Profil Aidh Al-Qarni, Ulama Arab Saudi yang Pernah Jadi Korban Penyerangan di Filipina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seorang ulama Arab Saudi pernah menjadi korban penyerangan di Filipina. Ulama tersebut bernama Syekh Aidh al-Qarni.
Dikutip dari Al-Arabiya News, dia bersama seorang diplomat Arab Saudi terluka dalam penyerangan yang dilakukan oleh seorang pria bersenjata dan dua rekannya.
Siapa sebenarnya Syekh Aidh al-Qarni?
Syekh Dr Aidh ibn Abdullah al-Qarni merupakan seorang cendekiawan, penulis, dan aktivis muslim Arab Saudi. Ulama kelahiran 1960 ini berasal dari keluarga Majdu di perkampungan al-Qarn, bagian selatan Kerajaan Arab Saudi.
Dibesarkan oleh keluarga yang taat agama, sejak kecil dia sudah diperkenalkan oleh ayahnya dengan aktivitas keagamaan. Selain itu, ayahnya juga turut memperkenalkan berbagai macam buku bacaan kepadanya.
Pada riwayat pendidikannya, al-Qarni pernah menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Ali Salman. Setelahnya, dia lanjut ke Ma’had Ilmi semenjak di bangku SMP. Dia menamatkan gelar sarjana (Lc), Magister (M.A), dan doktor di Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Arab Saudi.
Saat berusia 23 tahun, dia telah hafal Al-Qur’an dan Kitab Bulughul Maram. Selain itu, dia juga mengajarkan sekitar 5.000-an Hadits dan 10.000-an bait syair. Sekitar 1.000-an judul kaset berisikan ceramah, kuliah, serta kumpulan syair dan puisinya telah dipublikasikan.
Selain memberikan ceramah seputar agama, al-Qarni juga menulis berbagai buku. Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah buku berjudul La Tahzan.
Dalam riwayat hidupnya, ulama Arab Saudi ini pernah masuk penjara. Menurutnya, dirinya berada di balik jeruji besi karena telah menulis 50 bait qasidah (puisi) yang dianggap memiliki unsur atau pengaruh politik yang berlawanan dengan pemerintah.
Sekitar tahun 2016, al-Qarni menjadi korban serangan bersenjata saat berada di Filipina.
Peristiwa tersebut terjadi setelah dia meninggalkan auditorium Universitas di Kota Zamboanga, Filipina. Sebelumnya, dia telah memberikan sebuah pidato di tempat tersebut.
Penyerangan dilakukan oleh seorang pria bersenjata bersama dua rekannya. Dalam peristiwa ini, al-Qarni dan diplomat Arab Saudi Syaikh Turki Assaegh berhasil selamat, namun keduanya terluka.
Pengawal polisi Filipina berhasil membunuh penyerang tunggal dan membekuk dua tersangka lainnya.
Rekaman yang ditayangkan oleh stasiun berita lokal MENSAH TV, menunjukkan pria bersenjata itu muncul dari kerumunan, bergerak mendekat dan menembak korban saat dia menaiki mobilnya.
Juru bicara polisi setempat, Inspektur Kepala Helen Galvez, menambahkan bahwa pria bersenjata itu kemudian berjalan ke sisi lain kendaraan dan menembak diplomat Saudi.
Aidh al-Qarni ditembak di bahu kanan, lengan kiri dan dada sementara Assaegh, terluka di paha kanan dan kaki kirinya.
Salah satu laporan mengatakan bahwa percobaan pembunuhan ini memiliki hubungan dengan kelompok militan ISIS. Seperti diketahui sebelumnya al-Qarni telah masuk target pembunuhan kelompok tersebut.
Dikutip dari Al-Arabiya News, dia bersama seorang diplomat Arab Saudi terluka dalam penyerangan yang dilakukan oleh seorang pria bersenjata dan dua rekannya.
Siapa sebenarnya Syekh Aidh al-Qarni?
Syekh Dr Aidh ibn Abdullah al-Qarni merupakan seorang cendekiawan, penulis, dan aktivis muslim Arab Saudi. Ulama kelahiran 1960 ini berasal dari keluarga Majdu di perkampungan al-Qarn, bagian selatan Kerajaan Arab Saudi.
Dibesarkan oleh keluarga yang taat agama, sejak kecil dia sudah diperkenalkan oleh ayahnya dengan aktivitas keagamaan. Selain itu, ayahnya juga turut memperkenalkan berbagai macam buku bacaan kepadanya.
Pada riwayat pendidikannya, al-Qarni pernah menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Ali Salman. Setelahnya, dia lanjut ke Ma’had Ilmi semenjak di bangku SMP. Dia menamatkan gelar sarjana (Lc), Magister (M.A), dan doktor di Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Arab Saudi.
Saat berusia 23 tahun, dia telah hafal Al-Qur’an dan Kitab Bulughul Maram. Selain itu, dia juga mengajarkan sekitar 5.000-an Hadits dan 10.000-an bait syair. Sekitar 1.000-an judul kaset berisikan ceramah, kuliah, serta kumpulan syair dan puisinya telah dipublikasikan.
Selain memberikan ceramah seputar agama, al-Qarni juga menulis berbagai buku. Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah buku berjudul La Tahzan.
Dalam riwayat hidupnya, ulama Arab Saudi ini pernah masuk penjara. Menurutnya, dirinya berada di balik jeruji besi karena telah menulis 50 bait qasidah (puisi) yang dianggap memiliki unsur atau pengaruh politik yang berlawanan dengan pemerintah.
Sekitar tahun 2016, al-Qarni menjadi korban serangan bersenjata saat berada di Filipina.
Peristiwa tersebut terjadi setelah dia meninggalkan auditorium Universitas di Kota Zamboanga, Filipina. Sebelumnya, dia telah memberikan sebuah pidato di tempat tersebut.
Penyerangan dilakukan oleh seorang pria bersenjata bersama dua rekannya. Dalam peristiwa ini, al-Qarni dan diplomat Arab Saudi Syaikh Turki Assaegh berhasil selamat, namun keduanya terluka.
Pengawal polisi Filipina berhasil membunuh penyerang tunggal dan membekuk dua tersangka lainnya.
Rekaman yang ditayangkan oleh stasiun berita lokal MENSAH TV, menunjukkan pria bersenjata itu muncul dari kerumunan, bergerak mendekat dan menembak korban saat dia menaiki mobilnya.
Juru bicara polisi setempat, Inspektur Kepala Helen Galvez, menambahkan bahwa pria bersenjata itu kemudian berjalan ke sisi lain kendaraan dan menembak diplomat Saudi.
Aidh al-Qarni ditembak di bahu kanan, lengan kiri dan dada sementara Assaegh, terluka di paha kanan dan kaki kirinya.
Salah satu laporan mengatakan bahwa percobaan pembunuhan ini memiliki hubungan dengan kelompok militan ISIS. Seperti diketahui sebelumnya al-Qarni telah masuk target pembunuhan kelompok tersebut.
(min)