PM Estonia: Jangan Remehkan Kemampuan Rusia
loading...
A
A
A
TALLINN - Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan Barat tidak boleh meremehkan kemampuan militer Rusia di Ukraina . Ia mengatakan Moskow ada di Ukraina untuk jangka panjang saat perang memasuki bulan kelima.
“Saya pernah mendengar pembicaraan bahwa, Anda tahu, tidak ada ancaman lagi karena mereka telah kelelahan. Tidak, mereka belum,” katanya tentang militer Rusia, yang gagal merebut Kiev pada tahap awal perang dan sekarang memusatkan daya tembaknya di timur Ukraina.
“Mereka masih memiliki banyak pasukan yang bisa datang (untuk berperang). Mereka tidak menghitung nyawa yang hilang. Mereka tidak menghitung artileri yang mereka kalahkan di sana," imbuhnya.
"Jadi saya tidak berpikir bahwa kita harus meremehkan mereka dalam jangka panjang untuk tetap mempertahankan ini,” kata Kallas, terlepas dari rendahnya moral dan korupsi yang mengganggu pasukan Moskow seperti dikutip dari The Associated Press, Kamis (23/6/2022).
Dalam kesempatan itu Kallas memuji persatuan yang telah ditunjukkan Eropa dalam menghukum Rusia atas invasi yang dimulai 24 Februari, meskipun dia mengatakan sudah jelas sejak awal bahwa akan semakin sulit dari waktu ke waktu untuk bersatu.
“Pertama, kami melakukan sanksi yang relatif mudah. Sekarang kita beralih ke sanksi yang jauh lebih sulit. Tapi sejauh ini, kami berhasil mendapatkan persatuan, meskipun kami berbeda pendapat,” tuturnya dalam wawancara di Stenbock House, sebuah gedung pemerintah tempat dia berkantor dan mengadakan rapat Kabinet.
“Ini normal untuk demokrasi. Kami berdebat, kami berdiskusi, dan kemudian kami mendapatkan solusi. Sejauh ini, merupakan kejutan negatif bagi Putin bahwa kami masih bersatu,” ujar Kallas.
Kallas berharap Ukraina akan diberikan status kandidat untuk Uni Eropa (UE) pada pertemuan puncak blok itu yang akan datang di Brussels, meskipun ada perpecahan mengenai hal itu. Badan eksekutif UE, Komisi Eropa, mendukung pencalonan Ukraina pekan lalu.
"Beberapa negara sangat skeptis dua bulan lalu," kata Kallas, tetapi sekarang ada sinyal berbeda yang datang dari negara anggota yang berbeda bahwa mereka ikut serta.
“Saya pernah mendengar pembicaraan bahwa, Anda tahu, tidak ada ancaman lagi karena mereka telah kelelahan. Tidak, mereka belum,” katanya tentang militer Rusia, yang gagal merebut Kiev pada tahap awal perang dan sekarang memusatkan daya tembaknya di timur Ukraina.
“Mereka masih memiliki banyak pasukan yang bisa datang (untuk berperang). Mereka tidak menghitung nyawa yang hilang. Mereka tidak menghitung artileri yang mereka kalahkan di sana," imbuhnya.
"Jadi saya tidak berpikir bahwa kita harus meremehkan mereka dalam jangka panjang untuk tetap mempertahankan ini,” kata Kallas, terlepas dari rendahnya moral dan korupsi yang mengganggu pasukan Moskow seperti dikutip dari The Associated Press, Kamis (23/6/2022).
Dalam kesempatan itu Kallas memuji persatuan yang telah ditunjukkan Eropa dalam menghukum Rusia atas invasi yang dimulai 24 Februari, meskipun dia mengatakan sudah jelas sejak awal bahwa akan semakin sulit dari waktu ke waktu untuk bersatu.
“Pertama, kami melakukan sanksi yang relatif mudah. Sekarang kita beralih ke sanksi yang jauh lebih sulit. Tapi sejauh ini, kami berhasil mendapatkan persatuan, meskipun kami berbeda pendapat,” tuturnya dalam wawancara di Stenbock House, sebuah gedung pemerintah tempat dia berkantor dan mengadakan rapat Kabinet.
“Ini normal untuk demokrasi. Kami berdebat, kami berdiskusi, dan kemudian kami mendapatkan solusi. Sejauh ini, merupakan kejutan negatif bagi Putin bahwa kami masih bersatu,” ujar Kallas.
Kallas berharap Ukraina akan diberikan status kandidat untuk Uni Eropa (UE) pada pertemuan puncak blok itu yang akan datang di Brussels, meskipun ada perpecahan mengenai hal itu. Badan eksekutif UE, Komisi Eropa, mendukung pencalonan Ukraina pekan lalu.
"Beberapa negara sangat skeptis dua bulan lalu," kata Kallas, tetapi sekarang ada sinyal berbeda yang datang dari negara anggota yang berbeda bahwa mereka ikut serta.