Pakar Nilai Kudeta Gagal di Turki Dirancang untuk Singkirkan Oposisi

Kamis, 28 Juli 2022 - 19:16 WIB
loading...
Pakar Nilai Kudeta Gagal di Turki Dirancang untuk Singkirkan Oposisi
Para pakar menilai kudeta yang gagal di Turki pada 2016 merupakan operasi palsu yang dirancang untuk menyingkirkan para oposisi. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Para pakar politik menilai kudeta yang gagal terhadap pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tahun 2016 silam seperti operasi palsu yang dirancang untuk menyingkirkan para oposisi.

Executive Director of Alliance for Shared Values, New Jersey, Amerika Serikat (AS), Y. Alp Aslandogan, menyatakan dunia saat ini diwarnai dengan para pemimpin yang merebut kekuasaan besar-besaran dan mengukuhkan diri dalam kekuasaan setelah "terpilih".

Apa yang disebut "manual otokrat", yang mereka gunakan termasuk memperluas kekuasaan eksekutif dengan mengorbankan Parlemen dan lembaga pemerintah, telah menekan perbedaan pendapat demokratis, menarik populisme dan nasionalisme, mengendalikan media dan informasi, memperkaya pengusaha setia dan menundukkan orang lain.

"’Manual otokrat’ ini, pada tingkat yang berbeda, yang bisa dilihat terjadi di antara para pemimpin negara-negara seperti Nikaragua, Venezuela, Hongaria, Belarusia, Rusia dan Turki, yang telah menambahkan babak baru dari 'Sebuah Kudeta Bertahap'," kata Aslandogan, seperti dikutip dari Gazeta Express, Kamis (28/7/2022).



Menurut Aslandogan, enam tahun lalu pada 15 Juli 2016, sekelompok personel militer Turki dimobilisasi dalam upaya kudeta untuk menggulingkan pemerintah Erdogan, yang merenggut nyawa lebih dari 250 orang dan melukai lebih dari 2.100 orang.

Dia mengatakan tentara Turki melakukan kudeta militer dan meskipun pemerintahan telah berubah tiga kali sebelumnya sebagai akibat dari kudeta, namun kudeta terakhir itu sebenarnya tidak menyuguhkan kasus yang sama.

"Ketidakmampuan yang luar biasa dari upaya ini dikombinasikan dengan sambutan gembira Presiden Erdogan, yang mengumumkan tersangka pelaku tanpa penyelidikan, pembersihan besar-besaran dan cepat berdasarkan daftar pembersihan yang sudah ada sebelumnya, membuat pengamat asing percaya bahwa ini bukan kudeta nyata tetapi sebuah kudeta yang dipentaskan," kata Aslandogan.

David Weinberg, Wakil Presiden Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem, mengatakan bahwa insiden itu mengandung tanda-tanda yang jelas dari operasi palsu, yaitu operasi penyamaran yang tampaknya dilakukan oleh pihak lain.

Upaya itu, lanjut pakar tersebut, sangat ceroboh. Sebab, diluncurkan pada hari yang "salah" dalam seminggu dan pada waktu yang salah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1969 seconds (0.1#10.140)