Terancam China, Australia Perkuat Angkatan Udara dan Laut dengan Rudal Baru
loading...
A
A
A
Rudal itu diproduksi di Norwegia oleh Kongsberg Defense & Aerospace dan menjanjikan lebih dari dua kali lipat jangkauan kapal perang Australia.
Canberra sebelumnya memberikan waktu lima tahun tambahan untuk menyelesaikan peningkatan, yang diharapkan akan selesai pada 2029.
Jadwal yang direvisi datang setelah pakta keamanan baru antara China dan Kepulauan Solomon, yang telah mengundang spekulasi tentang kemungkinan pangkalan angkatan laut China yang baru segera muncul di halaman belakang Australia.
Berbicara kepada wartawan pada Senin, Komandan Armada Pasifik AS Samuel Paparo menyebut pakta itu "sangat mengkhawatirkan" meskipun faktanya kedua negara telah menolak rencana untuk pangkalan angkatan laut semacam itu.
Langkah itu juga datang di tengah kolaborasi yang semakin dalam dengan AUKUS, aliansi militer tripartit di mana Australia bermitra dengan AS dan Inggris dalam pengembangan senjata.
AUKUS mengumumkan rencana untuk bekerja sama pada senjata hipersonik pekan ini, langkah yang dikecam Beijing sebagai "mentalitas perang dingin" dari "klik Anglo-Saxon."
Rusia dan China sama-sama berhasil menguji rudal hipersonik, senjata yang saat ini tidak memiliki pertahanan efektif untuk mencegatnya.
Dalam wawancara Selasa dengan Sky News, Wakil PM Australia Barnaby Joyce menganggap pengembangan senjata hipersonik China sebagai “ancaman eksistensial.”
Dia membenarkan peningkatan senjata Australia dan memperdalam hubungan dengan AUKUS sebagai sarana menjaga Australia “tepat di puncak permainan kami.”
Kembali pada Juli, China berhasil menguji rudal hipersonik yang mampu menempuh jarak 40.000 kilometer hanya dalam waktu 100 menit, suatu prestasi yang membuat Laksamana AS Charles Richard, kepala Komando Strategis AS, menilai rudal itu sebagai “jarak dan waktu penerbangan terlama dari setiap sistem senjata serangan darat dari negara mana pun hingga saat ini.”
Canberra sebelumnya memberikan waktu lima tahun tambahan untuk menyelesaikan peningkatan, yang diharapkan akan selesai pada 2029.
Jadwal yang direvisi datang setelah pakta keamanan baru antara China dan Kepulauan Solomon, yang telah mengundang spekulasi tentang kemungkinan pangkalan angkatan laut China yang baru segera muncul di halaman belakang Australia.
Berbicara kepada wartawan pada Senin, Komandan Armada Pasifik AS Samuel Paparo menyebut pakta itu "sangat mengkhawatirkan" meskipun faktanya kedua negara telah menolak rencana untuk pangkalan angkatan laut semacam itu.
Langkah itu juga datang di tengah kolaborasi yang semakin dalam dengan AUKUS, aliansi militer tripartit di mana Australia bermitra dengan AS dan Inggris dalam pengembangan senjata.
AUKUS mengumumkan rencana untuk bekerja sama pada senjata hipersonik pekan ini, langkah yang dikecam Beijing sebagai "mentalitas perang dingin" dari "klik Anglo-Saxon."
Rusia dan China sama-sama berhasil menguji rudal hipersonik, senjata yang saat ini tidak memiliki pertahanan efektif untuk mencegatnya.
Dalam wawancara Selasa dengan Sky News, Wakil PM Australia Barnaby Joyce menganggap pengembangan senjata hipersonik China sebagai “ancaman eksistensial.”
Dia membenarkan peningkatan senjata Australia dan memperdalam hubungan dengan AUKUS sebagai sarana menjaga Australia “tepat di puncak permainan kami.”
Kembali pada Juli, China berhasil menguji rudal hipersonik yang mampu menempuh jarak 40.000 kilometer hanya dalam waktu 100 menit, suatu prestasi yang membuat Laksamana AS Charles Richard, kepala Komando Strategis AS, menilai rudal itu sebagai “jarak dan waktu penerbangan terlama dari setiap sistem senjata serangan darat dari negara mana pun hingga saat ini.”