Protes Eksekusi Aktivis, Kemenlu Prancis Panggil Dubes Myanmar
loading...
A
A
A
PARIS - Kementerian Luar Negeri Prancis memanggil Duta Besar Myanmar untuk Paris, Jumat (29/7/2022). Pemanggilan dilakukan untuk memprotes eksekusi 4 tahanan politik oleh junta militer, kata sebuah sumber diplomatik kepada AFP.
"Duta Besar Myanmar juga diingatkan akan seruan kami untuk segera mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh rezim militer Myanmar, pembebasan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang sejak kudeta pada Februari 2021 dan pembentukan proses dialog, termasuk semua pemangku kepentingan," jelas sumber tersebut.
Eksekusi yang diumumkan pada awal pekan ini adalah yang pertama di Myanmar dalam beberapa dekade. Ekekusi itu telah meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak lagi yang akan menyusul, mendorong seruan untuk tindakan internasional yang lebih keras terhadap junta yang sudah terisolasi.
Di antara empat yang dieksekusi adalah Phyo Zeya Thaw, mantan anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi dan aktivis demokrasi veteran Kyaw Min Yu - lebih dikenal sebagai "Ko Jimmy". Keduanya dijatuhi hukuman mati di bawah undang-undang anti-terorisme.
Junta Myanmar telah membalas kecaman internasional atas penggunaan hukuman mati, dengan mengatakan empat tahanan yang dieksekusi "pantas mendapatkan banyak hukuman mati".
“Ini adalah keadilan bagi rakyat. Para penjahat ini diberi kesempatan untuk membela diri,” kata juru bicara militer Myanmar, Zaw Min Tun dalam jumpa pers yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari Arab News, Selasa (26/7/2022).
“Keempat orang itu membunuh orang yang tidak bersalah, meskipun mereka dikatakan sebagai aktivis demokrasi. Kami menolak semua banding. Mereka pantas mendapatkan hukuman mati,” lanjut Min Tun.
"Duta Besar Myanmar juga diingatkan akan seruan kami untuk segera mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh rezim militer Myanmar, pembebasan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang sejak kudeta pada Februari 2021 dan pembentukan proses dialog, termasuk semua pemangku kepentingan," jelas sumber tersebut.
Eksekusi yang diumumkan pada awal pekan ini adalah yang pertama di Myanmar dalam beberapa dekade. Ekekusi itu telah meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak lagi yang akan menyusul, mendorong seruan untuk tindakan internasional yang lebih keras terhadap junta yang sudah terisolasi.
Di antara empat yang dieksekusi adalah Phyo Zeya Thaw, mantan anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi dan aktivis demokrasi veteran Kyaw Min Yu - lebih dikenal sebagai "Ko Jimmy". Keduanya dijatuhi hukuman mati di bawah undang-undang anti-terorisme.
Junta Myanmar telah membalas kecaman internasional atas penggunaan hukuman mati, dengan mengatakan empat tahanan yang dieksekusi "pantas mendapatkan banyak hukuman mati".
“Ini adalah keadilan bagi rakyat. Para penjahat ini diberi kesempatan untuk membela diri,” kata juru bicara militer Myanmar, Zaw Min Tun dalam jumpa pers yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari Arab News, Selasa (26/7/2022).
“Keempat orang itu membunuh orang yang tidak bersalah, meskipun mereka dikatakan sebagai aktivis demokrasi. Kami menolak semua banding. Mereka pantas mendapatkan hukuman mati,” lanjut Min Tun.
(esn)