Berebut Simpati Indonesia, Ukraina dan Rusia Gunakan Narasi Ulama Islam

Jum'at, 25 Maret 2022 - 17:31 WIB
loading...
Berebut Simpati Indonesia, Ukraina dan Rusia Gunakan Narasi Ulama Islam
Mobil-mobil di Mykolaiv, Ukraina, terbakar akibat invasi Rusia. Kedutaan Ukraina dan Kedutaan Rusia di Jakarta menggunakan narasi ulama Islam mereka untuk merebut simpati masyarakat Indonesia. Foto/Layanan Pers Dinas Darurat Negara Ukraina/REUTERS
A A A
JAKARTA - Kedutaan Besar Ukraina dan Rusia saling berebut simpati masyarakat Indonesia terkait perang mereka. Menyadari negara ini mayoritasnya Muslim, kedua kedutaan sama-sama menggunakan narasi ulama Islam yang disebarkan di platform media sosial.

Pihak Ukraina mengunggah argumen Mufti Manajemen Spiritual Muslim Ukraina "UMMAH", Syekh Said Ismailov, dalam posting-nya bertanggal 3 Maret. Narasi ulama itu sebenarnya sudah muncul pada 24 Februari dan di-posting ulang oleh akun resmi Facebook Kedutaan Ukraina “Embassy of Ukraine to the Republic of Indonesia”.
Berebut Simpati Indonesia, Ukraina dan Rusia Gunakan Narasi Ulama Islam

Berikut argumen lengkap Syekh Ismailov yang digunakan Kedutaan Ukraina untuk meraih simpati masyarakat Indonesia:

Assalamualaikum, warga Ukraina yang terkasih! Saudara-saudari terkasih!

Di masa yang sulit ini, saya meminta Anda sekalian untuk membela Ukraina dari agresi militer Rusia. Bagi Anda yang mampu menjadi prajurit, bergabunglah ke Angkatan Bersenjata Ukraina, Garda Nasional, atau ke batalyon pertahanan teritorial. Dan bagi Anda yang tidak dapat bergabung, jadilah relawan untuk membantu para prajurit. Bersama, kita akan berhasil melawan agresi dan membebaskan wilayah-wilayah pendudukan Krimea dan Donbas.

Saat kita bersatu dan berjuang bersama, jalan menuju Ukraina yang tangguh, bebas, dan sejahtera akan terbuka.

Hari ini saya menuliskan kepada para prajurit Muslim yang telah dipanggil untuk bergabung dengan militer dan saat ini sedang menuju ke sana, dan meminta agar mereka serta keluarganya yang tinggal di rumah senantiasa didoakan.

Saya mengimbau kepada seluruh umat Islam Ukraina untuk berdiri berdampingan dengan semua orang Ukraina, sama seperti di tahun 2014, dan menjadi batu pertahanan Ukraina yang tidak dapat digoyahkan.

Kita adalah bangsa Ukraina satu-satunya, yang memiliki satu negara untuk semua dan satu tanah air di bawah kaki kita, tempat di mana anak-anak kita berjalan. Hidup, martabat, dan harta benda seorang Muslim tidak dapat diganggu gugat. Dan tidak ada seorang pun yang berhak merampas tanah, kebebasan, dan negara kita. Seorang pria datang kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya: apa yang harus aku lakukan jika seorang penjahat dengan senjata datang untuk mengambil barang milikku? Sang Nabi menjawab: Ambillah senjata dan lindungilah dirimu sendiri!

Saudara dan saudari, saya mendorong Anda untuk mempertahankan kenegaraan dan kemerdekaan Ukraina, serta mendukung angkatan bersenjata dan para pelindung kita. Dengan bantuan Allah SWT, kita akan menang! Kebenaran dan keadilan menyertai kita!

Semoga Allah Yang Mahakuasa berbelas kasih kepada Ukraina dan seluruh rakyat Ukraina!

