Sekjen PBB Serukan Israel Masuk Daftar Hitam Terkait Kematian Anak-anak Palestina
loading...
A
A
A
NEW YORK - Israel harus masuk daftar hitam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jika terus melakukan kekerasan pada anak-anak Palestina pada tingkat yang sedemikian tinggi.
Seruan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pada Senin (11/7/2022), setelah publikasi laporan terbaru Badan Internasional tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata.
PBB memverifikasi 2.934 “pelanggaran berat” terhadap 1.208 anak Palestina dan sembilan anak Israel di Israel, Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan Gaza.
Selain itu, pasukan Israel membunuh 78 anak-anak Palestina, membuat 982 orang cacat, dan menahan 637 orang, menurut laporan tersebut.
Laporan itu menambahkan 75% dari para tahanan di penjara Israel dilaporkan mengalami kekerasan fisik.
“Saya terkejut dengan jumlah anak-anak yang terbunuh dan cacat oleh pasukan Israel selama permusuhan, dalam serangan udara di daerah padat penduduk dan melalui penggunaan peluru tajam selama operasi penegakan hukum,” ungkap Sekjen PBB itu, dilansir RT.com pada Selasa (12/7/2022).
“Jika situasinya berulang pada tahun 2022, tanpa perbaikan yang berarti, Israel harus terdaftar,” tegas dia, mengacu pada “daftar hitam” yang ditemukan di akhir setiap laporan tahunan Anak-anak dan Konflik Bersenjata.
Israel belum dimasukkan dalam daftar hitam, yang ditujukan untuk menekan negara-negara yang disebutkan dan kelompok-kelompok bersenjata yang diketahui melanggar hak asasi anak-anak.
Beberapa diplomat telah menyatakan Israel bersama dengan Arab Saudi baru-baru ini menekan PBB untuk tidak memasukkan nama negara itu dalam daftar hitam.
Laporan tahun 2021 menemukan total 2.515 anak terbunuh dan 5.555 cacat dalam semua konflik global sepanjang tahun, dengan 6.310 anak direkrut atau digunakan dalam konflik.
Sementara jumlah terburuk dilaporkan di Israel dan Palestina, Yaman, Suriah, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, dan Somalia juga memiliki jumlah pelanggaran yang tinggi.
Yaman merupakan negara di mana koalisi pimpinan Arab Saudi melanjutkan serangan meskipun ada gencatan senjata yang ditengahi PBB.
“Laporan edisi 2022 akan mencakup pelanggaran yang diverifikasi PBB di Ukraina, Ethiopia, dan Mozambik,” ungkap Guterres.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet menghitung 335 anak-anak diketahui tewas di Ukraina pada 3 Juli dan mengatakan angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Dia tidak merinci siapa yang harus disalahkan atas kematian tersebut. Pertempuran masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Seruan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pada Senin (11/7/2022), setelah publikasi laporan terbaru Badan Internasional tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata.
PBB memverifikasi 2.934 “pelanggaran berat” terhadap 1.208 anak Palestina dan sembilan anak Israel di Israel, Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan Gaza.
Selain itu, pasukan Israel membunuh 78 anak-anak Palestina, membuat 982 orang cacat, dan menahan 637 orang, menurut laporan tersebut.
Laporan itu menambahkan 75% dari para tahanan di penjara Israel dilaporkan mengalami kekerasan fisik.
“Saya terkejut dengan jumlah anak-anak yang terbunuh dan cacat oleh pasukan Israel selama permusuhan, dalam serangan udara di daerah padat penduduk dan melalui penggunaan peluru tajam selama operasi penegakan hukum,” ungkap Sekjen PBB itu, dilansir RT.com pada Selasa (12/7/2022).
“Jika situasinya berulang pada tahun 2022, tanpa perbaikan yang berarti, Israel harus terdaftar,” tegas dia, mengacu pada “daftar hitam” yang ditemukan di akhir setiap laporan tahunan Anak-anak dan Konflik Bersenjata.
Israel belum dimasukkan dalam daftar hitam, yang ditujukan untuk menekan negara-negara yang disebutkan dan kelompok-kelompok bersenjata yang diketahui melanggar hak asasi anak-anak.
Beberapa diplomat telah menyatakan Israel bersama dengan Arab Saudi baru-baru ini menekan PBB untuk tidak memasukkan nama negara itu dalam daftar hitam.
Laporan tahun 2021 menemukan total 2.515 anak terbunuh dan 5.555 cacat dalam semua konflik global sepanjang tahun, dengan 6.310 anak direkrut atau digunakan dalam konflik.
Sementara jumlah terburuk dilaporkan di Israel dan Palestina, Yaman, Suriah, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, dan Somalia juga memiliki jumlah pelanggaran yang tinggi.
Yaman merupakan negara di mana koalisi pimpinan Arab Saudi melanjutkan serangan meskipun ada gencatan senjata yang ditengahi PBB.
“Laporan edisi 2022 akan mencakup pelanggaran yang diverifikasi PBB di Ukraina, Ethiopia, dan Mozambik,” ungkap Guterres.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet menghitung 335 anak-anak diketahui tewas di Ukraina pada 3 Juli dan mengatakan angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Dia tidak merinci siapa yang harus disalahkan atas kematian tersebut. Pertempuran masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
(sya)