Singgung Soal Ukraina, Rusia Blokir Perjanjian Nuklir PBB
loading...
A
A
A
NEW YORK - Rusia telah memblokir pengadopsian deklarasi bersama Konferensi PBB tentang Perluncutan Senjata Nuklir. Rusia keberatan dengan rancangan teks yang mengutip "keprihatinan serius" atas kegiatan militer di sekitar pembangkit nuklir Ukraina , khususnya Zaporizhzhia.
Rusia menentang bagian teks yang menyatakan "keprihatinan serius" atas kegiatan militer di sekitar pembangkit listrik Ukraina - termasuk pembangkit nuklir Zaporizhzhia, yang direbut Rusia pada awal perang di Ukraina.
Rancangan itu juga memuat pernyataan tentang hilangnya kendali oleh otoritas Ukraina yang kompeten atas lokasi-lokasi tersebut sebagai akibat dari kegiatan militer, dan dampak negatifnya yang mendalam terhadap keselamatan.
Perwakilan Rusia, Igor Vishnevetsky, mengatakan draft teks akhir tidak memiliki "keseimbangan".
"Delegasi kami memiliki satu keberatan utama pada beberapa paragraf yang secara terang-terangan bersifat politis," katanya seperti dikutip dari BBC, Minggu (28/8/2022).
Ia menambahkan bahwa negara-negara lain juga tidak setuju dengan teks tersebut.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan dia "sangat kecewa" dengan kurangnya kesepakatan.
"Rusia menghalangi kemajuan dengan menolak untuk berkompromi dengan usulan teks yang diterima oleh semua negara lain," katanya.
Penyesalan juga diungkapkan perwakilan Amerika Serikat (AS), Duta Besar Bonnie Jenkins.
"AS sangat menyesali hasil ini, dan terlebih lagi atas tindakan Rusia yang membawa kami ke sini hari ini," ujarnya.
Dokumen akhir membutuhkan persetujuan semua negara di konferensi. Sejumlah negara, termasuk Belanda dan China, menyatakan kekecewaannya karena tidak tercapainya konsensus.
Belanda mengatakan mereka puas dengan diskusi yang bermanfaat, tetapi sangat kecewa karena para peserta belum mencapai konsensus.
Sementara itu, Duta Besar China, mengatakan meskipun tidak ada kesepakatan, prosesnya adalah praktik penting dari keamanan bersama dan multilateralisme sejati.
Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir menyesalkan bahwa dalam satu tahun ketika negara bersenjata nuklir menyerang negara bersenjata non-nuklir, pertemuan hampir semua negara di dunia gagal untuk mengambil tindakan terhadap perlucutan senjata nuklir. Sedangkanpertemuan Asosiasi Kontrol Senjata yang berbasis di Washington mengatakan konferensi itu merupakan kesempatan yang terlewatkan untuk memperkuat perjanjian dan keamanan global.
Perjanjian Non-Proliferasi, yang didukung oleh 190 negara pada tahun 1970, mengikat negara-negara yang menandatangani - termasuk AS, Rusia, Prancis, Inggris, dan China - untuk mengurangi persediaan mereka dan melarang negara lain memperoleh senjata nuklir.
Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir ini ditinjau oleh 191 penandatangannya setiap lima tahun. Pada tahun 2015, para peserta juga gagal mencapai kesepakatan.
Sidang yang digelar pada tahun 2022 ini seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19. Kegagalan untuk menyetujui deklarasi bersama mengikuti konferensi empat minggu di New York.
Pekan lalu, pembangkit listrik Zaporizhzhia diputus sementara dari jaringan listrik, meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan bencana radiasi.
Militer Rusia mengambil alih pembangkit nuklir terbesar di Eropa pada awal Maret, tetapi masih dioperasikan oleh staf Ukraina dalam kondisi yang sulit.
Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), diperkirakan akan mengadakan kunjungan ke pabrik Zaporizhzhia dalam beberapa hari mendatang untuk memeriksa fasilitas di sana.
Pekan lalu, Rusia mengatakan akan mengizinkan inspektur IAEA untuk mengunjungi pabrik tersebut.
Rusia menentang bagian teks yang menyatakan "keprihatinan serius" atas kegiatan militer di sekitar pembangkit listrik Ukraina - termasuk pembangkit nuklir Zaporizhzhia, yang direbut Rusia pada awal perang di Ukraina.
Rancangan itu juga memuat pernyataan tentang hilangnya kendali oleh otoritas Ukraina yang kompeten atas lokasi-lokasi tersebut sebagai akibat dari kegiatan militer, dan dampak negatifnya yang mendalam terhadap keselamatan.
Perwakilan Rusia, Igor Vishnevetsky, mengatakan draft teks akhir tidak memiliki "keseimbangan".
"Delegasi kami memiliki satu keberatan utama pada beberapa paragraf yang secara terang-terangan bersifat politis," katanya seperti dikutip dari BBC, Minggu (28/8/2022).
Ia menambahkan bahwa negara-negara lain juga tidak setuju dengan teks tersebut.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan dia "sangat kecewa" dengan kurangnya kesepakatan.
"Rusia menghalangi kemajuan dengan menolak untuk berkompromi dengan usulan teks yang diterima oleh semua negara lain," katanya.
Penyesalan juga diungkapkan perwakilan Amerika Serikat (AS), Duta Besar Bonnie Jenkins.
"AS sangat menyesali hasil ini, dan terlebih lagi atas tindakan Rusia yang membawa kami ke sini hari ini," ujarnya.
Dokumen akhir membutuhkan persetujuan semua negara di konferensi. Sejumlah negara, termasuk Belanda dan China, menyatakan kekecewaannya karena tidak tercapainya konsensus.
Belanda mengatakan mereka puas dengan diskusi yang bermanfaat, tetapi sangat kecewa karena para peserta belum mencapai konsensus.
Sementara itu, Duta Besar China, mengatakan meskipun tidak ada kesepakatan, prosesnya adalah praktik penting dari keamanan bersama dan multilateralisme sejati.
Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir menyesalkan bahwa dalam satu tahun ketika negara bersenjata nuklir menyerang negara bersenjata non-nuklir, pertemuan hampir semua negara di dunia gagal untuk mengambil tindakan terhadap perlucutan senjata nuklir. Sedangkanpertemuan Asosiasi Kontrol Senjata yang berbasis di Washington mengatakan konferensi itu merupakan kesempatan yang terlewatkan untuk memperkuat perjanjian dan keamanan global.
Perjanjian Non-Proliferasi, yang didukung oleh 190 negara pada tahun 1970, mengikat negara-negara yang menandatangani - termasuk AS, Rusia, Prancis, Inggris, dan China - untuk mengurangi persediaan mereka dan melarang negara lain memperoleh senjata nuklir.
Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir ini ditinjau oleh 191 penandatangannya setiap lima tahun. Pada tahun 2015, para peserta juga gagal mencapai kesepakatan.
Sidang yang digelar pada tahun 2022 ini seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19. Kegagalan untuk menyetujui deklarasi bersama mengikuti konferensi empat minggu di New York.
Pekan lalu, pembangkit listrik Zaporizhzhia diputus sementara dari jaringan listrik, meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan bencana radiasi.
Militer Rusia mengambil alih pembangkit nuklir terbesar di Eropa pada awal Maret, tetapi masih dioperasikan oleh staf Ukraina dalam kondisi yang sulit.
Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), diperkirakan akan mengadakan kunjungan ke pabrik Zaporizhzhia dalam beberapa hari mendatang untuk memeriksa fasilitas di sana.
Pekan lalu, Rusia mengatakan akan mengizinkan inspektur IAEA untuk mengunjungi pabrik tersebut.
(ian)