China Agresif, AS Bakal Beri Pelatihan Jet Tempur untuk India di Guam
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) memandang militer China semakin agresif. Dari penilaian itulah, Washington ingin mendirikan detasemen pelatihan jet tempur untuk India, Jepang, Australia dan Guam.
Pendirian detasemen itu amanat dari Rancangan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) untuk tahun fiskal 2021 yang diperkenalkan di Senat AS pada hari Kamis.
Rencana Amerika ini muncul enam bulan setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen menandatangani nota kesepahaman bagi Singapura untuk mendirikan detasemen pelatihan jet tempur di Guam. (Baca: Singapura Dirikan Detasemen Pelatihan Jet Tempur di Guam )
Rancangan NDAA 2021 mengarahkan Menteri Pertahanan untuk menyerahkan kepada Komite Pertahanan Kongres sebuah laporan yang menilai kelayakan dan kepantasan mengadakan perjanjian yang serupa dengan Singapura antara AS dan mitra di kawasan Indo-Pasifik lainnya, termasuk Jepang, Australia, dan India.
Datasemen pelatihan yang disepakati dalam nota kesepahaman AS-Singapura mencakup pelatihan satu skuadron jet tempur Angkatan Udara Republik Singapura dan personel terkait. Pelatihan diharapkan akan dimulai sekitar 2029.
Senator Jim Inhofe, Ketua Komite Layanan Bersenjata Senat sebagaiman dikutip Financial Express, Jumat (26/6/2020), mengatakan rancangan undang-undang itu juga mengamanatkan pembentukan Pacific Deterrence Initiative (Prakarsa Pencegahan Pasifik), yang akan memfokuskan sumber daya pada Indo-Pasifik untuk mengatasi kesenjangan kemampuan militer utama, meyakinkan sekutu dan mitra AS, dan memperkuat kredibilitas Amerika Serikat. (Baca: Konflik dengan India, China Kerahkan 10.000 Tentara dan Sistem Rudal )
Rancangan undang-undang tersebut mengusulkan pengadaan 48 Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM) atau Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh, yang diklaim akan sangat berguna di Indo-Pasifik.
LRASM memberikan peningkatan kemampuan jangka pendek yang akan memungkinkan sayap udara pengangkut (carrier air wing) untuk berkontribusi menumpulkan serangan China sebelumnya dalam konflik, dengan demikian secara langsung memajukan tujuan dan prioritas yang ditetapkan dalam Strategi Pertahanan Nasional.
Rancangan NDAA juga mengupayakan percepatan dalam upaya Amerika untuk membangun lokasi operasi jet tempur siluman F-35A di kawasan Indo-Pasifik. (Baca juga: India Bentrok dengan China, Rusia Percepat Pengiriman S-400 ke New Delhi )
Hingga saat ini, Angkatan Udara telah mengumumkan pemilihan sembilan lokasi operasi untuk F-35A, termasuk lokasi di AS, Alaska, dan Eropa. Belum ada pengumuman dari rencana untuk setiap lokasi operasi F-35A ke depan di kawasan Indo-Pasifik.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Pendirian detasemen itu amanat dari Rancangan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) untuk tahun fiskal 2021 yang diperkenalkan di Senat AS pada hari Kamis.
Rencana Amerika ini muncul enam bulan setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen menandatangani nota kesepahaman bagi Singapura untuk mendirikan detasemen pelatihan jet tempur di Guam. (Baca: Singapura Dirikan Detasemen Pelatihan Jet Tempur di Guam )
Rancangan NDAA 2021 mengarahkan Menteri Pertahanan untuk menyerahkan kepada Komite Pertahanan Kongres sebuah laporan yang menilai kelayakan dan kepantasan mengadakan perjanjian yang serupa dengan Singapura antara AS dan mitra di kawasan Indo-Pasifik lainnya, termasuk Jepang, Australia, dan India.
Datasemen pelatihan yang disepakati dalam nota kesepahaman AS-Singapura mencakup pelatihan satu skuadron jet tempur Angkatan Udara Republik Singapura dan personel terkait. Pelatihan diharapkan akan dimulai sekitar 2029.
Senator Jim Inhofe, Ketua Komite Layanan Bersenjata Senat sebagaiman dikutip Financial Express, Jumat (26/6/2020), mengatakan rancangan undang-undang itu juga mengamanatkan pembentukan Pacific Deterrence Initiative (Prakarsa Pencegahan Pasifik), yang akan memfokuskan sumber daya pada Indo-Pasifik untuk mengatasi kesenjangan kemampuan militer utama, meyakinkan sekutu dan mitra AS, dan memperkuat kredibilitas Amerika Serikat. (Baca: Konflik dengan India, China Kerahkan 10.000 Tentara dan Sistem Rudal )
Rancangan undang-undang tersebut mengusulkan pengadaan 48 Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM) atau Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh, yang diklaim akan sangat berguna di Indo-Pasifik.
LRASM memberikan peningkatan kemampuan jangka pendek yang akan memungkinkan sayap udara pengangkut (carrier air wing) untuk berkontribusi menumpulkan serangan China sebelumnya dalam konflik, dengan demikian secara langsung memajukan tujuan dan prioritas yang ditetapkan dalam Strategi Pertahanan Nasional.
Rancangan NDAA juga mengupayakan percepatan dalam upaya Amerika untuk membangun lokasi operasi jet tempur siluman F-35A di kawasan Indo-Pasifik. (Baca juga: India Bentrok dengan China, Rusia Percepat Pengiriman S-400 ke New Delhi )
Hingga saat ini, Angkatan Udara telah mengumumkan pemilihan sembilan lokasi operasi untuk F-35A, termasuk lokasi di AS, Alaska, dan Eropa. Belum ada pengumuman dari rencana untuk setiap lokasi operasi F-35A ke depan di kawasan Indo-Pasifik.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(min)