Perang Masih Berkecamuk Hacker Beraksi, Retas Stasiun Radio Rusia Siarkan Lagu Ukraina

Kamis, 09 Juni 2022 - 16:35 WIB
loading...
Perang Masih Berkecamuk Hacker Beraksi, Retas Stasiun Radio Rusia Siarkan Lagu Ukraina
Hacker meretas stasiun radio Rusia dan menyiarkan lagu-lagu Ukraina. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
MOSKOW - Sebuah stasiun radio Rusia menjadi target peretasan di tengah perang yang masih berkecamuk di Ukraina . Radio Rusia Kommersant FM pada hari Rabu menyiarkan lagu kebangsaan Ukraina dan lagu-lagu anti-perang untuk memprotes invasi Moskow ke Ukraina.

Stasiun itu dengan cepat berhenti mengudara.

“Stasiun radio telah diretas. Aliran internet akan segera diaktifkan kembali,” kata stasiun itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari The Moscow Times, Kamis (9/6/2022).

Para peretas anti-perang memutarkan sejumlah lagu band rock Rusia Nogu Svelo! "We Don't Need a War," yang berulang kali menampilkan kutipan dari Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang secara kasar diterjemahkan menjadi "pria tangguh selalu menepati janjinya.”



Peretasan Kommersant FM adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan digital sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Sebelumnya pada bulan Mei, situs alternatif YouTube buatan Rusia, Rutube, dimatikan oleh serangan dunia maya menjelang parade Hari Kemenangan tahunan negara itu di Lapangan Merah.

Juga pada bulan Mei, media Ukraina menerbitkan foto-foto yang dimaksudkan untuk menunjukkan peretasan beberapa saluran televisi Rusia. Saluran-saluran itu tampaknya menampilkan pesan yang berbunyi: "darah ribuan orang Ukraina dan ratusan anak-anak mereka ada di tangan Anda. Televisi dan pihak berwenang berbohong. Tidak untuk perang."



Pada bulan April, peretas juga membocorkan data pribadi 120.000 prajurit Rusia yang tampaknya bertempur di Ukraina serta data dari Kementerian Kebudayaan, Bank Sentral, dan regulator komunikasi Roskomnadzor.

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu, menyebutnya sebagai "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tetangganya itu. Sejak itu, Rusia menuntut Ukraina untuk menjadi negara netral dan tidak bergabung dengan NATO.

Ukraina dan Barat memandang alasan invasi Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali dua wilayah di Donbas, wilayah timur negara itu.



(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1657 seconds (0.1#10.140)