Gara-gara Miliki Nama Rusia, 76 Nasabah Diblokir Bank Prancis
loading...
A
A
A
PARIS - Sebanyak 76 warga Prancis dengan nama khas Rusia telah mengajukan gugatan pengadilan terhadap sejumlah bank di negara itu. Sebab, rekening mereka diblokir terkait penegakan sanksi anti-Rusia.
Puluhan orang itu tidak memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia. Seorang pengacara menggambarkannya sebagai "Kafkaesque".
Di bawah aturan embargo Uni Eropa (UE) yang diberlakukan sejak konflik di Ukraina meningkat pada Februari, bank-bank di seluruh negara blok Eropa dilarang menerima simpanan lebih dari 100.000 euro dari warga negara Rusia. Tujuannya adalah untuk
menindak “oligarki” dan taipan yang diduga dekat dengan pemerintah di Moskow.
Namun dalam semangat mereka untuk menegakkan sanksi, bank-bank di Prancis telah membekukan puluhan rekening warga biasa Prancis. Hal itu disampaikan pengacara Cartier-Meyniel-Schneller, firma hukum yang mewakili para penggugat.
Tindakan diskriminatif lainnya termasuk menolak aplikasi pinjaman dan menolak untuk membuka atau menutup rekening bank.
"Kami tidak berbicara tentang pemilik yacht atau vila di Cote d'Azur," kata Marie-Laure Cartier kepada surat kabar Le Figaro, menunjukkan keluhan yang mencantumkan mahasiswa, dokter, dan pemilik toko yang tertangkap di bawah palu penegakan sanksi.
Salah satu penggugat, seorang wiraswasta berusia 26 tahun bernama Maria, mendapati dirinya hanya dengan 30 euro di rekeningnya, dipaksa mengemis untuk memenuhi biaya seperti makanan atau sewa. Lainnya, yang diidentifikasi hanya sebagai Natalia, diberitahu oleh banknya bahwa rekeningnya diblokir. "Karena kewarganegaraan Anda dalam konteks saat ini," kata pengacara Alexandre Meyniel.
Menurutnya, bank-bank tersebut tidak melakukan apa-apa untuk membantu pelanggan mereka meskipun menerima keluhan resmi.
Para pengacara mengatakan semua penggugat memiliki satu kesamaan: nama yang terdengar seperti orang Rusia. Di antara mereka adalah warga negara Prancis seperti Evgueni Galperine, seorang komposer musik film terkenal.
“Saya lahir di Ural tetapi saya warga negara Prancis, menerima suaka politik pada usia 15 tahun,” kata Galperine kepada Le Figaro yang dilansir Sabtu (27/8/2022).
“Saya telah berada di bank yang sama selama 31 tahun dan saya tidak pernah memiliki masalah.”
Dia dan saudaranya, Sacha, telah tinggal di Paris sejak tahun 1990. Namun, pada bulan Juli, bank mengatakan kepadanya bahwa rekeningnya akan ditutup pada bulan September.
“Ini karena saya lahir di Rusia. Saya terkejut. Saya menyadari bahwa pada dasarnya saya adalah orang Prancis,” kata Galperine.
Menurutnya, diskriminasi semacam itu dimainkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai bukti bahwa Eropa membenci Rusia.
Para pengacara mengatakan gugatan diskriminasi diajukan ke pengadilan Paris pada hari Senin.
"Pengajuan awal tidak merinci sejauh mana kerusakan moneter yang terlibat, tetapi semua penggugat ini akan mengeklaim kompensasi finansial dari bank jika pengaduan berhasil," kata Cartier.
Puluhan orang itu tidak memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia. Seorang pengacara menggambarkannya sebagai "Kafkaesque".
Di bawah aturan embargo Uni Eropa (UE) yang diberlakukan sejak konflik di Ukraina meningkat pada Februari, bank-bank di seluruh negara blok Eropa dilarang menerima simpanan lebih dari 100.000 euro dari warga negara Rusia. Tujuannya adalah untuk
menindak “oligarki” dan taipan yang diduga dekat dengan pemerintah di Moskow.
Namun dalam semangat mereka untuk menegakkan sanksi, bank-bank di Prancis telah membekukan puluhan rekening warga biasa Prancis. Hal itu disampaikan pengacara Cartier-Meyniel-Schneller, firma hukum yang mewakili para penggugat.
Tindakan diskriminatif lainnya termasuk menolak aplikasi pinjaman dan menolak untuk membuka atau menutup rekening bank.
"Kami tidak berbicara tentang pemilik yacht atau vila di Cote d'Azur," kata Marie-Laure Cartier kepada surat kabar Le Figaro, menunjukkan keluhan yang mencantumkan mahasiswa, dokter, dan pemilik toko yang tertangkap di bawah palu penegakan sanksi.
Salah satu penggugat, seorang wiraswasta berusia 26 tahun bernama Maria, mendapati dirinya hanya dengan 30 euro di rekeningnya, dipaksa mengemis untuk memenuhi biaya seperti makanan atau sewa. Lainnya, yang diidentifikasi hanya sebagai Natalia, diberitahu oleh banknya bahwa rekeningnya diblokir. "Karena kewarganegaraan Anda dalam konteks saat ini," kata pengacara Alexandre Meyniel.
Menurutnya, bank-bank tersebut tidak melakukan apa-apa untuk membantu pelanggan mereka meskipun menerima keluhan resmi.
Para pengacara mengatakan semua penggugat memiliki satu kesamaan: nama yang terdengar seperti orang Rusia. Di antara mereka adalah warga negara Prancis seperti Evgueni Galperine, seorang komposer musik film terkenal.
“Saya lahir di Ural tetapi saya warga negara Prancis, menerima suaka politik pada usia 15 tahun,” kata Galperine kepada Le Figaro yang dilansir Sabtu (27/8/2022).
“Saya telah berada di bank yang sama selama 31 tahun dan saya tidak pernah memiliki masalah.”
Dia dan saudaranya, Sacha, telah tinggal di Paris sejak tahun 1990. Namun, pada bulan Juli, bank mengatakan kepadanya bahwa rekeningnya akan ditutup pada bulan September.
“Ini karena saya lahir di Rusia. Saya terkejut. Saya menyadari bahwa pada dasarnya saya adalah orang Prancis,” kata Galperine.
Menurutnya, diskriminasi semacam itu dimainkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai bukti bahwa Eropa membenci Rusia.
Para pengacara mengatakan gugatan diskriminasi diajukan ke pengadilan Paris pada hari Senin.
"Pengajuan awal tidak merinci sejauh mana kerusakan moneter yang terlibat, tetapi semua penggugat ini akan mengeklaim kompensasi finansial dari bank jika pengaduan berhasil," kata Cartier.
(min)