Menlu Rusia: Tidak Ada Pemenang dalam Perang Nuklir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Tidak ada pemenang dalam perang nuklir . Peringatan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov dalam sebuah wawancara dengan RT dan Sputnik.
Ketika ditanya tentang kemungkinan konflik di Ukraina yang memprovokasi perang nuklir antara Rusia dan Barat karena upaya berkelanjutan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk meningkatkan situasi, Lavrov mengingatkan: “Kami (Moskow) memprakarsai banyak pernyataan dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir, itu tidak akan pernah bisa dimulai.”
“Ini adalah sikap kami. Dan kami akan berdiri teguh pada pendirian ini,” tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (21/7/2022).
Menlu Rusia itu juga menegaskan kembali bahwa Rusia memiliki doktrinnya sendiri yang dengan jelas menetapkan apa yang bisa terjadi ketika negara itu dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir.
Doktrin ini hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika senjata semacam itu, atau jenis senjata pemusnah massal lainnya, digunakan untuk menargetkan Rusia, atau jika negara tersebut menghadapi ancaman eksistensial dari senjata konvensional.
Lavrov juga mengecam pemerintah AS karena mencoba memutarbalikkan konflik Ukraina.
“Mereka bertindak, yah, tidak bertanggung jawab, menurut saya. Dan rencana yang mereka buat, mereka bangun, mereka benar-benar memiliki beberapa risiko,” pungkasnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan konflik di Ukraina yang memprovokasi perang nuklir antara Rusia dan Barat karena upaya berkelanjutan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk meningkatkan situasi, Lavrov mengingatkan: “Kami (Moskow) memprakarsai banyak pernyataan dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir, itu tidak akan pernah bisa dimulai.”
“Ini adalah sikap kami. Dan kami akan berdiri teguh pada pendirian ini,” tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (21/7/2022).
Menlu Rusia itu juga menegaskan kembali bahwa Rusia memiliki doktrinnya sendiri yang dengan jelas menetapkan apa yang bisa terjadi ketika negara itu dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir.
Doktrin ini hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika senjata semacam itu, atau jenis senjata pemusnah massal lainnya, digunakan untuk menargetkan Rusia, atau jika negara tersebut menghadapi ancaman eksistensial dari senjata konvensional.
Lavrov juga mengecam pemerintah AS karena mencoba memutarbalikkan konflik Ukraina.
“Mereka bertindak, yah, tidak bertanggung jawab, menurut saya. Dan rencana yang mereka buat, mereka bangun, mereka benar-benar memiliki beberapa risiko,” pungkasnya.
(ian)