Erdogan: Turki akan Luncurkan Operasi Anti-Teroris di Suriah

Kamis, 02 Juni 2022 - 06:31 WIB
loading...
Erdogan: Turki akan...
Militer Turki menggelar konvoi di wilayah perbatasan dengan Suriah. Foto/Global Look Press/Akin Celiktas Dha
A A A
ANKARA - Turki akan meningkatkan upayanya menciptakan apa yang disebutnya "zona keamanan" selebar 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatannya dengan Suriah.

Presiden negara itu Recep Tayyip Erdogan mengumumkan langkah itu pada Rabu (1/6/2022).

“Angkatan Bersenjata Turki akan meluncurkan operasi anti-teroris yang akan menargetkan kota-kota di Suriah utara, Tal Rifat dan Manbij khususnya,” ujar dia dalam pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Ankara.



Presiden tidak merinci tanggal pasti kapan operasi akan dimulai. Dia juga tidak mengungkapkan jumlah pasukan yang diharapkan ambil bagian di dalamnya.



Turki menganggap milisi Kurdi di Suriah utara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), organisasi militan yang terlibat dalam konflik selama beberapa dekade dengan Turki.



PKK didirikan sebagai gerakan separatis yang mencari kemerdekaan untuk Kurdi, kemudian mengalihkan fokusnya ke otonomi yang lebih luas untuk Kurdi di Turki.

Ankara menganggap PKK sebagai kelompok teroris, seperti halnya Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan beberapa negara lain, seperti Kanada dan Australia.

“Kami memasuki fase baru tekad kami untuk membentuk zona aman sedalam 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifaat dan Manbij dari teroris, dan kami akan melakukan hal yang sama ke wilayah lain selangkah demi selangkah,” papar Erdogan, dilansir RT.com.

Presiden Turki juga menuduh Moskow dan Washington gagal memenuhi komitmen mereka dan memaksakan penarikan milisi Kurdi dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki.

Perkembangan tersebut telah mendorong Ankara meluncurkan operasi untuk “melindungi bangsa” dan menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai ancaman teroris.

Erdogan pertama kali mengumumkan rencananya pekan lalu ketika dia mengatakan, “Turki akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 kilometer yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami.”

Pada pertengahan April, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock.

Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.

Ankara telah melakukan beberapa operasi militer melawan Kurdi di Suriah utara pada 2016, 2018 dan 2019.

Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.

Milisi Kurdi di Suriah yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah bersekutu dengan AS dalam perjuangan mereka melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).

Pada 2019, pasukan AS buru-buru mundur dari daerah itu sesaat sebelum invasi Turki. Mereka menarik diri dari kota-kota besar Raqqa dan Manbij, dan Tentara Suriah bersama dengan polisi militer Rusia menggantikan mereka.

Baik Damaskus maupun Moskow tidak mengomentari perkembangan sejauh ini. Rusia merupakan pendukung utama rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1533 seconds (0.1#10.140)