Perubahan Iklim Bisa Picu Pandemi Baru, Indonesia Harus Waspada

Minggu, 01 Mei 2022 - 06:00 WIB
loading...
A A A
“Analogi terdekat sebenarnya adalah risiko yang kita lihat dalam perdagangan satwa liar,” papar penulis utama penelitian Colin Carlson, profesor di Georgetown University Medical Center.

“Kami khawatir tentang pasar karena menyatukan hewan yang tidak sehat dalam kombinasi yang tidak alami menciptakan peluang untuk proses kemunculan bertahap ini, seperti bagaimana SARS melompat dari kelelawar ke musang, lalu musang ke manusia. Tetapi pasar tidak lagi istimewa; dalam iklim yang berubah, proses semacam itu akan menjadi kenyataan di alam di mana-mana,” ujar dia.

Kelelawar, menurut perkiraan penelitian, akan mendorong sebagian besar penularan. Ini karena mereka dikenal sebagai reservoir virus, membentuk sekitar 20% dari semua spesies mamalia dan dapat terbang jarak jauh.

“Sebagai hotspot global keanekaragaman kelelawar, Asia Tenggara akan menjadi titik nyala untuk penularan baru,” ungkap para peneliti memperingatkan.

“Namun, lebih dari 3.000 spesies mamalia kemungkinan akan bermigrasi ke habitat baru, dan daerah berpenduduk padat seperti wilayah Sahel Afrika, India dan Indonesia, juga akan berisiko,” papar para peneliti.

Penyebutan Indonesia secara khusus itu menunjukkan bahwa Nusantara termasuk dalam negara yang berisiko untuk pandemi baru di masa depan.

Studi ini didasarkan pada beberapa asumsi: bahwa dunia akan terus menjadi lebih panas, hewan akan bermigrasi seperti yang diperkirakan, dan patogen yang mereka bawa akan menemukan cara untuk menginfeksi manusia.

"Tidak jelas persis bagaimana virus baru ini dapat mempengaruhi spesies yang terlibat," ungkap rekan penulis Gregory Albery, "tetapi kemungkinan banyak dari mereka akan diterjemahkan ke risiko konservasi baru dan memicu munculnya wabah baru pada manusia."

“Bahkan jika pemanasan global terjadi di bawah ambang 2 derajat, digambarkan sebagai skenario terburuk dalam Perjanjian Paris, limpahan virus di masa depan tetap dapat terjadi,” ujar tim Carlson.

“Ketika kelelawar ekor-bebas Brasil berhasil sampai ke Appalachia, kita harus berinvestasi untuk mengetahui virus apa yang menyertainya,” papar Carlson.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1159 seconds (0.1#10.140)