Serangan Rudal Rusia Tewaskan Puluhan Tentara Asing, Mayoritas Asal Polandia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Lebih dari 40 tentara asing, sebagian besar adalah warga negara Polandia , tewas oleh serangan rudal Rusia di Donbas, Ukraina . Demikian klaim Kementerian Pertahan Rusia, Selasa (26/7/2022).
"Rudal presisi tinggi berbasis udara menghantam titik penempatan sementara unit Legiun Internasional Ukraina di dekat Konstantinovka di Republik Rakyat Donetsk (DPR), dan menghabisi lebih dari 40 tentara bayaran asing, kebanyakan dari mereka orang Polandia,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Russia Today.
Ini menambah daftar pejuang asing yang kehilangan nyawa saat berjuang untuk Ukraina. Pekan lalu, Rusia mengatakan angkatan bersenjatanya telah membunuh hingga 250 tentara bayaran di pemukiman yang sama, menghancurkan sejumlah kendaraan militer.
Militer Rusia juga melakukan serangan udara terhadap posisi Brigade Mekanik ke-72 Angkatan Darat Ukraina di desa Zaitsevo, menghancurkan lebih dari 70 “nasionalis” dan satu gudang amunisi.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa serangan presisi tinggi di dekat kota Nikolayev di Ukraina selatan telah menghancurkan satu batalyon artileri Brigade Infanteri Bermotor ke-59 Ukraina.
"Brigade mengalami kerugian lebih dari 70% personel dan peralatan militernya," menurut pengarahan Kementerian Pertahan Rusia.
Unit militer legiun internasional Kiev dibentuk pada akhir Februari atas permintaan Presiden Volodymyr Zelensky, dan secara resmi dikenal sebagai Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina.
Menurut data Kementerian Pertahanan Rusia, per 17 Juni, 6.956 warga asing dari 64 negara telah tiba di Ukraina guna berjuang untuk negara itu sejak serangan Rusia pada 24 Februari.
"Sebanyak 1.956 di antaranya tewas, sementara 1.779 telah meninggalkan negara itu," kata Kementerian Pertahanan Rusia saat itu.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Sejak saat itu, mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
"Rudal presisi tinggi berbasis udara menghantam titik penempatan sementara unit Legiun Internasional Ukraina di dekat Konstantinovka di Republik Rakyat Donetsk (DPR), dan menghabisi lebih dari 40 tentara bayaran asing, kebanyakan dari mereka orang Polandia,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Russia Today.
Ini menambah daftar pejuang asing yang kehilangan nyawa saat berjuang untuk Ukraina. Pekan lalu, Rusia mengatakan angkatan bersenjatanya telah membunuh hingga 250 tentara bayaran di pemukiman yang sama, menghancurkan sejumlah kendaraan militer.
Militer Rusia juga melakukan serangan udara terhadap posisi Brigade Mekanik ke-72 Angkatan Darat Ukraina di desa Zaitsevo, menghancurkan lebih dari 70 “nasionalis” dan satu gudang amunisi.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa serangan presisi tinggi di dekat kota Nikolayev di Ukraina selatan telah menghancurkan satu batalyon artileri Brigade Infanteri Bermotor ke-59 Ukraina.
"Brigade mengalami kerugian lebih dari 70% personel dan peralatan militernya," menurut pengarahan Kementerian Pertahan Rusia.
Unit militer legiun internasional Kiev dibentuk pada akhir Februari atas permintaan Presiden Volodymyr Zelensky, dan secara resmi dikenal sebagai Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina.
Menurut data Kementerian Pertahanan Rusia, per 17 Juni, 6.956 warga asing dari 64 negara telah tiba di Ukraina guna berjuang untuk negara itu sejak serangan Rusia pada 24 Februari.
"Sebanyak 1.956 di antaranya tewas, sementara 1.779 telah meninggalkan negara itu," kata Kementerian Pertahanan Rusia saat itu.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Sejak saat itu, mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(ian)