Bella Hadid Tuntut Pembunuh Jurnalis Shireen Diadili saat Dunia Bungkam
loading...
A
A
A
Israel tidak hanya menghancurkan gedung yang juga digunakan untuk tempat tinggal para jurnalis, penghancuran kantor-kantor itu merupakan serangan langsung terhadap Pers.
"Kenangan ini terkait dengan upaya kami, pekerjaan kami, peralatan kami, dan arsip yang mendokumentasikan banyak kenangan dan pemandangan," ujar Wael Al Dahdouh, Direktur biro Al Jazeera di Gaza.
Sementara itu, satu-satunya kekhawatiran Israel adalah bagaimana pengeboman menara-menara itu merusak citra publiknya di mata masyarakat internasional.
"Manfaat operasi tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkannya secara diplomatis dan dalam hal persepsi," ujar juru bicara militer Israel Mayor Jenderal Nitzan Alon tahun lalu.
Kekhawatiran Israel mengenai persepsi internasional dan kerusakan diplomatik sangat singkat.
“Tidak adanya kemauan politik untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia harus disalahkan,” ungkap Ramona Wadi.
“Keadilan untuk Shireen Abu Akleh, oleh karena itu, seperti dalam kasus jurnalis Palestina lainnya, intelektual dan warga sipil yang dibunuh oleh Israel, akan tetap menjadi slogan kosong karena ketidakmampuan internasional dan impunitas Israel,” tegas Ramona Wadi.
Israel telah mengebom dua kantor berita besar dan Israel hanya perlu mengeluarkan kekhawatirannya akan kerusakan diplomatik untuk membendung segala dampak yang akan datang.
“Seorang jurnalis tunggal di antara jurnalis Palestina lainnya, yang lebih menonjol karena kewarganegaraan gandanya dan outlet tempat dia bekerja, tidak mungkin mendorong komunitas internasional untuk bertindak,” papar Ramona Wadi.
Dia menjelaskan, “Publisitas dan aktivisme menyerukan keadilan, namun komunitas internasional tetap dengan sengaja terjebak dalam tuntutan politik Israel.”
"Kenangan ini terkait dengan upaya kami, pekerjaan kami, peralatan kami, dan arsip yang mendokumentasikan banyak kenangan dan pemandangan," ujar Wael Al Dahdouh, Direktur biro Al Jazeera di Gaza.
Sementara itu, satu-satunya kekhawatiran Israel adalah bagaimana pengeboman menara-menara itu merusak citra publiknya di mata masyarakat internasional.
"Manfaat operasi tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkannya secara diplomatis dan dalam hal persepsi," ujar juru bicara militer Israel Mayor Jenderal Nitzan Alon tahun lalu.
Kekhawatiran Israel mengenai persepsi internasional dan kerusakan diplomatik sangat singkat.
“Tidak adanya kemauan politik untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia harus disalahkan,” ungkap Ramona Wadi.
“Keadilan untuk Shireen Abu Akleh, oleh karena itu, seperti dalam kasus jurnalis Palestina lainnya, intelektual dan warga sipil yang dibunuh oleh Israel, akan tetap menjadi slogan kosong karena ketidakmampuan internasional dan impunitas Israel,” tegas Ramona Wadi.
Israel telah mengebom dua kantor berita besar dan Israel hanya perlu mengeluarkan kekhawatirannya akan kerusakan diplomatik untuk membendung segala dampak yang akan datang.
“Seorang jurnalis tunggal di antara jurnalis Palestina lainnya, yang lebih menonjol karena kewarganegaraan gandanya dan outlet tempat dia bekerja, tidak mungkin mendorong komunitas internasional untuk bertindak,” papar Ramona Wadi.
Dia menjelaskan, “Publisitas dan aktivisme menyerukan keadilan, namun komunitas internasional tetap dengan sengaja terjebak dalam tuntutan politik Israel.”