Lavrov Ungkap Strategi Geopolitik Rusia, Sebut Barat Diktator
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengharapkan peningkatan kerjasama ekonomi dengan China karena Barat menjadi lebih diktator. Pernyataan tegas itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Senin (23/5/2022).
Menurut dia, Rusia bermaksud membangun hubungan dengan negara-negara merdeka dan akan memutuskan bagaimana berurusan dengan Barat jika dan ketika itu masuk akal.
“Sekarang Barat mengambil posisi diktator, hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat lagi,” ungkap Lavrov kepada para pelajar di Sekolah Primakov, sekolah menengah atas yang elit di Moskow dan dinamai sama dengan nama salah satu pendahulunya.
Dia menjelaskan, “Selain menambah pendapatan langsung ke perbendaharaan, ini akan memberi kita kesempatan mengimplementasikan rencana pengembangan Timur Jauh dan Siberia Timur.”
“Mayoritas proyek dengan China terkonsentrasi di sana. Ini merupakan kesempatan bagi kita mewujudkan potensi kita di bidang teknologi tinggi, termasuk energi nuklir, tetapi juga di sejumlah bidang lainnya,” tutur dia, dilansir RT.com.
Pernyataan Lavrov dibuat di “100 Pertanyaan untuk Pemimpin”, acara tradisional yang diselenggarakan akademi Moskow yang dinamai sama dengan Evgeny Primakov, menteri luar negeri Rusia pada 1996-1998 dan setelah itu menjadi perdana menteri.
Mengatasi gejolak yang sedang berlangsung di Ukraina, Lavrov mengatakan Moskow telah mencoba menyelesaikan krisis Donbass dengan meminta Kiev menerapkan Protokol Minsk, tetapi Barat hanya berpura-pura peduli dengan pembicaraan tersebut, dan sebaliknya “mendorong posisi arogan rezim Kiev.”
“Sekarang Barat bereaksi dengan marah terhadap Rusia yang membela kepentingan fundamentalnya yang benar-benar sah,” tegas Lavrov.
Dia menekankan, “Para pemimpin Barat mengucapkan mantra dan menyatakan bahwa mereka harus mengalahkan Rusia, atau membuat Rusia kalah di medan perang, tanpa memahami sejarah atau sifat Rusia.”
“Mereka pasti berprestasi buruk di sekolah,” sindir Lavrov.
“Saya yakin ini pada akhirnya akan berakhir. Barat pada akhirnya akan mengakui kenyataan di lapangan. Mereka akan dipaksa untuk mengakui bahwa Barat tidak dapat terus-menerus menyerang kepentingan vital Rusia, atau Rusia, di mana pun mereka tinggal, dengan impunitas,” papar dia.
“Jika dan ketika Barat sadar dan ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, Rusia akan dengan serius mempertimbangkan apakah kita akan membutuhkannya atau tidak,” ungkap menteri luar negeri kepada para siswa sekolah menengah.
“Moskow tidak hanya menerapkan strategi substitusi impor sebagai tanggapan terhadap sanksi anti-Rusia, tetapi dengan cara apa pun harus berhenti bergantung pada pasokan apa pun dari Barat dan mengandalkan kemampuannya sendiri serta negara-negara yang telah terbukti keandalan mereka dan bertindak secara independen,” pungkas Lavrov.
Menurut dia, Rusia bermaksud membangun hubungan dengan negara-negara merdeka dan akan memutuskan bagaimana berurusan dengan Barat jika dan ketika itu masuk akal.
“Sekarang Barat mengambil posisi diktator, hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat lagi,” ungkap Lavrov kepada para pelajar di Sekolah Primakov, sekolah menengah atas yang elit di Moskow dan dinamai sama dengan nama salah satu pendahulunya.
Dia menjelaskan, “Selain menambah pendapatan langsung ke perbendaharaan, ini akan memberi kita kesempatan mengimplementasikan rencana pengembangan Timur Jauh dan Siberia Timur.”
“Mayoritas proyek dengan China terkonsentrasi di sana. Ini merupakan kesempatan bagi kita mewujudkan potensi kita di bidang teknologi tinggi, termasuk energi nuklir, tetapi juga di sejumlah bidang lainnya,” tutur dia, dilansir RT.com.
Pernyataan Lavrov dibuat di “100 Pertanyaan untuk Pemimpin”, acara tradisional yang diselenggarakan akademi Moskow yang dinamai sama dengan Evgeny Primakov, menteri luar negeri Rusia pada 1996-1998 dan setelah itu menjadi perdana menteri.
Mengatasi gejolak yang sedang berlangsung di Ukraina, Lavrov mengatakan Moskow telah mencoba menyelesaikan krisis Donbass dengan meminta Kiev menerapkan Protokol Minsk, tetapi Barat hanya berpura-pura peduli dengan pembicaraan tersebut, dan sebaliknya “mendorong posisi arogan rezim Kiev.”
“Sekarang Barat bereaksi dengan marah terhadap Rusia yang membela kepentingan fundamentalnya yang benar-benar sah,” tegas Lavrov.
Dia menekankan, “Para pemimpin Barat mengucapkan mantra dan menyatakan bahwa mereka harus mengalahkan Rusia, atau membuat Rusia kalah di medan perang, tanpa memahami sejarah atau sifat Rusia.”
“Mereka pasti berprestasi buruk di sekolah,” sindir Lavrov.
“Saya yakin ini pada akhirnya akan berakhir. Barat pada akhirnya akan mengakui kenyataan di lapangan. Mereka akan dipaksa untuk mengakui bahwa Barat tidak dapat terus-menerus menyerang kepentingan vital Rusia, atau Rusia, di mana pun mereka tinggal, dengan impunitas,” papar dia.
“Jika dan ketika Barat sadar dan ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, Rusia akan dengan serius mempertimbangkan apakah kita akan membutuhkannya atau tidak,” ungkap menteri luar negeri kepada para siswa sekolah menengah.
“Moskow tidak hanya menerapkan strategi substitusi impor sebagai tanggapan terhadap sanksi anti-Rusia, tetapi dengan cara apa pun harus berhenti bergantung pada pasokan apa pun dari Barat dan mengandalkan kemampuannya sendiri serta negara-negara yang telah terbukti keandalan mereka dan bertindak secara independen,” pungkas Lavrov.
(sya)