Komentar Tegas Rusia tentang Liz Truss Jadi Perdana Menteri Baru Inggris
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia tidak mengharapkan hubungannya dengan Inggris membaik setelah Liz Truss terpilih menjadi perdana menteri baru Inggris.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan hal itu pada Selasa (6/9/2022).
“Sejujurnya, dilihat dari pernyataan yang dibuat Truss pada negara kita ketika dia menjabat sebagai menteri luar negeri dan menjadi kandidat (PM), orang dapat berasumsi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa tidak ada perubahan menjadi lebih baik yang dapat diharapkan,” ujar dia kepada wartawan.
Peskov juga menolak berkomentar apakah Presiden Rusia Vladimir Putin bermaksud memberi selamat kepada Truss atas kemenangannya, dengan mengatakan lebih baik bertanya kepada presiden Rusia sendiri.
Pada Senin, Liz Truss terpilih memimpin Partai Konservatif dan menjadi perdana menteri Inggris berikutnya setelah pertarungan dua bulan melawan sejumlah pesaing, termasuk mantan menteri keuangan Rishi Sunak.
Truss menang dengan selisih 57,4% berbanding 42,6%. Kemenangannya tidak mengejutkan karena jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan dia menikmati dukungan luar biasa di antara anggota Tory (Partai Konservatif).
Sebagai menteri luar negeri, Truss telah bersikap keras terhadap Rusia, mengutuk Moskow atas serangan militernya di Ukraina.
Selama kampanyenya untuk kepemimpinan Tory, dia mengklaim telah “menghadapi (Presiden Rusia) Vladimir Putin dengan menargetkan Rusia dengan sanksi terberat yang pernah dilihat rezimnya.”
Pada akhir Agustus, juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan, di Kementerian Luar Negeri Inggris yang dipimpin Truss, juga menyatakan Rusia “tidak memiliki hak moral” untuk menghadiri KTT G20 di Bali yang dijadwalkan pada November karena “agresinya di Ukraina.”
Liz Truss secara resmi akan memulai pekerjaan barunya setelah perdana menteri yang akan keluar, Boris Johnson mengunjungi Ratu Elizabeth untuk mengajukan pengunduran dirinya pada Selasa.
Johnson mundur menyusul serangkaian skandal profil tinggi dan gelombang pengunduran diri anggota kabinet senior.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan hal itu pada Selasa (6/9/2022).
“Sejujurnya, dilihat dari pernyataan yang dibuat Truss pada negara kita ketika dia menjabat sebagai menteri luar negeri dan menjadi kandidat (PM), orang dapat berasumsi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa tidak ada perubahan menjadi lebih baik yang dapat diharapkan,” ujar dia kepada wartawan.
Peskov juga menolak berkomentar apakah Presiden Rusia Vladimir Putin bermaksud memberi selamat kepada Truss atas kemenangannya, dengan mengatakan lebih baik bertanya kepada presiden Rusia sendiri.
Pada Senin, Liz Truss terpilih memimpin Partai Konservatif dan menjadi perdana menteri Inggris berikutnya setelah pertarungan dua bulan melawan sejumlah pesaing, termasuk mantan menteri keuangan Rishi Sunak.
Truss menang dengan selisih 57,4% berbanding 42,6%. Kemenangannya tidak mengejutkan karena jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan dia menikmati dukungan luar biasa di antara anggota Tory (Partai Konservatif).
Sebagai menteri luar negeri, Truss telah bersikap keras terhadap Rusia, mengutuk Moskow atas serangan militernya di Ukraina.
Selama kampanyenya untuk kepemimpinan Tory, dia mengklaim telah “menghadapi (Presiden Rusia) Vladimir Putin dengan menargetkan Rusia dengan sanksi terberat yang pernah dilihat rezimnya.”
Pada akhir Agustus, juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan, di Kementerian Luar Negeri Inggris yang dipimpin Truss, juga menyatakan Rusia “tidak memiliki hak moral” untuk menghadiri KTT G20 di Bali yang dijadwalkan pada November karena “agresinya di Ukraina.”
Liz Truss secara resmi akan memulai pekerjaan barunya setelah perdana menteri yang akan keluar, Boris Johnson mengunjungi Ratu Elizabeth untuk mengajukan pengunduran dirinya pada Selasa.
Johnson mundur menyusul serangkaian skandal profil tinggi dan gelombang pengunduran diri anggota kabinet senior.
(sya)