Vlogger AS Diperkosa Secara Bergiliran di Pakistan, Picu Kemarahan Publik

Jum'at, 22 Juli 2022 - 10:15 WIB
loading...
Vlogger AS Diperkosa Secara Bergiliran di Pakistan, Picu Kemarahan Publik
Seorang vlogger dan aktivis Amerika Serikat berusia 21 tahun diperkosa secara bergiliran oleh dua pria di Pakistan. Foto/SINDOnews.com/Ilustrasi
A A A
ISLAMABAD - Seorang vlogger dan aktivis Amerika Serikat (AS) berusia 21 tahun diperkosa secara bergiliran oleh dua pria di Pakistan . Kejahatan ini memicu kemarahan publik, yang menganggapnya sebagai "aib negara".

Korban, yang identitasnya dilindungi oleh polisi, telah diserang secara seksual di sebuah kamar hotel di stasiun bukit Dera Ghazi Khan, Fort Monroe, pada malam 17 Juli 2022.

Menurut pejabat polisi setempat, korban menggunakan visa turis dalam kunjungannya ke Pakistan dan telah tinggal di negara itu selama tujuh bulan terakhir.



"Gadis Amerika itu datang ke Fort Monroe dari Karachi atas undangan teman media sosialnya Muzmal Sipra, yang rumahnya dia kunjungi pada hari Minggu di distrik Rajanpur di Punjab, sekitar 550 kilometer dari Lahore," kata Wakil Komisaris Polisi Dera Ghazi Khan, Anwar Baryar.

Peristiwa itu terungkap setelah korban mengajukan First Information Report (FIR) atau Laporan Informasi Pertama di pos Polisi Militer Perbatasan (BMP) di stasiun bukit Fort Monroe.

FIR menyatakan bahwa korban telah diperkosa oleh Muzmal Sipra dan Shehzad asal Rajanpur pada malam 17 Juli di sebuah kamar hotel.

Pelapor juga mengatakan telah menerima ancaman dari Sipra untuk tidak melanjutkan proses hukum terhadap mereka.

BMP mendaftarkan kasus terhadap Sipra, Shehzad dan Azan Khosa di bawah Pasal 376 dan 292b Undang-Undang Pidana Pakistan.

Ketika kasus ini jadi pemberitaan media-media internasional, publik Pakistan ramai-ramai meluapkan kemarahan mereka di media sosial.

Mereka mengutuk tindakan "tidak tahu malu" para tersangka, menuntut polisi bertindak tegas.

"Jika orang Pakistan tidak aman di negara ini, bagaimana orang asing bisa," kecam seorang pengguna media sosial, seperti dikutip surat kabar Dawn, Jumat (22/7/2022).

Menurut para pengguna media sosial, penyebab kejahatan memalukan tersebut adalah karena kurangnya keadilan.

Seorang pengguna media sosial menulis bahwa negaranya layak dicap dengan "simbol aib".

"Sangat malu dengan apa yang terjadi padanya. Kami sudah berada di peringkat ke-83 dalam peringkat pariwisata dan ke-26 dalam indeks keselamatan turis (0-33 paling berbahaya). Pelakunya harus dihukum," tulis seorang pengguna media sosial.

"Saya tidak tahu ke mana kita akan pergi sebagai bangsa. Kami gagal mengajari anak-anak muda kami untuk menghormati semua wanita. Kami gagal melindungi anak perempuan kami. Politisi kami hanya peduli bermain kursi musik," kecam pengguna media sosial lainnya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1825 seconds (0.1#10.140)