Pembelot Rusia: Putin Tanpa Ragu Tekan Tombol Merah Nuklir Jika Kehilangan Kekuasaan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang pembelot Rusia mengatakan tangan Presiden Vladimir Putin tidak akan ragu menekan "tombol merah" perintah serangan senjata nuklir jika dia kehilangan kekuasaan.
Alex Konanykhin meninggalkan Rusia pada tahun 1992 dan tujuh tahun kemudian menjadi warga negara Rusia pertama yang diberikan suaka politik di Amerika Serikat (AS).
Awal bulan ini, pengusaha itu mengumumkan melalui media sosial bahwa dia menawarkan hadiah USD1 juta (Rp14,3 miliar) untuk penangkapan Putin.
Dia mengatakan kepada Express.co.uk motifnya melakukan ini adalah karena dia tidak ingin dibingungkan oleh sebagian besar orang Rusia yang secara aktif mendukung atau diam-diam terlibat dalam perang Putin melawan Ukraina. Posting-an media sosial Konanykhin menerima jutaan like dan perhatian media yang besar.
Pembelot Rusia itu telah memperingatkan bahaya rezim Putin selama bertahun-tahun dan pada tahun 2014 memulai petisi yang menyerukan Gedung Putih untuk menunjuk Rusia sebagai "State Sponsor of Terrorism".
Konanykhin mengatakan dia percaya bahwa konflik di Ukraina bisa meningkat menjadi perang nuklir, tidak seperti yang dipikirkan kebanyakan orang.
Sampai saat ini, satu-satunya penggunaan senjata nuklir selama konflik adalah pada tahun 1945 ketika AS menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang; Hiroshima dan Nagasaki.
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, tiga minggu lalu Putin mengatakan bahwa dia memerintahkan senjata nuklir Rusia ditempatkan dalam status siap tempur.
Ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Kremlin dapat menggunakan senjata nuklir taktis.
Senjata nuklir taktis adalah senjata yang dapat digunakan dalam jarak yang relatif pendek—tidak seperti senjata nuklir "strategis" yang dapat dilepaskan oleh AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin.
Alex Konanykhin meninggalkan Rusia pada tahun 1992 dan tujuh tahun kemudian menjadi warga negara Rusia pertama yang diberikan suaka politik di Amerika Serikat (AS).
Awal bulan ini, pengusaha itu mengumumkan melalui media sosial bahwa dia menawarkan hadiah USD1 juta (Rp14,3 miliar) untuk penangkapan Putin.
Dia mengatakan kepada Express.co.uk motifnya melakukan ini adalah karena dia tidak ingin dibingungkan oleh sebagian besar orang Rusia yang secara aktif mendukung atau diam-diam terlibat dalam perang Putin melawan Ukraina. Posting-an media sosial Konanykhin menerima jutaan like dan perhatian media yang besar.
Pembelot Rusia itu telah memperingatkan bahaya rezim Putin selama bertahun-tahun dan pada tahun 2014 memulai petisi yang menyerukan Gedung Putih untuk menunjuk Rusia sebagai "State Sponsor of Terrorism".
Konanykhin mengatakan dia percaya bahwa konflik di Ukraina bisa meningkat menjadi perang nuklir, tidak seperti yang dipikirkan kebanyakan orang.
Sampai saat ini, satu-satunya penggunaan senjata nuklir selama konflik adalah pada tahun 1945 ketika AS menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang; Hiroshima dan Nagasaki.
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, tiga minggu lalu Putin mengatakan bahwa dia memerintahkan senjata nuklir Rusia ditempatkan dalam status siap tempur.
Ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Kremlin dapat menggunakan senjata nuklir taktis.
Senjata nuklir taktis adalah senjata yang dapat digunakan dalam jarak yang relatif pendek—tidak seperti senjata nuklir "strategis" yang dapat dilepaskan oleh AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin.