Profil Ivan The Terrible, Tsar Rusia Pertama yang Kejam
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kekaisaran Rusia dikenal sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia yang mencakup wilayah Eropa, Asia, hingga Amerika Utara.
Kekaisaran ini dipimpin oleh “tsar” yang merupakan sebutan bagi kaisar Rusia pada masa itu. Di antara berbagai tsar yang memimpin, terdapat satu kaisar yang sangat populer.
Kepopulerannya bukan tanpa alasan. Sebagai tsar pertama Rusia, Ivan IV dikenal akan kegilaan dan kekejamannya.
Ivan Vasilyevich atau Ivan IV merupakan pangeran agung Moskow sekaligus tsar pertama Rusia. Meskipun konsep tsar dapat ditelusuri dari Ivan III, namun Ivan IV menjadi kaisar pertama Rusia yang dinobatkan sebagai tsar secara resmi.
Pada umur 17 tahun, Ivan IV yang merupakan cucu dari Ivan III secara resmi dinobatkan sebagai Tsar Pertama Rusia pada 1547 di Katedral Dormition, Moskow.
Pada tahun yang sama pula, Ivan IV menikahi istri pertamanya, Anastasia.
Pada awal pemerintahan, Ivan memperkenalkan reformasi dalam sistem pemerintahannya. Dia mereformasi hukum pidana dan administrasi kerajaan.
Salah satu tujuan dari reformasi ini adalah untuk membatasi kekuasaan aristokrat yang turun-temurun dan ruang gerak para bangsawan.
Sebagai seorang Kristen yang taat, Ivan juga memperkuat dan membuat sistemasi urusan gereja serta banyak memberikan sumbangan besar untuk biara-biara.
Dikenal sebagai Ivan The Terrible, Ivan IV memiliki kepribadian yang kompleks. Ivan IV mempunyai paranoid yang tinggi dan ketidakstabilan mental.
Kegilaannya semakin memuncak sejak kematian Anastasia, istri pertama sekaligus istri tercintanya. Meskipun tidak ada bukti saat itu, Ivan IV percaya bahwa istrinya telah diracuni oleh para musuhnya.
Karena kematian sang istri tersebut, Ivan melarikan diri dari Moskow ke Alexandrov. Di sana, ia menulis dua surat tentang keinginannya untuk turun takhta.
Absennya Ivan membuat ketidakstabilan pemerintahan. Akhirnya, utusan dari aristokrat dikirim untuk membujuk sang raja.
Ivan pun menyetujui permintaan itu dengan syarat bahwa dia dapat mengeksekusi siapa pun yang dicurigai telah mengkhianatinya.
Kegilaan raja Rusia pertama ini juga dapat terlihat ketika ia menciptakan Oprichniki. Oprichniki merupakan sebutan bagi anggota Oprichnina yang memerintah wilayah administratif Rusia.
Terdengar sebagai sistem pemerintahan biasa, namun Oprichniki memiliki kekuasaan penuh untuk menyiksa dan membunuh siapa saja yang dicurigai berkhianat.
Metode eksekusi yang dipakai pun tidak main-main. Mereka tidak segan untuk membunuh penghianat dengan cara direbus hidup-hidup, ditusuk, dipanggang atau dicabik-cabik oleh kuda.
Ledakan emosi yang semakin parah membuat Ivan turut membunuh putranya sendiri, sang putra mahkota, Ivan Ivanovich. Hal ini membuat takhta berpindah ke putra keduanya, Feodor I.
Tidak hanya itu, Ivan juga pernah memukul menantu perempuannya yang sedang hamil besar hingga keguguran. Tidak ada seorang pun yang aman dari Ivan The Terrible, termasuk para anggota keluarganya.
Ivan IV meninggal pada tahun 1584 karena terkena stroke saat sedang bermain catur dengan abdinya.
