Pasukan Ukraina di Mariupol Tolak Menyerah, tapi Minta Jaminan Keamanan
loading...
A
A
A
MARIUPOL - Pasukan Ukraina pembela terakhir kota Mariupol yang hancur menolak untuk menyerah pada militer Rusia. Namun, mereka meminta jaminan dari para pemimpin dunia.
Mariupol telah dikepung sejak invasi dimulai 24 Februari telah di ambang diambil alih total kendalinya oleh pasukan Rusia.
Kota pelabuhan Ukraina itu dilanda penembakan yang nyaris tanpa henti, yang memaksa sebagian besar dari 450.000 penduduknya mengungsi.
Kemarin, Moskow mengeluarkan seruan lain agar para pembela kota itu menyerah.
Tetapi ultimatum itu berlalu dan pasukan Ukraina tetap menolak menyerah, bersembunyi di pabrik baja Azovstal yang luas.
Menurut seorang penasihat wali kota setempat, pabrik itu juga tempat perlindungan bagi sekitar 2.000 warga sipil. Namun, jumlah pasti orang yang berlindung di sana belum bisa diverifikasi.
Seorang komandan Ukraina di pabrik itu mengeluarkan permohonan bantuan yang putus asa kemarin, menuduh Rusia gagal memenuhi janji untuk mengizinkan warga sipil keluar kota dengan aman.
"Saya ingin menyerukan kepada semua [pemimpin] dunia beradab untuk bergabung dengan jaminan keamanan," kata wakil komandan Resimen Azov sayap kanan, Kapten Sviatoslav Palamar, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Kamis (21/4/2022).
"Warga sipil di dalam pabrik itu takut karena penembakan terus-menerus," ujarnya.
Mariupol telah dikepung sejak invasi dimulai 24 Februari telah di ambang diambil alih total kendalinya oleh pasukan Rusia.
Kota pelabuhan Ukraina itu dilanda penembakan yang nyaris tanpa henti, yang memaksa sebagian besar dari 450.000 penduduknya mengungsi.
Kemarin, Moskow mengeluarkan seruan lain agar para pembela kota itu menyerah.
Tetapi ultimatum itu berlalu dan pasukan Ukraina tetap menolak menyerah, bersembunyi di pabrik baja Azovstal yang luas.
Menurut seorang penasihat wali kota setempat, pabrik itu juga tempat perlindungan bagi sekitar 2.000 warga sipil. Namun, jumlah pasti orang yang berlindung di sana belum bisa diverifikasi.
Seorang komandan Ukraina di pabrik itu mengeluarkan permohonan bantuan yang putus asa kemarin, menuduh Rusia gagal memenuhi janji untuk mengizinkan warga sipil keluar kota dengan aman.
"Saya ingin menyerukan kepada semua [pemimpin] dunia beradab untuk bergabung dengan jaminan keamanan," kata wakil komandan Resimen Azov sayap kanan, Kapten Sviatoslav Palamar, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Kamis (21/4/2022).
"Warga sipil di dalam pabrik itu takut karena penembakan terus-menerus," ujarnya.