Apakah China Membantu Rusia di Perang Rusia-Ukraina? Ini Jawabannya

Senin, 29 Agustus 2022 - 21:07 WIB
loading...
Apakah China Membantu Rusia di Perang Rusia-Ukraina? Ini Jawabannya
Presiden China Xi Jinping (kanan) memberi selamat pada Presiden Rusia Vladimir Putin setelah menganugerahkan Friendship Medal di Balai Agung Rakyat, Beijing, China 8 Juni 2018. Foto/Greg Baker/REUTERS
A A A
BEIJING - Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada Februari 2022. Pasukan negara itu meluncurkan berbagai jenis serangan ke Ukraina, salah satunya adalah dengan menembakkan rudal.

Hingga saat ini, perang tersebut masih terjadi dan sudah menghancurkan banyak kota di Ukraina.

Satu pertanyaan besar yang muncul di benak banyak pihak adalah, apakah China turut membantu Rusia dalam perang ini?



Selama ini diketahui jika China merupakan sekutu terdekat Rusia. Namun BBC menyebut China rupanya terlihat cukup menjaga jarak secara diplomatik dengan konflik tersebut.

Bahkan, China memilih untuk abstain pada pemungutan suara yang menentang invasi Rusia ke Ukraina.

Hal tersebut mengindikasikan China cukup netral dan menginginkan adanya solusi damai. Namun demikian, China terlihat belum mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.



Sebagai sekutu terdekat, nampaknya China turut “membantu” Rusia dari sisi ekonomi. Di masa-masa awal Rusia melancarkan invasi, total perdagangan antara Rusia dan China meningkat melebihi 12% dari tahun 2021.

Masih melansir laman BBC, China adalah salah satu pasar terbesar bagi Rusia untuk menjual minyak, batu bara, dan gas.

Seminggu sebelum invasi, Rusia dan China menyepakati penjualan terbaru batu bara dengan nilai melebihi angka USD20 miliar.

Tidak hanya itu, kesepakatan lain yang juga berhasil diteken adalah terkait pembelian mintak dan gas yang nilainya mencapai USD117,5 miliar.

Data lain yang diungkap laman Radio Free Europe/Radio Liberty, China dan India membeli sekitar 2,4 juta barel minyak mentah milik Rusia per Mei 2022.

Meskipun harga pastinya tidak diumumkan dan Rusia disebut memberikan diskon harga yang sangat besar, namun Moskow dipastikan meraup keuntungan yang sangat besar dari penjualan mintak mentah tersebut.

Sejak invasi berlangsung, berbagai negara memberikan sanksi kepada Rusia. Salah satunya adalah Inggris yang mengubah tarif impornya. Negara itu diketahui juga melarang sejumlah komoditas untuk diekspor ke Rusia.

Sementara itu, China merasa tak percaya berbagai sanksi yang dijatuhkan ke Rusia bisa menekan krisis.

China, melalui Menteri Pertahanan dan Penasihat Negara Wei Fenghe, justru melihat pemberlakuan sanksi ini akan memperburuk keadaan dan menambah ketegangan.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1011 seconds (0.1#10.140)