Ini 2 Presiden di Timur Tengah Yang Dibunuh Pasukan NATO dan Sekutunya, Nomor 2 Dituduh Diktator Kejam

Sabtu, 30 April 2022 - 15:55 WIB
loading...
Ini 2 Presiden di Timur Tengah Yang Dibunuh Pasukan NATO dan Sekutunya, Nomor 2 Dituduh Diktator Kejam
Ini 2 Presiden di Timur Tengah Yang Dibunuh Pasukan NATO dan Sekutunya, Nomor 2 Dituduh Diktator Kejam. FOTO/Al Arabiya
A A A
JAKARTA - NATO dan sekutunya diketahui telah membunuh beberapa pemimpin negara di dunia. Mulai dari presiden , raja, perdana menteri , dan sebagainya.

NATO dalam menggulingkan pemimpin suatu negara tidak menggunakan tangan mereka sendiri. Mereka akan bekerja sama dengan para pembelot lokal yang mau disetir oleh NATO dan punya keinginan yang sama.

NATO (North Atlantic Treaty Organization) awalnya dibentuk untuk memperkuat aliansi pertahanan militer negara-negara di Amerika bagian utara. Namun, semakin kesini, negara-negara NATO mulai banyak yang ikut campur dalam masalah dalam negeri suatu negara.

Berikut beberapa pemimpin negara dunia yang berhasil dibunuh NATO dan sekutunya :



1. Saddam Hussein
Saddam Husein adalah presiden Iraq. Dia menjabat sebagai presiden Iraq dari tahun 1979 hingga 2003. Saddam Husein menjadi salah satu presiden Iraq dengan jabatan terlama.

Saddam Hussein menjadi aktor penting di balik perang Iran-Irak yang memperebutkan minyak di antara wilayah mereka. Saddam Hussein memperebutkan ladang minyak di Iran di tahun 1980 yang membuatnya terjadi ketegangan dengan Iran.

Tahun 1990, Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein menyerang Kuwait. Penyerangan ini membuat Irak mendapat embargo minyak dari berbagai negara. Irak mengabaikan peringatan dari Amerika Serikat dan NATO yang memiliki pangkalan militer di Arab Saudi.

Irak terlibat dalam Perang Teluk pada tahun 1991. Perang selama 6 minggu ini membuat Irak mendapatkan banyak protes dari berbagai negara. Irak pun dijatuhi hukuman embargo dan larang produksi senjata kimia, biologi, dan nuklir. Hal ini menimbulkan krisis ekonomi parah di Irak.

Amerika Serikat dan Inggris melancarkan operasi bernama Operation Desert Fox di tahun 1998. Operasi ini bertujuan agar Saddam Hussein mau bekerja sama dengan NATO dan sekutunya. Namun, Saddam Hussein tetap menolaknya.



Saddam Husein diam-diam mempersiapkan putranya, Qusay, untuk menempati posisi penting di pemerintahan Irak. Hal ini membuat NATO dan sekutunya makin tidak suka dan membuat NATO dan sekutunya merencanakan sesuatu yang lebih untuk menggulingkan Saddam Hussein.

Peristiwa 9/11 di Gedung World Trade Center di Amerika Serikat menjadi salah satu cara Amerika Serikat melemahkan Saddam Hussein. Amerika melalui presidennya, George W Bush menuduh Saddam Hussein mendalangi aksi terorisme itu dan mengatakan tidak akan segan-segan menginvasi Irak.

Pada tanggal 17 Maret 2003, George W Bush memperingatkan Saddam Hussein untuk menyerahkan diri dalam 48 jam. Jika tidak, maka Amerika Serikat dan sekutunya akan melakukan invasi ke Irak.

Pada 20 Maret 2003, Amerika Serikat pun benar-benar manginvasi Irak. April 2003, kota Baghdad jatuh ke tangan tentara Amerika. Lalu, anak Saddam Hussein, Qusay dan Uday, terbunuh pada Juli 2003. Saddam Hussein sendiri ditangkap setahun kemudian di bulan Desember 2013 dengan penampilan yang lusuh.

Saddam Hussein pun akhirnya dihukum gantung pada bulan Desember 2006. Itu menjadi akhir cerita Saddam Hussein di Irak. Saddam Hussein semapt mengucapkan 2 kalimat syahadat sebelum digantung, namun tidak sampai selesai karena algojo lebih cepat mengeksekusinya sebelum selesai mengucapkan 2 kalimat syahadat.

2. Muammar Gaddafi
Muammar Gaddafi adalah presiden Libya. Dia memerintah Libya selama kurang lebih 42 tahun. Gaddafi menjadi presiden terlama yang pernah menjabat di Libya.

Gaddafi berhasil membuat Libya menjadi negara yang makmur di Afrika. Sebelum era Gaddafi, Libya adalah negara miskin yang dijajah oleh Perancis dan Inggris. Gaddafi mengubah kehidupan rakyat Libya dalam waktu singkat.

Hal ini dibuktikan dari survei PBB dalam Human Development Index pada tahun 2011. Libya memiliki tingkat literasi hingga 88,4% dimana sebelum era Gaddafi, tingkat literasi rakyat Libya hanya 6%. Angka harapan hidup di Libya juga mencapai 74,5 tahun yang menjadi salah satu yang tertinggi di Afrika.

Gaddafi juga menjadikan penghasilan dari minyak Libya digunakan untuk kesejahteraan rakyat Libya. Sektor vital seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, hingga sektor listrik mendapatkan subsidi gratis dari Gaddafi.



Dengan dukungan media mainstream Barat dan negara sekutu NATO, NATO dan Amerika Serikat melancarkan operasi militer “Responsibility to Protect” yang berdalih ingin menumbangkan presiden Libya, Muammaf Gaddafi yang dituduh sebagai diktator kejam untuk rakyat Libya.

Muammaf Gaddafi akhirnya diserang oleh pasukan NATO dan pasukan pembelot Libya yang tidak ingin kekuasaan Gaddafi berlanjut. Misi diawali dengan pengeboman di Libya di bulan Maret dan Oktober 2011 yang diakhiri dengan invasi pasukan NATO dan sekutunya ke dalam Libya.

Setelah Muammaf Gaddafi terbunuh di tahun 2012, negara NATO dan sekutunya memperebutkan ladang minyak Libya yang sangat menggiurkan. Perebutan lahan minyak juga terjadi dengan pembelot lokal Libya yang merasa juga punya jasa dalam menggulingkan Gaddafi.

Hingga kini, Libya masih belum bangkit dari kseulitan ekonomi semenjak ditinggal Gaddafi dibunuh pasukan NATO dan sekutunya. Subsidi gratis di berbagai sektor yang di masa kepemimpinan Muammaf Gaddafi dirasakan seluruh rakyat Libya praktis tidak dirasakan lagi.

Libya masih sering dilanda perang antar suku di dalam Libya sendiri. Hal inilah yang membuat stabilitas politik di dalamnya kurang stabil dibandingkan di era Muammaf Gaddafi.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1972 seconds (0.1#10.140)