Lihat Juga: Pangeran Harry Siap Maafkan Keluarga Kerajaan, Raja Charles III dan William Tolak Rekonsiliasi
Kekaisaran ini dipimpin oleh “tsar” yang merupakan sebutan bagi kaisar Rusia pada masa itu. Di antara berbagai tsar yang memimpin, terdapat satu kaisar yang sangat populer.
Kepopulerannya bukan tanpa alasan. Sebagai tsar pertama Rusia, Ivan IV dikenal akan kegilaan dan kekejamannya.
Ivan Vasilyevich atau Ivan IV merupakan pangeran agung Moskow sekaligus tsar pertama Rusia. Meskipun konsep tsar dapat ditelusuri dari Ivan III, namun Ivan IV menjadi kaisar pertama Rusia yang dinobatkan sebagai tsar secara resmi.
Pada umur 17 tahun, Ivan IV yang merupakan cucu dari Ivan III secara resmi dinobatkan sebagai Tsar Pertama Rusia pada 1547 di Katedral Dormition, Moskow.
Pada tahun yang sama pula, Ivan IV menikahi istri pertamanya, Anastasia.
Pada awal pemerintahan, Ivan memperkenalkan reformasi dalam sistem pemerintahannya. Dia mereformasi hukum pidana dan administrasi kerajaan.
Salah satu tujuan dari reformasi ini adalah untuk membatasi kekuasaan aristokrat yang turun-temurun dan ruang gerak para bangsawan.
Sebagai seorang Kristen yang taat, Ivan juga memperkuat dan membuat sistemasi urusan gereja serta banyak memberikan sumbangan besar untuk biara-biara.
Dikenal sebagai Ivan The Terrible, Ivan IV memiliki kepribadian yang kompleks. Ivan IV mempunyai paranoid yang tinggi dan ketidakstabilan mental.
Kegilaannya semakin memuncak sejak kematian Anastasia, istri pertama sekaligus istri tercintanya. Meskipun tidak ada bukti saat itu, Ivan IV percaya bahwa istrinya telah diracuni oleh para musuhnya.
Karena kematian sang istri tersebut, Ivan melarikan diri dari Moskow ke Alexandrov. Di sana, ia menulis dua surat tentang keinginannya untuk turun takhta.
Absennya Ivan membuat ketidakstabilan pemerintahan. Akhirnya, utusan dari aristokrat dikirim untuk membujuk sang raja.
Ivan pun menyetujui permintaan itu dengan syarat bahwa dia dapat mengeksekusi siapa pun yang dicurigai telah mengkhianatinya.
Kegilaan raja Rusia pertama ini juga dapat terlihat ketika ia menciptakan Oprichniki. Oprichniki merupakan sebutan bagi anggota Oprichnina yang memerintah wilayah administratif Rusia.
Terdengar sebagai sistem pemerintahan biasa, namun Oprichniki memiliki kekuasaan penuh untuk menyiksa dan membunuh siapa saja yang dicurigai berkhianat.
Metode eksekusi yang dipakai pun tidak main-main. Mereka tidak segan untuk membunuh penghianat dengan cara direbus hidup-hidup, ditusuk, dipanggang atau dicabik-cabik oleh kuda.
Ledakan emosi yang semakin parah membuat Ivan turut membunuh putranya sendiri, sang putra mahkota, Ivan Ivanovich. Hal ini membuat takhta berpindah ke putra keduanya, Feodor I.
Tidak hanya itu, Ivan juga pernah memukul menantu perempuannya yang sedang hamil besar hingga keguguran. Tidak ada seorang pun yang aman dari Ivan The Terrible, termasuk para anggota keluarganya.
Ivan IV meninggal pada tahun 1584 karena terkena stroke saat sedang bermain catur dengan abdinya.
Lihat Juga: Pangeran Harry Siap Maafkan Keluarga Kerajaan, Raja Charles III dan William Tolak Rekonsiliasi
(sya)