengalami serangan jantung saat dalam tahanan. Namun, paman Amini yang mengatakan, kemenakannya itu tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Situs resmi peradilan Iran, Mizan.news, mengatakan bahwa kepala jaksa Teheran, Ali Salehi, memerintahkan tim polisi ahli patologi forensik untuk memeriksa aspek medis dari kasus tersebut.
Polisi moralitas Iran telah dikritik dalam beberapa tahun terakhir atas perlakuannya terhadap orang-orang, terutama wanita muda, dan video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas memaksa wanita masuk ke kendaraan polisi.
Pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, telah mendukung sikap yang lebih lembut terhadap wanita yang tidak mematuhi aturan berpakaian resmi. Tetapi kelompok garis keras telah menyerukan hukuman yang keras dan bahkan cambukan, dengan alasan bahwa membiarkan perempuan menunjukkan rambut mereka mengarah pada kerusakan moral dan disintegrasi keluarga.
Pengadilan dalam beberapa tahun terakhir mendesak orang untuk menginformasikan tentang wanita yang tidak mengenakan jilbab. Sejak 2017, setelah puluhan wanita secara terbuka melepas jilbab mereka dalam gelombang protes, pihak berwenang mengambil tindakan lebih keras.