Sri Lanka Kacau Balau, AS Salahkan Rusia

Senin, 11 Juli 2022 - 09:13 WIB
loading...
Sri Lanka Kacau Balau, AS Salahkan Rusia
Ribuan demonstran yang marah menyerbu kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. AS menyalahkan Rusia atas kekacauan di Sri Lanka. Foto/REUTERS/Dinuka Liyanawatte
A A A
BANGKOK - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyalahkan Rusia atas kondisi Sri Lanka yang saat ini kacau balau. Ribuan warga telah menyerbu Istana Kepresidenan Sri Lanka, yang memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengeklaim bahwa agresi Rusia ke Ukraina ikut menjadi penyebab kekacauan di Sri Lanka.
Negara kepulauan itu telah berada dalam keadaan kerusuhan selama beberapa bulan, di mana pasokan makanan pokok dan bahan bakar minyak terbatas dan harga yang meroket. Krisis itu meningkat pada hari Sabtu ketika ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman presiden.

“Kami melihat dampak agresi Rusia ini terjadi di mana-mana. Ini mungkin telah berkontribusi pada situasi di Sri Lanka; kami khawatir tentang implikasinya di seluruh dunia," kata Blinken kepada wartawan di Bangkok.



"Meningkatnya kerawanan pangan di seluruh dunia telah diperburuk secara signifikan oleh agresi Rusia terhadap Ukraina," ujar Blinken, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (11/7/2022).

Blinken mengulangi seruannya pada Moskow untuk mengizinkan 20 juta ton gandum meninggalkan pelabuhan Ukraina yang, menurutnya, diblokir oleh pasukan Rusia sebagai bagian dari ofensif militer mereka.

Dia juga menambahkan, di Thailand, harga pupuk telah “melayang tinggi” karena dugaan blokade.

Rusia, sementara itu, menyangkal semua tuduhan memblokir ekspor makanan dari Ukraina. Moskow mengatakan telah menawarkan perjalanan yang aman bagi kapal-kapal barang tetapi Ukraina mencegah kapal sipil meninggalkan pelabuhan, termasuk Odessa.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan beberapa negara mencoba menggunakan masalah keamanan pangan dengan cara yang paling buruk dengan menyalahkan Moskow.

Sekadar diketahui, Sri Lanka gagal bayar utang luar negerinya pada Mei untuk pertama kalinya dalam sejarahnya.

Penjatahan bahan bakar minyak diperkenalkan awal bulan ini, dan polisi bersenjata serta pasukan telah dikerahkan ke pompa-pompa bensin.

Krisis ini telah dikaitkan dengan pandemi COVID-19, yang membuat negara kepulauan itu kehilangan pendapatan pariwisata yang vital.

Peningkatan pengeluaran pemerintah, pemotongan pajak, dan pelonggaran kuantitatif mendorong inflasi ke atas.

Sekitar 100.000 orang diyakini telah mengepung kediaman presiden Sri Lanka di Colombo pada hari Sabtu. Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe keduanya kemudian mengumumkan pengunduran diri mereka di tengah kerusuhan massal.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1131 seconds (0.1#10.140)