Kekuatan Senjata Nuklir China Diprediksi Segera Samai AS dan Rusia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pertumbuhan kekuatan nuklir China akan menghasilkan dunia nuklir tiga pihak dalam jangka waktu beberapa tahun.
Peringatan itu diungkapkan Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Frank Kendall saat Simposium Luar Angkasa.
“Kekhawatiran terbesar saya pikir ada dua. … Salah satunya adalah ancaman penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia. Yang lainnya adalah pengungkapan ekspansi kekuatan nuklir China yang akan menempatkan China pada tingkat yang kira-kira setara dalam beberapa tahun ke Amerika Serikat dan Rusia,” ungkap Kendall pada Selasa (5/4/2022), dilansir Sputnik.
“Itu akan membawa kita ke dunia nuklir tiga pihak atau tiga pihak dengan kekuatan besar yang belum pernah kita miliki sebelumnya dan saya pikir kita baru saja masuk ke dalamnya dan kita baru mulai memikirkan apa artinya itu,” ujar dia.
Pada Desember, Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin menuduh China dengan cepat membangun persenjataan nuklirnya.
Dia mengklaim Beijing bermaksud meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir menjadi 1.000 pada 2030.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada bulan-bulan berikutnya bahwa pernyataan pemerintah AS tentang China mengenai persenjataan nuklirnya tidak benar.
Kementerian Luar Negeri China menyoroti bahwa Beijing menganut prinsip "tidak menggunakan senjata nuklir pertama kali" dan menjaga senjata nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasional.
Kementerian Luar Negeri China menunjukkan bahwa peningkatan yang cepat atau signifikan dalam sejumlah hulu ledak nuklir bertentangan dengan kebijakan Beijing.
Namun, juga dicatat bahwa ini tidak berarti China tidak memodernisasi persenjataannya saat ini, tetapi modernisasi berjalan sesuai dengan kepentingan Beijing dalam memastikan keandalan persenjataannya untuk menjaga keamanan dan pencegahan strategis.
Kendall mengatakan Amerika Serikat sedang mencoba membawa China ke meja negosiasi untuk menyetujui Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (START baru).
“Amerika Serikat percaya China meningkatkan persenjataan nuklirnya akan menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia, dengan pencegahan menjadi lebih sulit,” ungkap dia.
Di bawah perjanjian START Baru, Rusia dan Amerika Serikat merundingkan batas masing-masing 1.550 hulu ledak nuklir ofensif.
Rusia telah mengatakan mereka tidak berniat memaksa China berpartisipasi dalam pembicaraan nuklir dan Beijing harus memutuskan sendiri apakah pembicaraan ini bermanfaat bagi negaranya.
Peringatan itu diungkapkan Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Frank Kendall saat Simposium Luar Angkasa.
“Kekhawatiran terbesar saya pikir ada dua. … Salah satunya adalah ancaman penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia. Yang lainnya adalah pengungkapan ekspansi kekuatan nuklir China yang akan menempatkan China pada tingkat yang kira-kira setara dalam beberapa tahun ke Amerika Serikat dan Rusia,” ungkap Kendall pada Selasa (5/4/2022), dilansir Sputnik.
“Itu akan membawa kita ke dunia nuklir tiga pihak atau tiga pihak dengan kekuatan besar yang belum pernah kita miliki sebelumnya dan saya pikir kita baru saja masuk ke dalamnya dan kita baru mulai memikirkan apa artinya itu,” ujar dia.
Pada Desember, Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin menuduh China dengan cepat membangun persenjataan nuklirnya.
Baca Juga
Dia mengklaim Beijing bermaksud meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir menjadi 1.000 pada 2030.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada bulan-bulan berikutnya bahwa pernyataan pemerintah AS tentang China mengenai persenjataan nuklirnya tidak benar.
Kementerian Luar Negeri China menyoroti bahwa Beijing menganut prinsip "tidak menggunakan senjata nuklir pertama kali" dan menjaga senjata nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasional.
Kementerian Luar Negeri China menunjukkan bahwa peningkatan yang cepat atau signifikan dalam sejumlah hulu ledak nuklir bertentangan dengan kebijakan Beijing.
Namun, juga dicatat bahwa ini tidak berarti China tidak memodernisasi persenjataannya saat ini, tetapi modernisasi berjalan sesuai dengan kepentingan Beijing dalam memastikan keandalan persenjataannya untuk menjaga keamanan dan pencegahan strategis.
Kendall mengatakan Amerika Serikat sedang mencoba membawa China ke meja negosiasi untuk menyetujui Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (START baru).
“Amerika Serikat percaya China meningkatkan persenjataan nuklirnya akan menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia, dengan pencegahan menjadi lebih sulit,” ungkap dia.
Di bawah perjanjian START Baru, Rusia dan Amerika Serikat merundingkan batas masing-masing 1.550 hulu ledak nuklir ofensif.
Rusia telah mengatakan mereka tidak berniat memaksa China berpartisipasi dalam pembicaraan nuklir dan Beijing harus memutuskan sendiri apakah pembicaraan ini bermanfaat bagi negaranya.
(sya)