Pertempuran Meningkat di Donbas, Ukraina Tak Yakin Gencatan Senjata Tercapai
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina mengesampingkan gencatan senjata atau konsesi ke Moskow, ketika Rusia mengintensifkan serangan di wilayah Donbas timur dan berhenti menyediakan gas ke Finlandia.
Setelah mengakhiri perlawanan pejuang Ukraina di Mariupol, Rusia melancarkan serangan besar-besaran di Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas. Separatis yang didukung Rusia telah menguasai petak-petak wilayah di Luhansk dan provinsi tetangga Donetsk sebelum invasi 24 Februari, tetapi Moskow ingin merebut wilayah terakhir yang dikuasai Ukraina di Donbas.
"Situasi di Donbas sangat sulit," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato malamnya, seperti dikutip dari Reuters. “Tentara Rusia berusaha menyerang kota Sloviansk dan Sievierodonetsk, tetapi pasukan Ukraina menahan kemajuan mereka,” lanjut Zelensky.
Pasukan Ukraina di wilayah yang dikuasai separatis di Luhansk dan Donetsk mengatakan pada hari Sabtu, bahwa mereka telah menangkis sembilan serangan dan menghancurkan lima tank dan 10 kendaraan lapis baja lainnya dalam 24 jam sebelumnya.
Pasukan Rusia menggunakan pesawat, artileri, tank, roket, mortir dan rudal di sepanjang garis depan untuk menyerang bangunan sipil dan daerah pemukiman, kata pihak Ukraina dalam sebuah posting Facebook. Sedikitnya tujuh orang tewas di wilayah Donetsk, kata mereka.
Sementara itu, penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak mengesampingkan persetujuan gencatan senjata dan mengatakan Kiev tidak akan menerima kesepakatan apa pun dengan Moskow yang melibatkan penyerahan wilayah.
“Membuat konsesi akan menjadi bumerang bagi Ukraina karena Rusia akan membalas lebih keras setelah pecahnya pertempuran,” kata Podolyak. "Perang tidak akan berhenti (setelah konsesi). Itu hanya akan ditunda untuk beberapa waktu," lanjutnya.
"Mereka akan memulai serangan baru, bahkan lebih berdarah dan berskala besar," tambah Podolyak, yang juga berstatus negosiator utama Ukraina kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kantor kepresidenan yang dijaga ketat.
Setelah mengakhiri perlawanan pejuang Ukraina di Mariupol, Rusia melancarkan serangan besar-besaran di Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas. Separatis yang didukung Rusia telah menguasai petak-petak wilayah di Luhansk dan provinsi tetangga Donetsk sebelum invasi 24 Februari, tetapi Moskow ingin merebut wilayah terakhir yang dikuasai Ukraina di Donbas.
"Situasi di Donbas sangat sulit," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato malamnya, seperti dikutip dari Reuters. “Tentara Rusia berusaha menyerang kota Sloviansk dan Sievierodonetsk, tetapi pasukan Ukraina menahan kemajuan mereka,” lanjut Zelensky.
Pasukan Ukraina di wilayah yang dikuasai separatis di Luhansk dan Donetsk mengatakan pada hari Sabtu, bahwa mereka telah menangkis sembilan serangan dan menghancurkan lima tank dan 10 kendaraan lapis baja lainnya dalam 24 jam sebelumnya.
Pasukan Rusia menggunakan pesawat, artileri, tank, roket, mortir dan rudal di sepanjang garis depan untuk menyerang bangunan sipil dan daerah pemukiman, kata pihak Ukraina dalam sebuah posting Facebook. Sedikitnya tujuh orang tewas di wilayah Donetsk, kata mereka.
Sementara itu, penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak mengesampingkan persetujuan gencatan senjata dan mengatakan Kiev tidak akan menerima kesepakatan apa pun dengan Moskow yang melibatkan penyerahan wilayah.
“Membuat konsesi akan menjadi bumerang bagi Ukraina karena Rusia akan membalas lebih keras setelah pecahnya pertempuran,” kata Podolyak. "Perang tidak akan berhenti (setelah konsesi). Itu hanya akan ditunda untuk beberapa waktu," lanjutnya.
"Mereka akan memulai serangan baru, bahkan lebih berdarah dan berskala besar," tambah Podolyak, yang juga berstatus negosiator utama Ukraina kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kantor kepresidenan yang dijaga ketat.