Pentagon Ingin Pakai Starships untuk Misi Militer Darurat di Penjuru Dunia

Selasa, 21 Juni 2022 - 08:20 WIB
loading...
Pentagon Ingin Pakai Starships untuk Misi Militer Darurat di Penjuru Dunia
Starship SpaceX SN15 berada di Boca Chica, Texas, AS, 6 Mei 2021. Foto/REUTERS/Gene Blevins
A A A
WASHINGTON - Laporan internal militer Pentagon yang dipublikasikan pada Senin (20/6/2022) mengungkap sejumlah rencana menggunakan Starships untuk misi darurat di penjuru dunia.

Misi itu misalnya mendaratkan pasukan penyelamat di Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Afrika yang terancam pengepungan gaya Benghazi.

Itu hanyalah salah satu potensi penggunaan militer untuk kapal Starship milik perusahaan SpaceX Elon Musk.



Dokumen tersebut berkaitan dengan perjanjian kerja sama 2020 antara SpaceX dan Komando Transportasi AS (TRANSCOM).



Meski demikian, itu tetap menjadi daftar keinginan karena Starships belum siap untuk operasi yang sebenarnya.

TRANSCOM bermitra dengan SpaceX pada Oktober 2020 sudah menjadi pengetahuan publik, karena militer AS sebenarnya mengumumkannya pada saat itu.

Secara resmi, Departemen Pertahanan AS menginginkan kemampuan memindahkan muatan yang setara dengan muatan C-17, hanya di bawah 80 ton, atau satu tank M1 Abrams, “ke mana saja di dunia dalam waktu kurang dari satu jam.”

Ternyata, Pentagon memiliki ambisi tambahan, menurut "laporan paruh waktu" pada program itu yang diperoleh Intercept melalui permintaan Freedom of Information Act (FOIA) dan diterbitkan pada Senin.

“Armada Starship militer dapat memberikan metode alternatif untuk pengiriman logistik di Pasifik, atau mengirimkan kumpulan tempat penampungan, kendaraan, peralatan konstruksi, dan perlengkapan lainnya di mana saja di dunia dalam waktu singkat, sehingga Angkatan Udara AS dapat mendirikan pangkalan udara,” papar laporan itu, dilansir RT.com.

Skenario imajiner ketiga, berjudul "Dukungan Kedutaan" yang membayangkan "kemampuan pengiriman langsung teater cepat" dari AS ke kedutaan besar di Afrika, yang berpotensi melibatkan "kekuatan reaksi cepat."

“Demonstrasi belaka dari kemampuan seperti itu dapat menghalangi aktor non-negara dari tindakan agresif terhadap AS,” ungkap pernyataan militer.

Meski laporan itu sendiri tidak membuat perbandingan seperti itu, skenarionya sedikit tumpang tindih dengan serangan terhadap kompleks AS di Benghazi, Libya.

Saat serangan di Benghazi, seorang duta besar dan tiga kontraktor keamanan tewas pada 11 September 2012 saat mereka menunggu pasukan penyelamat yang tidak pernah datang.

Meski SpaceX belum mengomentari cerita tersebut, juru bicara TRANSCOM John Ross mengatakan kepada Intercept bahwa militer percaya pasukan reaksi cepat yang dikerahkan dengan roket akan "mungkin dalam 5-10 tahun ke depan."

Starship masih dalam tahap percobaan. Pendaratan prototipe pertama yang berhasil hanya terjadi pada Mei 2021, setelah serangkaian tes yang berakhir dengan ledakan berapi-api.

Selain tantangan teknis, Musk juga berurusan dengan birokrasi federal dan proses mendapatkan izin untuk meluncurkan tes dari fasilitas SpaceX di Texas selatan.

Administrasi Penerbangan Federal (FAA) memberi SpaceX persetujuan lingkungan awal pekan lalu, tetapi untuk mendapatkan lisensi persetujuan penuh, perusahaan perlu menyiapkan "laporan konteks historis ... Perang Meksiko" dan memenuhi 74 permintaan lainnya, menurut National Geographic.

Meski begitu, lisensi FAA hanya akan mencakup sepuluh peluncuran dalam setahun. Selain itu, pihak berwenang khawatir SpaceX tidak memiliki "budaya keselamatan yang kuat," menurut laporan FAA yang bocor pada Juni 2021.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1200 seconds (0.1#10.140)