Ukraina Sedih Industri Militer dan Sipilnya Telah Dihabisi Rusia

Jum'at, 01 April 2022 - 07:14 WIB
loading...
Ukraina Sedih Industri...
Ukraina sedih industri militer dan industri sipilnya telah dihabisi Rusia dalam agresi besar-besaran. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia
A A A
KIEV - Pasukan Rusia hampir sepenuhnya menghancurkan industri pertahanan dan menghabisi industri sipil Ukraina . Kondisi itu diratapi penasihat Presiden Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich.

Mengomentari putaran terbaru negosiasi antara Kiev dan Moskow, yang berlangsung awal pekan ini di Istanbul, Arestovich menggarisbawahi bahwa setiap agresi militer skala besar dan perjanjian damai selalu merupakan kompromi antara kedua pihak.

“Karena kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian. Jika Anda berpikir bahwa kami tidak menderita kerugian, maka Anda salah besar. Mereka praktis telah menghancurkan industri militer kita dan dalam banyak hal sedang menghabisinya. Dan dalam banyak hal mereka menghabisi yang sipil, dengan sengaja menghancurkannya,” katanya.



Dia mengeklaim bahwa tujuan Rusia adalah untuk mereduksi Ukraina. "Menjadi negara ketika tidak ada yang akan tertarik di dalamnya, seperti wilayah yang hancur," ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (4/1/2022).

“Ini persis apa yang mereka lakukan dan akan terus mereka lakukan,” tegasnya.

Rusia bersikeras bahwa mereka tidak menargetkan objek sipil dan menuduh "nasionalis Ukraina" menggunakan orang biasa sebagai "perisai manusia".

Menurut pendapat Arestovich, putaran negosiasi baru-baru ini telah menandai “kemenangan signifikan” bagi diplomasi Ukraina.
Penasihat presiden tersebut mengeklaim bahwa Kiev tidak menerima kompromi apa pun dan, sebaliknya, meningkatkan posisinya di semua jalur negosiasi.

Sebelum pertemuan di Istanbul, dia menjelaskan bahwa Ukraina adalah negara netral, tanpa jaminan apa pun, dan dua kali tertipu.

“Jaminan sekarang muncul. Banyak negara–Amerika Serikat, Inggris, Polandia, semua anggota tetap Dewan Keamanan PBB, banyak negara lain, China sedang dipertimbangkan, Turki–semua negara ini memberikan persetujuan mereka untuk memberi kami jaminan. Dan ini bukan tahun 1994, ketika tidak ada yang percaya pada perang apa pun di Ukraina, tetapi sekarang, setelah perang terjadi dan mereka mengerti bahwa itu mungkin terulang, namun mereka memberikan jaminan,” kata Arestovich.

Namun, dalam kontradiksi yang jelas dengan klaim Arestovich, Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield, ketika ditanya pada hari Rabu tentang kesiapan Washington untuk melayani sebagai penjamin keamanan untuk Kiev, mengatakan bahwa tidak ada yang spesifik yang dapat dia bagikan saat ini. "Meskipun pemerintah AS terus-menerus berdiskusi dengan Ukraina," katanya.

Sementara itu, otoritas Jerman mengonfirmasi bahwa Ukraina dapat 100% mengandalkan dukungan mereka dalam hal jaminan keamanan.

Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock menekankan bahwa pada titik ini, negosiasi antara Ukraina dan Rusia belum cukup maju dan dengan demikian pemahaman Kiev dan Moskow tentang proposal bisa sangat berbeda.

Putaran negosiasi antara Ukraina dan Rusia di Istanbul pada hari Selasa dilihat oleh banyak orang sebagai langkah signifikan untuk mencapai kesepakatan.

Moskow menyerang tetangganya sejak 24 Februari menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan Perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas dua republik Donbass; Donetsk dan Luhansk, sebagai negara merdeka.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik Donbass dengan paksa.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)