Pakar Perang Sarankan Ukraina Bikin Senjata Nuklir Sendiri untuk Hentikan Langkah Putin
loading...
A
A
A
LONDON - Seorang pakar perang menyarankan Ukraina untuk mulai mengembangkan senjata nuklir sendiri untuk mengakhiri invasi Rusia di bawah komando Presiden Vladimir Putin.
Dr Paul Maddrell, yang tercatat sebagai dosen sejarah dan hubungan internasional di Universitas Loughborough, Inggris, mengatakan opsi lainnya adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membeli senjata dari negara lain.
Perang Rusia di Ukraina dimulai sejak 24 Februari, telah menyebabkan banyak kematian warga sipil dan tentara Ukraina selama pengeboman tanpa henti di kota-kota negara itu.
Selain itu, sekitar 7 juta orang sekarang dipahami sebagai pengungsi internal di dalam negeri sementara hampir lima juta pengungsi telah melarikan diri sejak awal invasi.
Pejabat pemerintah Ukraina juga memperkirakan bahwa 1,3 juta orang mereka, termasuk 223.000 anak-anak, telah dideportasi ke Rusia di luar kehendak mereka.
Maddrell percaya tindakan Vladimir Putin dirancang untuk memecah belah Ukraina, melemahkan militernya dan membalikkan ekspansi NATO.
Dia juga menganggap pengembangan senjata nuklir oleh Ukraina bisa menjadi metode terbaik untuk mencegah Putin terus mengejar tujuan tersebut.
Berbicara di "Loughborough University's Besieged", sebuah podcast tentang invasi Putin ke Ukraina, Maddrell mengatakan: "Jika saya adalah presiden Ukraina, saya akan sangat mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklir. Ukraina memiliki senjata nuklir pada 1990-an ketika Uni Soviet runtuh."
“Ada senjata nuklir di wilayah Ukraina, yang menjadi milik Ukraina dan Ukraina setuju untuk menyerahkannya untuk denuklirisasi Eropa dan menjadikannya tempat yang lebih aman. Nah, jika ia menyimpan senjata nuklir tersebut, Putin tidak akan menyerang karena dia akan menghadapi serangan nuklir di negaranya," paparnya, seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (2/7/2022).
Dr Paul Maddrell, yang tercatat sebagai dosen sejarah dan hubungan internasional di Universitas Loughborough, Inggris, mengatakan opsi lainnya adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membeli senjata dari negara lain.
Perang Rusia di Ukraina dimulai sejak 24 Februari, telah menyebabkan banyak kematian warga sipil dan tentara Ukraina selama pengeboman tanpa henti di kota-kota negara itu.
Selain itu, sekitar 7 juta orang sekarang dipahami sebagai pengungsi internal di dalam negeri sementara hampir lima juta pengungsi telah melarikan diri sejak awal invasi.
Pejabat pemerintah Ukraina juga memperkirakan bahwa 1,3 juta orang mereka, termasuk 223.000 anak-anak, telah dideportasi ke Rusia di luar kehendak mereka.
Maddrell percaya tindakan Vladimir Putin dirancang untuk memecah belah Ukraina, melemahkan militernya dan membalikkan ekspansi NATO.
Dia juga menganggap pengembangan senjata nuklir oleh Ukraina bisa menjadi metode terbaik untuk mencegah Putin terus mengejar tujuan tersebut.
Berbicara di "Loughborough University's Besieged", sebuah podcast tentang invasi Putin ke Ukraina, Maddrell mengatakan: "Jika saya adalah presiden Ukraina, saya akan sangat mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklir. Ukraina memiliki senjata nuklir pada 1990-an ketika Uni Soviet runtuh."
“Ada senjata nuklir di wilayah Ukraina, yang menjadi milik Ukraina dan Ukraina setuju untuk menyerahkannya untuk denuklirisasi Eropa dan menjadikannya tempat yang lebih aman. Nah, jika ia menyimpan senjata nuklir tersebut, Putin tidak akan menyerang karena dia akan menghadapi serangan nuklir di negaranya," paparnya, seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (2/7/2022).