Kanselir Jerman: Hanya Rusia yang Harus Disalahkan atas Krisis Pangan

Rabu, 01 Juni 2022 - 14:13 WIB
loading...
Kanselir Jerman: Hanya Rusia yang Harus Disalahkan atas Krisis Pangan
Kanselir Jerman: Hanya Rusia yang Harus Disalahkan atas Krisis Pangan. FOTO/Reuters
A A A
BRUSSELS - Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan, hanya Rusia yang harus disalahkan atas krisis pangan global saat ini. Dia menyatakan pendapat ini pada konferensi pers setelah KTT Uni Eropa luar biasa pada Selasa (31/5/2022).

"Tanggung jawab atas ancaman yang kita hadapi secara tegas ditanggung oleh Rusia dan presidennya," kata Scholz, mengomentari situasi soal ketahanan pangan dunia, seperti dikutip dari kantor berita TASS.



Dia bersikeras bahwa para pemimpin Uni Eropa prihatin atas kesulitan memasok produk makanan dan berpikir bahwa itu disebabkan oleh operasi militer khusus Rusia di Ukraina.

"Inilah mengapa sangat penting sekarang untuk mengaktifkan upaya ekspor gandum dari Ukraina," ujar Scholz. “Tentu ini juga melibatkan pembahasan masalah ekspor pupuk,” tambahnya.

Ia juga menyatakan, bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sedang membahas penyelesaian masalah ini dengan semua pemain penting.

Seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebelumnya, krisis pangan global dimulai jauh sebelum operasi militer khusus di Ukraina, yang antara lain disebabkan oleh pandemi dan salah perhitungan oleh negara-negara Barat.



Dia menambahkan bahwa situasi saat ini telah memperburuk masalah sementara sanksi Barat menjadi salah satu alasan utama gangguan dalam rantai pasokan makanan yang memperburuk krisis.

Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan bahwa Guterres mengadakan pembicaraan dengan Rusia dan Ukraina untuk membuka blokir ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam dengan imbalan pencabutan beberapa sanksi yang memblokir ekspor pupuk Rusia.

Informasi bahwa diskusi sedang berlangsung untuk memperbarui pasokan gabah Ukraina dan pupuk Rusia ke pasar global dikonfirmasi oleh Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya dan Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. Namun, para pihak bersikeras bahwa masalah ini sedang dibahas secara terpisah dan tidak ada pembicaraan tentang pertukaran apa pun.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1309 seconds (0.1#10.140)