Tank Tua Jerman Siap Dikirim ke Ukraina, Ini Penampakannya
loading...
A
A
A
BERLIN - Rheinmetall, salah satu produsen senjata terkemuka Jerman, siap untuk mulai mengirimkan tank ke Ukraina.Pernyataan itu diungkapkan Chairman Rheinmetall Armin Papperger kepada surat kabar Handelsblatt, Senin (11/4/2022).
Armin Papperger mengungkapkan perusahaannya sedang bersiap mengirim hingga 50 model Leopard 1 yang dinonaktifkan, dengan pengiriman pertama mungkin hanya dalam waktu enam pekan.
Chairman Rheinmetall mencatat kesepakatan itu, bagaimanapun, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pemerintah federal Jerman.
“Setidaknya beberapa tank yang dapat dikirim ke Ukraina bersumber dari persediaan perangkat keras yang dinonaktifkan dan dikembalikan ke pabrikan asli oleh tentara lain,” papar Papperger.
Menurut pimpinan perusahaan, saat ini kondisi tank sedang diperiksa.
Pemerintah Ukraina telah berulang kali meminta sekutu Baratnya menyediakan tank dan persenjataan berat lainnya untuk menahan serangan Rusia.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengindikasikan Berlin akan mendengarkan seruan Kiev.
Dia menekankan, "Sekarang bukan waktunya untuk alasan, melainkan waktu untuk kreativitas dan pragmatisme."
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menolak membocorkan apakah pemerintah Jerman akan mengeluarkan izin untuk pengiriman tank ke Ukraina.
Dia menambahkan, “Kami telah sepakat untuk alasan yang baik untuk tidak berbicara tentang pengiriman senjata, jenis dan rute yang konkret.”
Namun, pejabat tersebut mengindikasikan akan ada pengiriman senjata lebih lanjut karena Jerman telah berkomitmen mendukung Ukraina dengan senjata.
Mengenai perangkat keras militer jenis lain, kendaraan tempur infanteri Marder, Berlin sampai saat ini enggan memberikannya ke Kiev.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman pada Jumat menggambarkan kendaraan itu "sangat diperlukan" untuk memastikan perlindungan negara itu sendiri.
Namun, Chairman Rheinmetall mengumumkan perusahaan siap mengirim antara 50 dan 60 kendaraan Marder yang dinonaktifkan ke Ukraina.
Seperti tank Leopard, perangkat keras tersebut akan datang langsung dari stok Rheinmetall sendiri dan bukan dari Bundeswehr.
Namun, beberapa politisi dari koalisi yang berkuasa di Jerman mempertanyakan seberapa berguna tank dan kendaraan tersebut bagi Kiev, mengingat pasukan Ukraina sebagian besar telah dilatih untuk menggunakan perangkat keras militer buatan Soviet.
Marcus Faber, pakar pertahanan untuk partai FDP di parlemen Jerman, mencatat, “Seseorang harus memiliki pelatihan yang lebih intensif untuk mengoperasikan Leopard 1.”
Meskipun demikian, baik dia maupun rekannya dari Partai Hijau, Sara Nanni, sependapat, “Jika Ukraina ingin memiliki tank… maka harus ada jalan keluar ini.”
Pakar militer Rusia, Viktor Litovkin, juga memperkirakan akan diperlukan “beberapa pekan” untuk melatih pasukan Ukraina mengoperasikan perangkat keras Jerman.
Selain itu, dia menunjukkan bahwa Kiev dapat mengalami kesulitan dalam menemukan persenjataan meriam yang sesuai, yang tidak diproduksi di Ukraina.
Handelsblatt dari Rheinmetall juga mengakui ada tanda tanya besar yang menggantung di mana Ukraina akan mendapatkan amunisi.
Menurut laporan itu, sebagian besar negara telah menonaktifkan tank Leopard 1, dengan beberapa pengecualian, seperti Brasil.
Meskipun tidak mengomentari masalah persenjataan, Chairman mengatakan kepada surat kabar itu bahwa pasukan Ukraina yang memiliki pengalaman yang cukup dengan jenis tank lain dapat dilatih untuk mengoperasikan Leopard 1 “dalam beberapa hari.”
Sejak 24 Februari, ketika Rusia meluncurkan kampanye militernya terhadap tetangganya, Jerman bersama dengan banyak negara lain, telah memasok senjata ke Ukraina.
