Viral, Anggota Parlemen Rusia Desak Putin Bidikkan Rudal Hipersonik ke AS

Selasa, 05 Juli 2022 - 08:41 WIB
loading...
Viral, Anggota Parlemen Rusia Desak Putin Bidikkan Rudal Hipersonik ke AS
Jet tempur MiG-31 Rusia saat menguji tembak rudal hipersonik Kinzhal. Politisi Rusia mendesak militer pemerintah Vladimir Putin membidikkan rudal hipersonik ke wilayah AS. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia via REUTERS
A A A
MOSKOW - Seorang anggota Parlemen Rusia menjadi viral setelah mendesak militer pemerintah Presiden Vladimir Putin membidikkan rudal hipersonik ke wilayah Amerika Serikat (AS) . Dia menyerukan pengulangan "Krisis Rudal Kuba".

Andrei Gurulyov, anggota Duma Rusia, berbicara di stasiun televisi pemerintah dan membahas perlunya resolusi untuk konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Gurulyov mengatakan memindahkan senjata hipersonik Rusia dalam jarak dekat dari wilayah AS akan memaksa Presiden Joe Biden untuk datang ke meja perundingan dengan Rusia dan berhenti memasok Ukraina dengan senjata untuk konflik.

Dalam video yang viral, Gurulyov berbicara dalam bahasa Rusia tetapi terjemahan bahasa Inggris berjalan di sepanjang bagian bawah layar. Tidak jelas kapan rekaman itu direkam.



"Saat ini, mereka mengirimkan MLRS [Multiple Launch Rocket System], howitzer, mereka akan mengirimkan apa pun di sana [di Ukraina], hingga bom nuklir hanya untuk tidak membiarkan kita menang," katanya, merujuk pada komitmen negara-negara Barat untuk memasok Ukraina dengan senjata.

"Selanjutnya, mereka akan mengirim pesawat, sistem anti-pesawat, kemudian sistem anti-rudal dan seterusnya dan seterusnya, mereka tidak akan tenang," ujarnya.

Gurulyov melanjutkan dengan menggambarkan bagaimana Rusia bisa berhasil dalam denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

"Setiap détente terjadi setelah krisis yang baik, seperti détente yang mengikuti Krisis Rudal Kuba," lanjut dia.

"Mengapa? Karena selama Krisis Rudal Kuba, ada ancaman langsung ke wilayah AS yang tidak segera mereka tanggapi," paparnya.

"Kita harus menciptakan keadaan serupa karena AS berada di balik semua ini dan yang lainnya berada di bawah kendali mereka," imbuh dia.

“Kami di depan semua orang dengan senjata hipersonik, senjata hipersonik kami seharusnya, tidak hanya di atas kapal induk tradisional, tetapi juga dibawa ke sekitar Amerika Serikat," seru politisi Rusia tersebut.

“Dengan waktu terbang maksimal lima menit, Biden akan tetap duduk di sana dan gagap tetapi sisanya akan memikirkan bagaimana bernegosiasi," paparnya.

"Itu adalah satu-satunya skenario bagi kami untuk dapat melakukan denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina."

Gurulyov kemudian mengisyaratkan bahwa Rusia memiliki keinginan untuk datang ke meja perundingan untuk menyelesaikan konflik.

Dia menekankan, "Dalam perang apa pun, Anda tidak bisa selalu menang".

Julia Davis, jurnalis The Daily Beast, membagikan video seruan Guruyov yang viral tersebut di halaman Twitter-nya. Video tersebut telah ditonton ratusan ribu kali.

"Propagandis di TV pemerintah Rusia menganjurkan penciptaan Krisis Rudal Kuba lainnya (kali ini, dengan rudal hipersonik) untuk mengekstraksi konsesi dari AS," tulis Davis.

"Mereka juga mengusulkan penghancuran total infrastruktur kritis Ukraina dan memperingatkan negara-negara lain: 'Anda berikutnya'."

AS, Rusia, serta China semuanya berlomba untuk mengembangkan rudal hipersonik.

Sebuah rudal hipersonik dapat melaju dengan kecepatan Mach 5 atau lebih tinggi—lima kali lebih cepat dari kecepatan suara.

Pada hari Kamis, 30 Juni 2022, Pentagon mengumumkan kegagalan uji Common Hypersonic Glide Body (CHGB) di tengah kekhawatiran bahwa AS tertinggal dari Rusia dan China dalam mengembangkan senjata jenis ini.

Saat perang berkecamuk di Ukraina, Vladimir Putin telah berulang kali mengeklaim tentang kehebatan senjata hipersonik negaranya.

Jurnalis televisi Rusia, Nadana Fridriksson, yang berbicara setelah Gurulyov, mengisyaratkan bahwa Rusia dapat menyerang negara lain setelah konflik Ukraina selesai.

"Negara-negara di ruang pasca-Soviet, yang memutuskan untuk bermain dengan ke-Barat-baratan, netralitas, mereka harus memahami bahwa mereka adalah yang berikutnya," katanya, yang dilansir Newsweek, Selasa (5/7/2022).

"Cepat atau lambat, kampanye Ukraina akan berakhir, setelah Ukraina, giliran negara lain akan datang."
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1519 seconds (0.1#10.140)