Rusia: Kendaraan Pengangkut Senjata AS dan NATO Target Sah
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia akan memandang kendaraan Amerika Serikat (AS) dan NATO yang mengangkut senjata di wilayah Ukraina sebagai target militer yang sah. Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada kantor berita TASS dalam sebuah wawancara pada Rabu.
"Kami memperingatkan bahwa kendaraan AS-NATO dengan senjata yang bergerak melintasi wilayah Ukraina akan dilihat oleh kami sebagai target militer yang sah," katanya seperti dikutip dari kantor berita Rusia itu, Rabu (13/4/2022).
Ia juga mengatakan bahwa upaya AS dan negara-negara Barat untuk memperlambat "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina harus dihentikan.
"Kami juga menjelaskan kepada Amerika dan Barat lainnya bahwa upaya untuk memperlambat operasi khusus kami dan menimbulkan kerusakan yang paling mungkin pada unit Rusia dan unit DPR dan LPR akan ditekan dengan cara yang keras," katanya.
Sejak Rusia menyerang tetangganya pada 24 Februari lalu, AS dan sejumlah negara NATO mengirimkan bantuan persenjataan. Mulai dari senjata anti tank, senjata anti kendaraan lapis baja hingga sistem pertahanan udara.
Terbaru, Inggris akan memberikan pelatihan kepada tentara Ukraina seperti diungkapkan Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey.
Menurutnya, sejumlah pasukan Kiev yang tidak ditentukan diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari ke depan untuk mempelajari cara mengoperasikan kendaraan lapis baja yang telah dijanjikan Inggris untuk dipasok ke Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.
“Ada 120 kendaraan lapis baja yang sedang dalam proses persiapan,” kata Heappey kepada LBC Radio.
“Dan pasukan Ukraina yang akan mengoperasikannya akan tiba di Inggris dalam beberapa hari ke depan untuk belajar mengemudi dan memimpin kendaraan itu,” imbuhnya.
Sedangkan Presiden AS Joe Biden tengah berupaya untuk memobilisasi industri militer negaranya dan mengirim lagi persediaan senjata Pentagon senilai USD750 juta ke Ukraina, menurut sejumlah laporan yang mengutip pejabat-pejabat anonim di Washington.
Bantuan ini diatas materiil senilai USD1,7 miliar yang dikirim ke Kiev, milik pembayar pajak Amerika, sejak Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari lalu.
"Kami memperingatkan bahwa kendaraan AS-NATO dengan senjata yang bergerak melintasi wilayah Ukraina akan dilihat oleh kami sebagai target militer yang sah," katanya seperti dikutip dari kantor berita Rusia itu, Rabu (13/4/2022).
Ia juga mengatakan bahwa upaya AS dan negara-negara Barat untuk memperlambat "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina harus dihentikan.
"Kami juga menjelaskan kepada Amerika dan Barat lainnya bahwa upaya untuk memperlambat operasi khusus kami dan menimbulkan kerusakan yang paling mungkin pada unit Rusia dan unit DPR dan LPR akan ditekan dengan cara yang keras," katanya.
Sejak Rusia menyerang tetangganya pada 24 Februari lalu, AS dan sejumlah negara NATO mengirimkan bantuan persenjataan. Mulai dari senjata anti tank, senjata anti kendaraan lapis baja hingga sistem pertahanan udara.
Terbaru, Inggris akan memberikan pelatihan kepada tentara Ukraina seperti diungkapkan Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey.
Menurutnya, sejumlah pasukan Kiev yang tidak ditentukan diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari ke depan untuk mempelajari cara mengoperasikan kendaraan lapis baja yang telah dijanjikan Inggris untuk dipasok ke Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.
“Ada 120 kendaraan lapis baja yang sedang dalam proses persiapan,” kata Heappey kepada LBC Radio.
“Dan pasukan Ukraina yang akan mengoperasikannya akan tiba di Inggris dalam beberapa hari ke depan untuk belajar mengemudi dan memimpin kendaraan itu,” imbuhnya.
Sedangkan Presiden AS Joe Biden tengah berupaya untuk memobilisasi industri militer negaranya dan mengirim lagi persediaan senjata Pentagon senilai USD750 juta ke Ukraina, menurut sejumlah laporan yang mengutip pejabat-pejabat anonim di Washington.
Bantuan ini diatas materiil senilai USD1,7 miliar yang dikirim ke Kiev, milik pembayar pajak Amerika, sejak Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari lalu.
(ian)