Usai Kehilangan Luhansk, Ukraina Pontang-panting Pertahankan Donetsk

Selasa, 05 Juli 2022 - 16:43 WIB
loading...
Usai Kehilangan Luhansk, Ukraina Pontang-panting Pertahankan Donetsk
Kota hancur akibat pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di kota Lysychansk. Foto/REUTERS
A A A
KIEV - Pasukan Rusia mengarahkan pandangan mereka pada tujuan mereka berikutnya di Provinsi Donetsk, timur Ukraina, setelah Presiden Vladimir Putin mengklaim kemenangan di provinsi Luhansk.

Kemenangan Rusia di Luhansk terjadi ketika perang telah berlangsung lima bulan dan memasuki fase baru.

Penaklukan kota Lysychansk pada Minggu (4/7/2022) menyelesaikan penaklukan Rusia atas Luhansk, salah satu dari dua wilayah di Donbass.



Wilayah timur kawasan industri Ukraina itu telah menjadi tempat pertempuran terbesar di Eropa dalam beberapa generasi.

Kedua belah pihak telah menderita banyak korban dalam pertempuran merebut Luhansk, terutama selama pengepungan kota kembar Lysychansk dan Sievierodonetsk.



Kedua kota telah ditinggalkan dalam reruntuhan oleh pemboman Rusia yang berlangsung tanpa henti.

“Kota itu tidak ada lagi,” ujar Nina, seorang ibu muda yang melarikan diri dari Lysychansk untuk berlindung di pusat kota Dnipro.

“Itu praktis telah terhapus dari muka bumi. Tidak ada pusat distribusi bantuan kemanusiaan karena telah terkena bom. Bangunan yang dulunya merupakan rumah pusat bantuan itu sudah tidak ada lagi. Sama seperti kebanyakan rumah kita,” papar dia.

Pasukan Ukraina pada Selasa (5/7/2022) mengambil garis pertahanan baru di Donetsk, di mana mereka masih menguasai kota-kota besar.

Adapun Putin mengatakan kepada pasukannya untuk "benar-benar beristirahat dan memulihkan kesiapan militer mereka", sementara unit di daerah lain terus berjuang.

Sejak awal konflik, Rusia telah menuntut agar Ukraina menyerahkan Luhansk dan Donetsk kepada separatis pro-Moskow, yang telah mendeklarasikan negara independen.

“Ini adalah kemenangan terakhir bagi Rusia di wilayah Ukraina,” ungkap Oleksiy Arestovych, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan dalam video yang diposting online.

“Ini adalah kota-kota berukuran sedang. Dan ini berlangsung dari 4 April hingga 4 Juli, itu 90 hari. Banyak kerugian…,” papar dia.

Arestovych mengatakan selain pertempuran untuk Donetsk, Ukraina berharap melancarkan serangan balasan di selatan negara itu.

“Mengambil kota-kota di timur berarti 60% pasukan Rusia sekarang terkonsentrasi di timur dan sulit bagi mereka untuk diarahkan ke selatan,” ujar dia.

“Dan tidak ada lagi kekuatan yang bisa didatangkan dari Rusia. Mereka membayar mahal untuk Sievierodonetsk dan Lysychansk,” papar dia.

Beberapa pakar militer berpendapat kemenangan yang diperjuangkan dengan susah payah hanya membawa sedikit keuntungan strategis bagi pasukan Rusia, dan hasil dari apa yang disebut sebagai “pertempuran Donbas” tetap dalam keseimbangan.

“Saya pikir ini adalah kemenangan taktis bagi Rusia tetapi dengan biaya yang sangat besar,” ujar Neil Melvin dari think tank RUSI di London.

Dia membandingkan pertempuran itu dengan pertempuran besar untuk mendapatkan sedikit keuntungan teritorial yang menjadi ciri Perang Dunia I.

“Ini membutuhkan waktu 60 hari untuk membuat kemajuan yang sangat lambat,” papar dia.

Dia menambahkan, “Saya pikir Rusia mungkin menyatakan semacam kemenangan, tetapi pertempuran perang kunci masih belum datang.”

Melvin mengatakan pertempuran yang menentukan untuk Ukraina kemungkinan akan terjadi bukan di timur, di mana Rusia meningkatkan serangan utamanya, tetapi di selatan, di mana Ukraina telah memulai serangan balasan untuk merebut kembali wilayah.

“Di sinilah kita melihat Ukraina membuat kemajuan di sekitar Kherson. Ada serangan balik yang dimulai di sana dan saya pikir kemungkinan besar kita akan melihat momentum berayun ke Ukraina ketika mencoba untuk kemudian melakukan serangan balasan skala besar untuk mendorong Rusia kembali,” ungkap dia.

Zelensky mengatakan pada Senin (4/7/2022) bahwa meskipun melakukan penarikan pasukan Ukraina pada Minggu dari Lysychansk, tentaranya terus berjuang.

“Angkatan Bersenjata Ukraina merespons, melawan, dan menghancurkan potensi ofensif penjajah hari demi hari,” tegas Zelensky dalam pesan video malam.

“Kita harus menghancurkan mereka. Ini adalah tugas yang sulit. Itu membutuhkan waktu dan upaya manusia super. Tapi kita tidak punya alternative,” ungkap dia.

Pertempuran untuk Luhansk adalah yang paling dekat yang dicapai Moskow untuk mencapai salah satu tujuannya sejak pasukannya dikalahkan saat mencoba merebut Kiev pada Maret.

Ini menandai kemenangan terbesar Rusia sejak merebut pelabuhan selatan Mariupol pada akhir Mei.

Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” untuk mendemiliterisasi tetangga selatannya dan melindungi penutur bahasa Rusia dari apa yang disebutnya nasionalis “fasis”.

Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk agresi mencolok merebut wilayah.

Gubernur Ukraina di Luhansk, Serhiy Gaidai, mengakui seluruh provinsinya sekarang secara efektif berada di tangan Rusia.

Namun dia mengatakan kepada Reuters, “Kita perlu memenangkan perang, bukan pertempuran untuk Lysychansk … Ini sangat menyakitkan, tetapi tidak kalah perang” .

Gaidai mengatakan pasukan Ukraina yang mundur dari Lysychansk sekarang memegang garis antara Bakhmut dan Sloviansk, bersiap menangkis kemajuan Rusia lebih lanjut. Reuters tidak dapat memverifikasi kabar dari medan perang.

Harapan Ukraina untuk serangan balik yang berkelanjutan sebagian terletak pada penerimaan senjata tambahan dari Barat, termasuk roket yang dapat menetralisir keunggulan daya tembak Rusia yang besar dengan menyerang jauh di belakang garis depan.

“Ini adalah masalah seberapa cepat persediaan datang,” papar Arestovych.

“Di Barat, tidak ada cukup senjata untuk dipasok. Bagaimanapun, ini adalah konflik terbesar sejak 1945 … jadi lebih banyak senjata harus diproduksi, dan produksi itu sedang berlangsung sekarang. Dan dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga pada musim gugur akan ada satu set senjata yang sangat banyak,” ujar dia.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1842 seconds (0.1#10.140)