Bersitegang dengan AS, Rouhani Minta Militer Iran Waspada Aksi Provokasi
loading...
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani meminta angkatan bersenjata Iran untuk menjaga stabilitas regional sambil tetap waspada terhadap "provokasi." Hal itu disampaikan Rouhani di tengah meningkatnya perang kata-kata dengan musuh bebuyutan mereka, Amerika Serikat (AS).
"Kita harus hati-hati mengikuti strategi guna memastikan stabilitas kawasan yang berkelanjutan sambil tetap menjaga kewaspadaan dan kehadiran otoritatif di wilayah itu," kata stasiun televisi pemerintah Iran mengutip pernyataan Rouhani kepada Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Amir Hatami melalui telepon seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/4/2020).
Sementara dalam sebuah telepon kepada komandan Garda Revolusi Mayor Jenderal Hossein Salami, Rouhani mengatakan: "merujuk pada tindakan provokatif oleh orang asing di kawasan itu dan perlunya menjaga kewaspadaan terhadap langkah-langkah ini," lapor televisi pemerintah Iran.
Sebelumnya pada Kamis lalu, Kepala Garda Revolusi Iran mengatakan Teheran akan menghancurkan kapal perang AS jika keamanannya terancam di Teluk. Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Teheran atas "pelecehan" terhadap kapal-kapal AS. (Baca: Iran: Kapal AS akan Dihancurkan Jika Masuki Teluk Persia )
Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia telah menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menembaki setiap kapal Iran yang melecehkannya di laut, meskipun kemudian ia mengatakan tidak mengubah aturan keterlibatan militer. (Baca: Trump Perintahkan Hancurkan Kapal Iran Pengganggu Kapal Perang AS )
Awal bulan ini, militer AS mengatakan 11 kapal Angkatan Laut Pengawal Revolusi mendekati kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai AS di Teluk, menyebut gerakan itu "berbahaya dan provokatif". (Baca: 11 Kapal Iran Kepung Beberapa Kapal Perang AS dalam Jarak 9 Meter )
Teheran menyalahkan musuh lamanya itu untuk insiden tersebut. Pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Swiss di Teheran, yang mewakili kepentingan AS di negara itu, atas ketegangan baru-baru ini antara Teheran dan Washington.
Ketegangan antara Iran dan AS menajam sejak 2018, ketika Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Teheran 2015 dengan enam kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Permusuhan melonjak pada awal Januari ketika komandan militer Iran Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad. Iran membalas pada 9 Januari dengan menembakkan rudal ke pangkalan-pangkalan di Irak di mana pasukan AS ditempatkan.
Ulama penguasa Iran menganggap kehadiran militer AS di Timur Tengah sebagai ancaman bagi keamanan Teheran.
Menyulut ketegangan karena program nuklir dan rudal Teheran, Pengawal Iran pada hari Rabu mengatakan mereka telah berhasil meluncurkan satelit militer pertama negara itu ke orbit. Pengumuman itu mengundang protes dari Washington, London dan Paris. (Baca: Iran Klaim Sukses Luncurkan Satelit Militer Pertama )
"Kita harus hati-hati mengikuti strategi guna memastikan stabilitas kawasan yang berkelanjutan sambil tetap menjaga kewaspadaan dan kehadiran otoritatif di wilayah itu," kata stasiun televisi pemerintah Iran mengutip pernyataan Rouhani kepada Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Amir Hatami melalui telepon seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/4/2020).
Sementara dalam sebuah telepon kepada komandan Garda Revolusi Mayor Jenderal Hossein Salami, Rouhani mengatakan: "merujuk pada tindakan provokatif oleh orang asing di kawasan itu dan perlunya menjaga kewaspadaan terhadap langkah-langkah ini," lapor televisi pemerintah Iran.
Sebelumnya pada Kamis lalu, Kepala Garda Revolusi Iran mengatakan Teheran akan menghancurkan kapal perang AS jika keamanannya terancam di Teluk. Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Teheran atas "pelecehan" terhadap kapal-kapal AS. (Baca: Iran: Kapal AS akan Dihancurkan Jika Masuki Teluk Persia )
Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia telah menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menembaki setiap kapal Iran yang melecehkannya di laut, meskipun kemudian ia mengatakan tidak mengubah aturan keterlibatan militer. (Baca: Trump Perintahkan Hancurkan Kapal Iran Pengganggu Kapal Perang AS )
Awal bulan ini, militer AS mengatakan 11 kapal Angkatan Laut Pengawal Revolusi mendekati kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai AS di Teluk, menyebut gerakan itu "berbahaya dan provokatif". (Baca: 11 Kapal Iran Kepung Beberapa Kapal Perang AS dalam Jarak 9 Meter )
Teheran menyalahkan musuh lamanya itu untuk insiden tersebut. Pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Swiss di Teheran, yang mewakili kepentingan AS di negara itu, atas ketegangan baru-baru ini antara Teheran dan Washington.
Ketegangan antara Iran dan AS menajam sejak 2018, ketika Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Teheran 2015 dengan enam kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Permusuhan melonjak pada awal Januari ketika komandan militer Iran Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad. Iran membalas pada 9 Januari dengan menembakkan rudal ke pangkalan-pangkalan di Irak di mana pasukan AS ditempatkan.
Ulama penguasa Iran menganggap kehadiran militer AS di Timur Tengah sebagai ancaman bagi keamanan Teheran.
Menyulut ketegangan karena program nuklir dan rudal Teheran, Pengawal Iran pada hari Rabu mengatakan mereka telah berhasil meluncurkan satelit militer pertama negara itu ke orbit. Pengumuman itu mengundang protes dari Washington, London dan Paris. (Baca: Iran Klaim Sukses Luncurkan Satelit Militer Pertama )
(ber)