Profil Ferdinand Marcos Jr, Sosok Kontroversial Pemenang Pilpres Filipina
loading...
A
A
A
MANILA - Ferdinand Romualdez Marcos Jr makin tersohor dengan memenangkan pemilu presiden (pilpres) Filipina, berdasarkan hasil penghitungan awal.
Pria kelahiran 13 September 1957 yang biasa dipanggil Bongbong Marcos adalah politikus Filipina yang menjabat sebagai senator dari 2010 hingga 2016.
Dia merupakan anak kedua dan satu-satunya putra mantan presiden, diktator Ferdinand Marcos Sr dan mantan ibu negara Imelda Romualdez Marcos.
Dunia politik sudah diakrabinya sejak muda. Pada 1980, Marcos Jr yang berusia 23 tahun menjadi wakil gubernur Ilocos Norte, mencalonkan diri dengan Partai Kilusang Bagong Lipunan ayahnya, yang memerintah Filipina dengan darurat militer pada saat itu.
Dia kemudian menjadi gubernur Ilocos Norte pada 1983, memegang jabatan itu sampai keluarganya digulingkan dari kekuasaan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat dan melarikan diri ke pengasingan di Hawaii pada Februari 1986.
Setelah kematian ayahnya pada 1989, Presiden Corazon Aquino akhirnya mengizinkan sisa anggota keluarga Marcos kembali ke Filipina untuk menghadapi berbagai dakwaan pengadilan.
Dia dan ibunya saat ini menghadapi penangkapan di Amerika Serikat (AS) dan wilayahnya karena menentang perintah pengadilan untuk membayar USD353 juta sebagai ganti rugi kepada korban pelanggaran hak asasi manusia dari kediktatoran ayahnya.
Pria kelahiran 13 September 1957 yang biasa dipanggil Bongbong Marcos adalah politikus Filipina yang menjabat sebagai senator dari 2010 hingga 2016.
Dia merupakan anak kedua dan satu-satunya putra mantan presiden, diktator Ferdinand Marcos Sr dan mantan ibu negara Imelda Romualdez Marcos.
Dunia politik sudah diakrabinya sejak muda. Pada 1980, Marcos Jr yang berusia 23 tahun menjadi wakil gubernur Ilocos Norte, mencalonkan diri dengan Partai Kilusang Bagong Lipunan ayahnya, yang memerintah Filipina dengan darurat militer pada saat itu.
Dia kemudian menjadi gubernur Ilocos Norte pada 1983, memegang jabatan itu sampai keluarganya digulingkan dari kekuasaan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat dan melarikan diri ke pengasingan di Hawaii pada Februari 1986.
Setelah kematian ayahnya pada 1989, Presiden Corazon Aquino akhirnya mengizinkan sisa anggota keluarga Marcos kembali ke Filipina untuk menghadapi berbagai dakwaan pengadilan.
Dia dan ibunya saat ini menghadapi penangkapan di Amerika Serikat (AS) dan wilayahnya karena menentang perintah pengadilan untuk membayar USD353 juta sebagai ganti rugi kepada korban pelanggaran hak asasi manusia dari kediktatoran ayahnya.