Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Turki Terancam Sanksi Barat pada Rusia
loading...
A
A
A
ANKARA - Reaksi global terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran baru tentang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama Turki.
PLTN Turki itu sedang dibangun perusahaan nuklir milik negara Rusia, menurut laporan Al Jazeera.
Menurut laporan itu, reaktor pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu di Turki yang terletak di pantai Mediterania dekat Mersin, direncanakan akan dimulai tahun depan.
Namun, sanksi Barat pada Rusia tersebut mengancam akan menunda proyek senilai USD20 miliar tersebut.
“Bank-bank Rusia, seperti Sberbank, yang mendukung Turki dengan pinjaman senilai USD1,2 miliar sejak 2019, telah terkena sanksi,” papar laporan itu.
Dalam wawancara dengan penyiar Turki, NTV, CEO Akkuyu Anastasia Zoteeva menyoroti "sejumlah besar peralatan" yang diproduksi untuk pabrik di negara-negara seperti Republik Ceko, Hongaria dan Korea Selatan (Korsel) juga akan ditunda.
Dengan pembangkit listrik Akkuyu, Turki bertujuan menghasilkan 10% dari kebutuhan energinya ketika keempat reaktor 1.200 megawattnya beroperasi.
Menurut Otoritas Pengaturan Nuklir Turki, proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh modal Rusia.
Eratnya kerja sama antara Turki dan Rusia membuat Ankara enggan menerapkan sanksi keras pada Moskow.
Meski Turki anggota NATO, namun Ankara mengakuisisi sistem rudal S-400 buatan Rusia. Langkah ini diprotes keras oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota NATO lainnya.
PLTN Turki itu sedang dibangun perusahaan nuklir milik negara Rusia, menurut laporan Al Jazeera.
Menurut laporan itu, reaktor pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu di Turki yang terletak di pantai Mediterania dekat Mersin, direncanakan akan dimulai tahun depan.
Namun, sanksi Barat pada Rusia tersebut mengancam akan menunda proyek senilai USD20 miliar tersebut.
“Bank-bank Rusia, seperti Sberbank, yang mendukung Turki dengan pinjaman senilai USD1,2 miliar sejak 2019, telah terkena sanksi,” papar laporan itu.
Dalam wawancara dengan penyiar Turki, NTV, CEO Akkuyu Anastasia Zoteeva menyoroti "sejumlah besar peralatan" yang diproduksi untuk pabrik di negara-negara seperti Republik Ceko, Hongaria dan Korea Selatan (Korsel) juga akan ditunda.
Dengan pembangkit listrik Akkuyu, Turki bertujuan menghasilkan 10% dari kebutuhan energinya ketika keempat reaktor 1.200 megawattnya beroperasi.
Menurut Otoritas Pengaturan Nuklir Turki, proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh modal Rusia.
Eratnya kerja sama antara Turki dan Rusia membuat Ankara enggan menerapkan sanksi keras pada Moskow.
Meski Turki anggota NATO, namun Ankara mengakuisisi sistem rudal S-400 buatan Rusia. Langkah ini diprotes keras oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota NATO lainnya.
(sya)