Empat Alasan yang Bisa Memaksa Rusia Luncurkan Perang Nuklir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Moskow akan meluncurkan perang nuklir jika empat alasan terpenuhi, yang semuanya menghadirkan ancaman eksistensial bagi negara Rusia. Hal itu disampaikan Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev.
Berbicara kepada stasiun televisi Prancis, LCI, Medvedev ditanya apakah doktrin militer Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis. Mantan presiden itu menjawab bahwa postur nuklir Moskow telah dipublikasikan, dan tidak ada rahasia tentang itu.
“Ada empat alasan penggunaan senjata nuklir. Demi kepentingan dan untuk publik Prancis, saya akan menyebutkannya: peluncuran rudal nuklir, penggunaan senjata nuklir, serangan terhadap infrastruktur penting yang mengendalikan senjata nuklir, atau tindakan lain yang mengancam keberadaan negara [Rusia]," katanya, yang dilansir Sabtu (27/8/2022).
Dia menegaskan bahwa sejauh ini tidak ada dari empat hal tersebut yang terjadi.
Mengomentari kemungkinan penggunaan senjata atom taktis, atau senjata yang mengandung uranium, Medvedev mencatat bahwa Rusia tidak pernah menerapkannya, tidak seperti beberapa negara Barat.
“Selama 20-30 tahun terakhir, negara-negara NATO telah menggunakannya dengan cukup aktif baik di Yugoslavia maupun Irak. Ada beberapa ketidakpastian seputar topik ini, dengan konsekuensi yang sangat tragis. Jadi, dalam hal ini, pertama-tama kita harus melihat apa yang telah dilakukan negara-negara Barat dalam situasi tertentu,” kata mantan presiden Rusia tersebut.
"Tanggapan Rusia akan konsisten dengan ukuran ancaman yang dihadapi negara ini,” ujarnya. Menurutnya, serangan militer Moskow di Ukraina, yang dimulai pada akhir Februari, adalah tindakan defensif.
Salah satu alasan serangan itu, lanjut dia, adalah pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang mengatakan pada satu titik bahwa Kiev tidak menutup kemungkinan memulihkan potensi nuklirnya.
“Rupanya dia ingin menakut-nakuti kami, tetapi pada akhirnya dia menciptakan suasana yang lebih berat, yang pada akhirnya memaksa Federasi Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus,” katanya.
Pekan lalu, Ivan Nechaev, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa Moskow tidak perlu menggunakan opsi nuklir di Ukraina, dan bahwa Rusia adalah kekuatan nuklir yang bertanggung jawab, yang hanya akan menggunakan senjata atomnya jika keberadaannya benar-benar berada di bawah ancaman.
Berbicara kepada stasiun televisi Prancis, LCI, Medvedev ditanya apakah doktrin militer Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis. Mantan presiden itu menjawab bahwa postur nuklir Moskow telah dipublikasikan, dan tidak ada rahasia tentang itu.
“Ada empat alasan penggunaan senjata nuklir. Demi kepentingan dan untuk publik Prancis, saya akan menyebutkannya: peluncuran rudal nuklir, penggunaan senjata nuklir, serangan terhadap infrastruktur penting yang mengendalikan senjata nuklir, atau tindakan lain yang mengancam keberadaan negara [Rusia]," katanya, yang dilansir Sabtu (27/8/2022).
Dia menegaskan bahwa sejauh ini tidak ada dari empat hal tersebut yang terjadi.
Mengomentari kemungkinan penggunaan senjata atom taktis, atau senjata yang mengandung uranium, Medvedev mencatat bahwa Rusia tidak pernah menerapkannya, tidak seperti beberapa negara Barat.
“Selama 20-30 tahun terakhir, negara-negara NATO telah menggunakannya dengan cukup aktif baik di Yugoslavia maupun Irak. Ada beberapa ketidakpastian seputar topik ini, dengan konsekuensi yang sangat tragis. Jadi, dalam hal ini, pertama-tama kita harus melihat apa yang telah dilakukan negara-negara Barat dalam situasi tertentu,” kata mantan presiden Rusia tersebut.
"Tanggapan Rusia akan konsisten dengan ukuran ancaman yang dihadapi negara ini,” ujarnya. Menurutnya, serangan militer Moskow di Ukraina, yang dimulai pada akhir Februari, adalah tindakan defensif.
Salah satu alasan serangan itu, lanjut dia, adalah pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang mengatakan pada satu titik bahwa Kiev tidak menutup kemungkinan memulihkan potensi nuklirnya.
“Rupanya dia ingin menakut-nakuti kami, tetapi pada akhirnya dia menciptakan suasana yang lebih berat, yang pada akhirnya memaksa Federasi Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus,” katanya.
Pekan lalu, Ivan Nechaev, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa Moskow tidak perlu menggunakan opsi nuklir di Ukraina, dan bahwa Rusia adalah kekuatan nuklir yang bertanggung jawab, yang hanya akan menggunakan senjata atomnya jika keberadaannya benar-benar berada di bawah ancaman.
(min)