Di antara pengiriman yang diketahui adalah beberapa ribu rudal portabel anti-tank dan anti-pesawat.
Armin Papperger mengungkapkan perusahaannya sedang bersiap mengirim hingga 50 model Leopard 1 yang dinonaktifkan, dengan pengiriman pertama mungkin hanya dalam waktu enam pekan.
Chairman Rheinmetall mencatat kesepakatan itu, bagaimanapun, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pemerintah federal Jerman.
“Setidaknya beberapa tank yang dapat dikirim ke Ukraina bersumber dari persediaan perangkat keras yang dinonaktifkan dan dikembalikan ke pabrikan asli oleh tentara lain,” papar Papperger.
Menurut pimpinan perusahaan, saat ini kondisi tank sedang diperiksa.
Pemerintah Ukraina telah berulang kali meminta sekutu Baratnya menyediakan tank dan persenjataan berat lainnya untuk menahan serangan Rusia.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengindikasikan Berlin akan mendengarkan seruan Kiev.
Dia menekankan, "Sekarang bukan waktunya untuk alasan, melainkan waktu untuk kreativitas dan pragmatisme."
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menolak membocorkan apakah pemerintah Jerman akan mengeluarkan izin untuk pengiriman tank ke Ukraina.
Dia menambahkan, “Kami telah sepakat untuk alasan yang baik untuk tidak berbicara tentang pengiriman senjata, jenis dan rute yang konkret.”
Namun, pejabat tersebut mengindikasikan akan ada pengiriman senjata lebih lanjut karena Jerman telah berkomitmen mendukung Ukraina dengan senjata.
Mengenai perangkat keras militer jenis lain, kendaraan tempur infanteri Marder, Berlin sampai saat ini enggan memberikannya ke Kiev.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman pada Jumat menggambarkan kendaraan itu "sangat diperlukan" untuk memastikan perlindungan negara itu sendiri.
Namun, Chairman Rheinmetall mengumumkan perusahaan siap mengirim antara 50 dan 60 kendaraan Marder yang dinonaktifkan ke Ukraina.
Seperti tank Leopard, perangkat keras tersebut akan datang langsung dari stok Rheinmetall sendiri dan bukan dari Bundeswehr.
Namun, beberapa politisi dari koalisi yang berkuasa di Jerman mempertanyakan seberapa berguna tank dan kendaraan tersebut bagi Kiev, mengingat pasukan Ukraina sebagian besar telah dilatih untuk menggunakan perangkat keras militer buatan Soviet.
Marcus Faber, pakar pertahanan untuk partai FDP di parlemen Jerman, mencatat, “Seseorang harus memiliki pelatihan yang lebih intensif untuk mengoperasikan Leopard 1.”
Meskipun demikian, baik dia maupun rekannya dari Partai Hijau, Sara Nanni, sependapat, “Jika Ukraina ingin memiliki tank… maka harus ada jalan keluar ini.”
Pakar militer Rusia, Viktor Litovkin, juga memperkirakan akan diperlukan “beberapa pekan” untuk melatih pasukan Ukraina mengoperasikan perangkat keras Jerman.
Selain itu, dia menunjukkan bahwa Kiev dapat mengalami kesulitan dalam menemukan persenjataan meriam yang sesuai, yang tidak diproduksi di Ukraina.
Handelsblatt dari Rheinmetall juga mengakui ada tanda tanya besar yang menggantung di mana Ukraina akan mendapatkan amunisi.
Menurut laporan itu, sebagian besar negara telah menonaktifkan tank Leopard 1, dengan beberapa pengecualian, seperti Brasil.
Meskipun tidak mengomentari masalah persenjataan, Chairman mengatakan kepada surat kabar itu bahwa pasukan Ukraina yang memiliki pengalaman yang cukup dengan jenis tank lain dapat dilatih untuk mengoperasikan Leopard 1 “dalam beberapa hari.”
Sejak 24 Februari, ketika Rusia meluncurkan kampanye militernya terhadap tetangganya, Jerman bersama dengan banyak negara lain, telah memasok senjata ke Ukraina.
Di antara pengiriman yang diketahui adalah beberapa ribu rudal portabel anti-tank dan anti-pesawat.
(sya)