Banjir Tewaskan 400 Warga Afsel, Pencarian Korban Selamat Terus Dilakukan
loading...
A
A
A
DURBAN - Warga Afrika Selatan (Afsel) terus melakukan pencarian korban selamat pada Jumat (15/4/2022) dari bencana banjir besar yang menewaskan hampir 400 orang. Banjir itu juga menghanyutkan rumah dan jalan, serta membuat ribuan orang kehilangan tempat berteduh, pasokan air bersih, dan listrik.
Banjir di provinsi Kwazulu-Natal telah melumpuhkan jaringan listrik, mematikan layanan air dan mengganggu operasi di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika. Korban tewas naik menjadi 395 pada hari Jumat dari perkiraan sebelumnya 341.
Menteri Keuangan Enoch Godongwana mengatakan kepada stasiun TV Newsroom Afrika bahwa kucuran USD68,3 juta akan diberikan untuk bantuan darurat dan tersedia untuk digunakan segera, setelah provinsi tersebut dinyatakan sebagai daerah bencana.
Pemerintah setempat memperkirakan kerusakan mencapai beberapa miliar Rand dan melaporkan penjarahan sporadis - di kota yang masih dalam pemulihan dari bencana kerusuhan dan penjarahan Juli lalu. Banyak dari mereka yang terkena dampak terburuk berada di permukiman informal yang miskin, tidak terencana, dan rentan terhadap banjir.
Pihak berwenang mengatakan bahwa sekitar 13.600 orang kehilangan tempat tinggal akibat banjir. Sementara lebih dari 40.000 orang telah terkena dampak bencana.
"Saya merasa kosong, tersesat dan sendirian. Saya pikir saya kehilangan akal sehat," kata Winnie Hlakanyana, 51, setelah gubuk lima kamarnya di pemukiman Gandhi Kwazulu-Natal hancur total, meninggalkan dia dan enam anaknya kehilangan tempat tinggal.
"Saya berharap saya baru saja mati, karena saya tidak dapat memulai dari awal. Melihat semua perabotan hasil jerih payah saya hanyut dan rumah saya tertutup lumpur. Saya tidak pernah bisa melupakannya," lanjutnya.
Stasiun TV lokal menunjukkan relawan membersihkan wadah plastik, tumpukan bambu dan kayu apung dari pantai Durban. Di pantai-pantai lain, seorang saksi mata Reuters mengatakan bahwa para wisatawan memanfaatkan jeda sebelum hujan kembali turun pada Jumat malam.
Para ilmuwan percaya bahwa pantai tenggara Afrika menjadi lebih rentan terhadap badai dahsyat dan banjir karena emisi gas yang memerangkap panas dari manusia menyebabkan Samudra Hindia menghangat. Mereka memperkirakan tren akan memburuk secara dramatis dalam beberapa dekade mendatang.
Juru kampanye iklim lokal menyerukan investasi yang lebih besar untuk membantu masyarakat lebih siap menghadapi guncangan cuaca. Pada prosesi sunyi di Durban untuk menandai dimulainya akhir pekan Paskah, umat Kristen meletakkan bunga di salib.
"Ada begitu banyak alasan untuk kehilangan harapan saat ini," kata Raymond Perry, direktur amal Kristen Dennis Hurley Centre. "(Tapi) bahkan dalam menghadapi keputusasaan, ada harapan," lanjutnya.
Banjir di provinsi Kwazulu-Natal telah melumpuhkan jaringan listrik, mematikan layanan air dan mengganggu operasi di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika. Korban tewas naik menjadi 395 pada hari Jumat dari perkiraan sebelumnya 341.
Menteri Keuangan Enoch Godongwana mengatakan kepada stasiun TV Newsroom Afrika bahwa kucuran USD68,3 juta akan diberikan untuk bantuan darurat dan tersedia untuk digunakan segera, setelah provinsi tersebut dinyatakan sebagai daerah bencana.
Pemerintah setempat memperkirakan kerusakan mencapai beberapa miliar Rand dan melaporkan penjarahan sporadis - di kota yang masih dalam pemulihan dari bencana kerusuhan dan penjarahan Juli lalu. Banyak dari mereka yang terkena dampak terburuk berada di permukiman informal yang miskin, tidak terencana, dan rentan terhadap banjir.
Pihak berwenang mengatakan bahwa sekitar 13.600 orang kehilangan tempat tinggal akibat banjir. Sementara lebih dari 40.000 orang telah terkena dampak bencana.
"Saya merasa kosong, tersesat dan sendirian. Saya pikir saya kehilangan akal sehat," kata Winnie Hlakanyana, 51, setelah gubuk lima kamarnya di pemukiman Gandhi Kwazulu-Natal hancur total, meninggalkan dia dan enam anaknya kehilangan tempat tinggal.
"Saya berharap saya baru saja mati, karena saya tidak dapat memulai dari awal. Melihat semua perabotan hasil jerih payah saya hanyut dan rumah saya tertutup lumpur. Saya tidak pernah bisa melupakannya," lanjutnya.
Stasiun TV lokal menunjukkan relawan membersihkan wadah plastik, tumpukan bambu dan kayu apung dari pantai Durban. Di pantai-pantai lain, seorang saksi mata Reuters mengatakan bahwa para wisatawan memanfaatkan jeda sebelum hujan kembali turun pada Jumat malam.
Para ilmuwan percaya bahwa pantai tenggara Afrika menjadi lebih rentan terhadap badai dahsyat dan banjir karena emisi gas yang memerangkap panas dari manusia menyebabkan Samudra Hindia menghangat. Mereka memperkirakan tren akan memburuk secara dramatis dalam beberapa dekade mendatang.
Juru kampanye iklim lokal menyerukan investasi yang lebih besar untuk membantu masyarakat lebih siap menghadapi guncangan cuaca. Pada prosesi sunyi di Durban untuk menandai dimulainya akhir pekan Paskah, umat Kristen meletakkan bunga di salib.
"Ada begitu banyak alasan untuk kehilangan harapan saat ini," kata Raymond Perry, direktur amal Kristen Dennis Hurley Centre. "(Tapi) bahkan dalam menghadapi keputusasaan, ada harapan," lanjutnya.
(esn)