Ukraina Memohon Lebih Banyak Senjata pada Negara-negara Barat
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina memohon kepada negara-negara Barat untuk pengiriman senjata yang lebih cepat, ketika pasukan Rusia yang bersenjata lebih baik menggempur bagian timur negara itu.
Di Sievierodonetsk, kota kecil yang menjadi fokus kemajuan Rusia di Ukraina timur dan salah satu titik api paling berdarah dalam perang yang memasuki bulan keempat. Di kota ini dilaporkan pertempuran sengit di jalanan terus berlanjut.
Di zona ini, kekuatan artileri menjadi kunci. Itu berarti kemenangan bagi Ukraina hanya bisa didapat jika Washington dan lainnya memenuhi janji untuk mengirim persenjataan yang lebih banyak dan lebih baik, termasuk sistem roket.
"Ini adalah perang artileri sekarang," Vadym Skibitsky, Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, mengatakan kepada surat kabar Guardian Inggris.
"Semuanya sekarang tergantung pada apa yang (Barat) berikan kepada kita. Ukraina memiliki satu artileri hingga 10 hingga 15 artileri Rusia," lanjutnya.
Jerman berada di antara pemasok senjata terbesar sejak Rusia menginvasi, tetapi dikritik karena lambat memasok persenjataan berat yang menurut Kiev dibutuhkan. Kini, Jerman berencana untuk merevisi aturannya tentang ekspor senjata untuk mempermudah mempersenjatai negara demokrasi seperti Ukraina, Der Spiegel melaporkan pada hari Jumat.
Selain meminta dukungan senjata, Ukraina juga meminta dukungan kemanusiaan untuk memerangi wabah penyakit mematikan yang berkembang. Di selatan, Wali Kota Mariupol mengatakan sistem sanitasi rusak dan mayat membusuk di jalanan.
"Ada wabah disentri dan kolera," kata Vadym Boichenko kepada televisi nasional. "Perang yang mengambil nyawa lebih dari 20.000 penduduk, sayangnya dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan Mariupolit lagi," katanya.
Menurutnya, beberapa sumur telah terkontaminasi oleh mayat. Boichenko meminta PBB dan Komite Internasional Palang Merah untuk membangun koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk yang tersisa meninggalkan kota, yang sekarang berada di bawah kendali Rusia.
Dalam gambaran dampak perang yang lebih luas, badan pangan PBB mengatakan pengurangan ekspor gandum dan komoditas pangan lainnya dari Ukraina dan Rusia dapat menimbulkan kelaparan kronis hingga 19 juta lebih banyak orang secara global selama tahun depan.
Di Sievierodonetsk, kota kecil yang menjadi fokus kemajuan Rusia di Ukraina timur dan salah satu titik api paling berdarah dalam perang yang memasuki bulan keempat. Di kota ini dilaporkan pertempuran sengit di jalanan terus berlanjut.
Di zona ini, kekuatan artileri menjadi kunci. Itu berarti kemenangan bagi Ukraina hanya bisa didapat jika Washington dan lainnya memenuhi janji untuk mengirim persenjataan yang lebih banyak dan lebih baik, termasuk sistem roket.
"Ini adalah perang artileri sekarang," Vadym Skibitsky, Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, mengatakan kepada surat kabar Guardian Inggris.
"Semuanya sekarang tergantung pada apa yang (Barat) berikan kepada kita. Ukraina memiliki satu artileri hingga 10 hingga 15 artileri Rusia," lanjutnya.
Jerman berada di antara pemasok senjata terbesar sejak Rusia menginvasi, tetapi dikritik karena lambat memasok persenjataan berat yang menurut Kiev dibutuhkan. Kini, Jerman berencana untuk merevisi aturannya tentang ekspor senjata untuk mempermudah mempersenjatai negara demokrasi seperti Ukraina, Der Spiegel melaporkan pada hari Jumat.
Selain meminta dukungan senjata, Ukraina juga meminta dukungan kemanusiaan untuk memerangi wabah penyakit mematikan yang berkembang. Di selatan, Wali Kota Mariupol mengatakan sistem sanitasi rusak dan mayat membusuk di jalanan.
"Ada wabah disentri dan kolera," kata Vadym Boichenko kepada televisi nasional. "Perang yang mengambil nyawa lebih dari 20.000 penduduk, sayangnya dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan Mariupolit lagi," katanya.
Baca Juga
Menurutnya, beberapa sumur telah terkontaminasi oleh mayat. Boichenko meminta PBB dan Komite Internasional Palang Merah untuk membangun koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk yang tersisa meninggalkan kota, yang sekarang berada di bawah kendali Rusia.
Dalam gambaran dampak perang yang lebih luas, badan pangan PBB mengatakan pengurangan ekspor gandum dan komoditas pangan lainnya dari Ukraina dan Rusia dapat menimbulkan kelaparan kronis hingga 19 juta lebih banyak orang secara global selama tahun depan.
(esn)