Anggap Barat Munafik, Netizen Arab Tidak Simpatik dengan Perang Ukraina

Jum'at, 08 April 2022 - 11:24 WIB
loading...
A A A
"Ini seperti studi tentang sesuatu, itu objek, itu hanya merujuk Anda pada sesuatu yang lebih besar tentang masalah politik, hubungan internasional, kemunafikan Barat, dan seterusnya dan seterusnya," terangnya.

Pargoo mengatakan penelitiannya masih dalam tahap awal dan belum memperhitungkan kemungkinan aktivitas terkoordinasi dari aktor asing, seperti peternakan troll yang berusaha menyebarkan disinformasi.

Dunia Arab sendiri tidak asing dengan retorika terpisah. Di media sosial Arab, pengguna tidak senang dengan perbandingan maladroit wartawan dan komentator antara Ukraina serta negara-negara Timur Tengah, dan penggunaan istilah liberal dimuat seperti "beradab."

"Hal yang membuat orang sedikit kesal adalah apa yang mereka lihat sebagai perbedaan dalam perhatian internasional, tetapi juga dalam liputan media dan bahasa yang digunakan untuk berbicara tentang para korban serta apa yang disebut di media Barat dan media lainnya — 'Agresi Rusia' dan seterusnya," terang Dina Matar, profesor di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, kepada Newsweek.

"Sementara istilah dan kata-kata ini tidak digunakan dengan cara yang sama ketika membahas, katakanlah, kerusuhan atau protes atau kekerasan dalam konteks dunia Arab," ia melanjutkan.



Dukungan untuk Rusia juga telah lazim di lingkungan media sosial berbahasa Arab, karena Kremlin dianggap melawan imperialisme Amerika. Narasi semacam itu juga dapat ditemukan di antara komentator Barat terkemuka yang mencap diri mereka sebagai anti-imperialis.

Di Facebook, grup Facebook berbahasa Arab yang berfokus pada perkembangan Ukraina-Rusia mengumpulkan puluhan ribu anggota dan beberapa postingan harian memuji Rusia. Beberapa menunjukkan dukungan untuk Ukraina.

Matar mengatakan bahwa kecenderungan di kalangan orang Arab untuk mengasosiasikan Rusia dengan anti-imperialisme memiliki sejarah panjang yang terkait dengan perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme.

"Sentimen umum semacam ini memiliki sejarah panjang," katanya kepada Newsweek.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1279 seconds (0.1#10.140)