Jepang Kecam Keras Kematian Puluhan Warga Sipil di Dekat Kiev
loading...
A
A
A
WARSAWA - Menteri Luar Negeri Jepang , Yoshimasa Hayashi pada Senin (4/4/2022) mengutuk kekerasan "yang sangat kejam" terhadap warga sipil di dekat Kiev yang mengacu pada pembunuhan di kota Bucha.
Diplomat top Jepang, yang mengunjungi Polandia, bergabung dengan kemarahan global setelah puluhan mayat ditemukan di kuburan massal atau berserakan di jalan-jalan dekat ibukota Ukraina selama akhir pekan.
"Saya sangat terkejut dengan berita tentang tindakan kekerasan yang sangat kejam terhadap warga sipil di dekat Kiev," kata Hayashi kepada wartawan bersama rekannya dari Polandia di Warsawa, seperti dikutip dari AFP.
"Pembunuhan warga sipil tak berdosa merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional dan tidak dapat diterima dan saya sangat mengutuk tindakan ini," tambahnya.
"Serangan Rusia adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan upaya untuk mengubah status quo secara sepihak melalui penggunaan kekuatan," lanjutnya.
Pada Senin pagi, Kremlin menolak tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di dekat Kiev dan menyatakan gambar mayat adalah "palsu".
Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau pada bagiannya menekankan pentingnya diplomasi dalam mengakhiri perang.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik adalah, sedang, dan akan terus dilakukan dengan diplomasi dan dialog," katanya. "Kami menyesal bahwa Rusia memilih jalan agresi dan perang daripada dialog dan diplomasi," lanjutnya.
Menteri Jepang berbicara saat dalam perjalanan beberapa hari ke Polandia, di mana ia mengunjungi perbatasan anggota Uni Eropa dengan Ukraina dan bertemu dengan para pengungsi yang melarikan diri dari negara yang dilanda perang.
"Saya bisa melihat sendiri betapa sulitnya situasi para pengungsi," katanya. Hayashi kemudian mengatakan kepada wartawan Jepang bahwa beberapa pengungsi akan kembali ke Jepang bersamanya.
"Saya mengetahui bahwa ada beberapa orang yang ingin mengungsi ke Jepang, tetapi saat ini kesulitan mengamankan sarana perjalanan sendiri," katanya. Dia menambahkan bahwa "20 pengungsi akan naik pesawat cadangan pemerintah dalam perjalanan pulang saya."
Diplomat top Jepang, yang mengunjungi Polandia, bergabung dengan kemarahan global setelah puluhan mayat ditemukan di kuburan massal atau berserakan di jalan-jalan dekat ibukota Ukraina selama akhir pekan.
"Saya sangat terkejut dengan berita tentang tindakan kekerasan yang sangat kejam terhadap warga sipil di dekat Kiev," kata Hayashi kepada wartawan bersama rekannya dari Polandia di Warsawa, seperti dikutip dari AFP.
"Pembunuhan warga sipil tak berdosa merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional dan tidak dapat diterima dan saya sangat mengutuk tindakan ini," tambahnya.
"Serangan Rusia adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan upaya untuk mengubah status quo secara sepihak melalui penggunaan kekuatan," lanjutnya.
Pada Senin pagi, Kremlin menolak tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di dekat Kiev dan menyatakan gambar mayat adalah "palsu".
Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau pada bagiannya menekankan pentingnya diplomasi dalam mengakhiri perang.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik adalah, sedang, dan akan terus dilakukan dengan diplomasi dan dialog," katanya. "Kami menyesal bahwa Rusia memilih jalan agresi dan perang daripada dialog dan diplomasi," lanjutnya.
Menteri Jepang berbicara saat dalam perjalanan beberapa hari ke Polandia, di mana ia mengunjungi perbatasan anggota Uni Eropa dengan Ukraina dan bertemu dengan para pengungsi yang melarikan diri dari negara yang dilanda perang.
"Saya bisa melihat sendiri betapa sulitnya situasi para pengungsi," katanya. Hayashi kemudian mengatakan kepada wartawan Jepang bahwa beberapa pengungsi akan kembali ke Jepang bersamanya.
"Saya mengetahui bahwa ada beberapa orang yang ingin mengungsi ke Jepang, tetapi saat ini kesulitan mengamankan sarana perjalanan sendiri," katanya. Dia menambahkan bahwa "20 pengungsi akan naik pesawat cadangan pemerintah dalam perjalanan pulang saya."
(esn)