Mufti Kantor Agama Urusan Muslim Ukraina “UMMAH”
Sheikh Said Ismagilov

Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia melalui akun resmi Facebook-nya “Russian Embassy in Indonesia”pada 24 Maret 2022 mem-posting argumen ulama Islam Rusia yang membela operasi militer Moskow di Ukraina.
Berebut Simpati Indonesia, Ukraina dan Rusia Gunakan Narasi Ulama Islam

Berikut ini posting lengkap Kedutaan Rusia

Para pemimpin komunitas muslim Rusia menyatakan dukungan mereka terhadap operasi militer khusus Rusia di Ukraina. Ketua Mufti Dewan Pusat Spiritual Muslim Rusia Talgat Tajuddin mengatakan bahwa operasi khusus di Ukraina merupakan langkah yang terpaksa dan tidak dapat dihindari.

“Ini adalah tindakan yang dibenarkan dan terpaksa dilakukan. Ketika nazisme dan fasisme bangkit kembali di sebelah (negara) kita, ketika Barat bahkan mencoba mengadu domba persaudaraan kita, hal itu tidak mungkin dianggap normal. Jika ada ancaman rudal yang dapat mencapai ibu kota Tanah Air kita dalam 5—7 menit, bahkan ke Ufa, Kazan, dan kota-kota Rusia lainnya, siapa yang akan menoleransi ini?” kata Tajuddin.

“Tidak ada yang menyukai perang karena rakyat kami telah menyaksikan sendiri betapa perang sangat menyengsarakan (Perang Dunia II). Sejarah dan kisah peperangan diturunkan dari generasi ke generasi. Namun, kini, kita telah melihat selama delapan tahun terakhir bahwa pemerintah Ukraina dan Barat melakukan pembataian dan berusaha membangkitkan kembali fasime. Presiden Putin menjelaskan ini di sela-sela semua acara internasional.”

Menurutnya, operasi militer saat ini di Ukraina “sebenarnya merupakan langkah yang terpaksa dilakukan demi perdamaian.”

Selain itu, Kepala Pusat Koordinasi Muslim Kaukasus Utara, Ismail Berdiyev, mengatakan bahwa perang tidak pernah baik dan tidak ada orang normal yang senang dengan perang. “Namun, apa yang terjadi sekarang di Ukraina sudah merupakan tindakan terpaksa,” tegas sang mufti.

“Kami berdoa agar prajurit-prajurit kita kembali ke rumahnya masing-masing dengan selamat, dan kami berdoa kepada (Allah) Yang Mahakuasa supaya pihak Ukraina meletakkan senjatanya dan, dengan demikian, muncul perdamaian,” kata Mufti Berdiyev.

Menurut Kepala Majelis Spiritual Muslim Rusia Albir Krganov, umat Islam telah menyaksikan apa yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di “negara Ukraina yang bersaudara”. “Kami berempati kepada rakyat Ukraina dan memahami bahwa sekarang adalah waktu yang sangat sulit bagi mereka,” lanjutnya. “Namun, kita tidak bisa melupakan kekejaman apa yang dilakukan di sana oleh kaum ultranasionalis yang, misalnya, membakar orang hidup-hidup di Odessa.”

“Kami tidak ingin hal semacam itu terjadi di Rusia, tetapi sebenarnya ada upaya untuk melakukan itu, persiapan telah berlangsung, dan Ukraina telah dipersiapkan sebagai batu loncatan untuk menyerang negara kami,” kata sang mufti.

Sedangkan kebijakan pemerintah Indonesia tidak goyah, yakni menganut prinsip “bebas aktif”, yang artinya bebas karena tidak memihak salah satu blok dan aktif untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Pemerintah Indonesia, sejauh ini telah mengecam perang di Ukraina, tapi tidak secara langsung menyalahkan Rusia. Jakarta juga tidak ambil bagian dalam menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Oleh karena itu, pemerintah Presiden Vladimir Putin tidak memasukkan Indonesia dalam daftar 48 negara dan teritori asing yang tak bersahabat dengan Rusia.

Kedutaan Rusia juga berterima kasih kepada Indonesia karena tidak memusuhi Moskow.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1675 seconds (0.1#10.140)