Zelensky: Ukraina Sedang Ditekan untuk Berdamai dengan Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Keletihan akibat perang antara Moskow dan Kiev tumbuh di seluruh dunia. Pengakuan itu diungkapkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin (6/6/2022).
Oleh karena itu, menurut dia, orang-orang menginginkan semacam hasil untuk diri mereka sendiri dan tekanan pada negara untuk mencapai segala jenis resolusi damai terhadap permusuhan semakin meningkat.
“Tentu semua orang ingin mendorong kita sedikit ke arah hasil tertentu, pasti tidak menguntungkan kita, karena mereka belum meminta kita, tetapi itu menguntungkan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingannya sendiri, baik finansial, maupun politik,” ujar Zelensky mengatakan kepada para wartawan.
Dia tidak merinci secara pasti pihak mana yang telah menekan Ukraina untuk mencapai kesepakatan damai dengan Moskow.
Presiden Ukraina sendiri, serta pejabat tinggi lainnya, telah berulang kali mengesampingkan kemungkinan konsesi teritorial ke Rusia.
Zelensky justru bersumpah untuk merebut kembali semua wilayah Ukraina yang telah dikuasai Rusia.
Aspirasi teritorial Kiev tidak hanya mencakup tanah yang berada di bawah kendali Rusia di tengah konflik yang sedang berlangsung, tetapi juga Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dan semenanjung Krimea.
Krimea memisahkan diri dari Ukraina dan bersatu kembali dengan Rusia pada tahun 2014.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Oleh karena itu, menurut dia, orang-orang menginginkan semacam hasil untuk diri mereka sendiri dan tekanan pada negara untuk mencapai segala jenis resolusi damai terhadap permusuhan semakin meningkat.
“Tentu semua orang ingin mendorong kita sedikit ke arah hasil tertentu, pasti tidak menguntungkan kita, karena mereka belum meminta kita, tetapi itu menguntungkan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingannya sendiri, baik finansial, maupun politik,” ujar Zelensky mengatakan kepada para wartawan.
Dia tidak merinci secara pasti pihak mana yang telah menekan Ukraina untuk mencapai kesepakatan damai dengan Moskow.
Presiden Ukraina sendiri, serta pejabat tinggi lainnya, telah berulang kali mengesampingkan kemungkinan konsesi teritorial ke Rusia.
Zelensky justru bersumpah untuk merebut kembali semua wilayah Ukraina yang telah dikuasai Rusia.
Aspirasi teritorial Kiev tidak hanya mencakup tanah yang berada di bawah kendali Rusia di tengah konflik yang sedang berlangsung, tetapi juga Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dan semenanjung Krimea.
Krimea memisahkan diri dari Ukraina dan bersatu kembali dengan Rusia pada tahun 2014.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(sya)