Khawatir seperti Suriah, AS Didesak Kerahkan Tentara ke Ukraina

Senin, 18 April 2022 - 11:02 WIB
loading...
Khawatir seperti Suriah, AS Didesak Kerahkan Tentara ke Ukraina
Amerika Serikat didesak kerahkan tentara ke Ukraina untuk membantu memerangi pasukan Rusia. Desakan muncul dari senator AS yang khawatir Ukraina bernasib seperti Suriah. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) didesak untuk mengerahkan tentara ke Ukraina guna membantu memerangi pasukan Rusia. Desakan ini disampaikan Senator AS Chris Coons yang khawatir negara yang diinvasi itu berubah seperti Suriah.

Senator Coons kerap digambarkan oleh media lokal sebagai sekutu terdekat Presiden Joe Biden di Senat. Menurutnya, jika pasukan Amerika tidak turun tangan, maka Ukraina akan menjadi "Suriah dari Eropa Timur".

"Rakyat Amerika tidak dapat berpaling dari tragedi di Ukraina ini," kata Coons pada hari Minggu (17/4/2022) dalam sebuah wawancara dengan CBS News.

“Saya pikir sejarah abad ke-21 menunjukkan betapa kerasnya kita membela kebebasan di Ukraina dan bahwa [Presiden Rusia Vladimir] Putin hanya akan berhenti ketika kita menghentikannya," paparnya.



Ditanya oleh pembawa acara Margaret Brennan tentang komentarnya yang menyerukan para pemimpin AS untuk membahas pengerahan tentara ke Ukraina, Coons mengatakan para pembuat kebijakan harus mempertimbangkan tingkat kebrutalan yang ditunjukkan oleh pasukan Rusia.

Dia memuji Biden karena menarik sekutu Barat bersama-sama untuk menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia, tetapi menyarankan bahwa tindakan lebih langsung mungkin diperlukan ketika Presiden Putin meningkatkan taruhannya.

“Jika Vladimir Putin, yang telah menunjukkan kepada kita betapa brutalnya dia, dibiarkan terus membantai warga sipil, melakukan kejahatan perang di seluruh Ukraina tanpa NATO, tanpa Barat, datang lebih kuat untuk membantunya, saya sangat khawatir apa yang akan terjadi selanjutnya adalah kita akan melihat Ukraina berubah menjadi Suriah," kata Coons.

Coons bekerja sebagai staf magang di kantor Senat Biden pada 1990-an dan terpilih untuk mengisi kursi Senat sebelumnya pada 2010.

Dia digambarkan oleh New York Times sebagai "mata dan telinga" Biden di Senat, sementara Politico menyebutnya "pembisik Biden".

Media AS lainnya menjuluki Coons sebagai "menteri bayangan negara" setelah Gedung Putih mengirimnya dalam misi diplomatik ke Ethiopia tahun lalu.

Seperti Biden, Coons sebelumnya telah berbicara menentang pengiriman pasukan Amerika ke Ukraina. Dia jarang, jika pernah, bertentangan dengan pandangan Biden, sehingga perubahan retorikanya menimbulkan kekhawatiran tentang apa yang mungkin dipertimbangkan oleh panglima tertinggi Amerika.

Komentar terakhir sang senator sebelumnya muncul tiga hari setelah dia mengatakan pemerintahan Biden dan anggota Parlemen AS perlu membahas parameter untuk penempatan pasukan Amerika ke Ukraina.

Berbicara di sebuah acara di Universitas Michigan, dia berpendapat bahwa jika keterlibatan militer langsung dikesampingkan, “kami mengundang tingkat eskalasi lain dalam kebrutalan oleh Putin.”

"Kami datang tepat menghadapi momen krisis rudal Kuba dalam hal konfrontasi langsung antara NATO, Amerika Serikat, Barat dan Rusia," paparnya.

Coons menambahkan bahwa otokrat di seluruh dunia–dari Korea Utara, Iran hingga China–mengamati dengan cermat tanggapan AS dan NATO terhadap konflik Rusia-Ukraina.

Dia juga menyebut krisis itu sebagai “momen 1939”, yang mengacu pada penaklukan awal Nazi Jerman di Eropa.

“Pada titik tertentu, kita harus menghadapi kenyataan bahwa Putin mungkin bersedia untuk meningkat melampaui kemauan kita untuk mengambil risiko,” kata Coons.

“Dan jika kita membiarkan Ukraina menjadi Suriah di Eropa Timur, saya pikir kita akan mengecewakan rakyat Ukraina dan momen ini dalam sejarah.”

Pemerintah Biden selama ini menolak mengerahkan tentara AS ke Ukraina karena itu berarti akan perang secara langsung dengan Rusia atau sama halnya dengan Perang Dunia III. Sedangkan Rusia memperingatkan bahwa Perang Dunia III, jika pecah, akan menjadi perang nuklir.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0972 seconds (0.1#10.140)