AS Takut Rusia Gunakan Senjata Nuklir Jika Ukraina Gagalkan Invasi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) takut Presiden Rusia Vladimir Putin akan nekat menggunakan senjata nuklir jika pasukan pertahanan Ukraina terus menggagalkan invasi Moskow.
Direktur Badan Intelijen Pertahanan Amerika Letnan Jenderal Scott Berrier menguraikan ketakutannya tersebut dalam sebuah laporan tentang ancaman global tertanggal 15 Maret, yang diperoleh Fox News.
“Karena perang ini dan konsekuensinya secara perlahan melemahkan kekuatan konvensional Rusia, Rusia kemungkinan akan semakin mengandalkan penangkal nuklirnya untuk memberi sinyal kepada Barat dan memproyeksikan kekuatan kepada audiens internal dan eksternalnya,” tulis dia.
Letnan Jenderal Berrier mengatakan penempatan pasukan nuklir Moskow baru-baru ini dalam siaga tinggi kemungkinan dimaksudkan untuk mengintimidasi, dan bahwa Kremlin dapat mengancam untuk menggunakan senjata nuklir taktis non-strategis untuk menakut-nakuti musuh agar tunduk.
“Rusia memandang kekuatan nuklir yang kuat dan dapat bertahan sebagai fondasi keamanan nasionalnya, dan kekuatan tujuan umum yang dimodernisasi sebagai hal yang penting untuk menghadapi ancaman militer konvensional dan memproyeksikan kekuatan Rusia di luar negeri,” lanjut Berrier, yang dilansir Jumat (18/3/2022).
Senjata nuklir telah menjadi kekhawatiran Barat dalam perang di Ukraina ketika Presiden Putin memerintahkan komandan militernya untuk menempatkan senjata nuklir dalam siaga tinggi pada 27 Feburari lalu.
Perintah itu sebenarnya sebagai respons atas pernyataan agresif oleh para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sanksi ekonomi dari banyak negara terhadap Moskow.
"Seperti yang Anda lihat, tidak hanya negara-negara Barat yang mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi-maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik-tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif pada negara kami," kata Putin.
Moskow saat ini tercatat sebagai pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia, bahkan melebihi yang dimiliki AS.
"Saya memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia untuk menempatkan pasukan pencegahan tentara Rusia ke dalam mode layanan tempur khusus," kata Putin. Pasukan pencegahan yang dimaksud adalah pasukan yang mengoperasikan senjata nuklir.
Perintah Putin itu langsung disanggupi militer Rusia.
Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia. Namun, Moskow menolak narasi invasi dan memilih narasi operasi militer khusus dalam aksinya di Ukraina.
Lihat Juga: 7 Fakta Pemilu Presiden Amerika Serikat, Salah Satunya Trump Akan Mendeklarasikan Kemenangan Lebih Awal
Direktur Badan Intelijen Pertahanan Amerika Letnan Jenderal Scott Berrier menguraikan ketakutannya tersebut dalam sebuah laporan tentang ancaman global tertanggal 15 Maret, yang diperoleh Fox News.
“Karena perang ini dan konsekuensinya secara perlahan melemahkan kekuatan konvensional Rusia, Rusia kemungkinan akan semakin mengandalkan penangkal nuklirnya untuk memberi sinyal kepada Barat dan memproyeksikan kekuatan kepada audiens internal dan eksternalnya,” tulis dia.
Letnan Jenderal Berrier mengatakan penempatan pasukan nuklir Moskow baru-baru ini dalam siaga tinggi kemungkinan dimaksudkan untuk mengintimidasi, dan bahwa Kremlin dapat mengancam untuk menggunakan senjata nuklir taktis non-strategis untuk menakut-nakuti musuh agar tunduk.
“Rusia memandang kekuatan nuklir yang kuat dan dapat bertahan sebagai fondasi keamanan nasionalnya, dan kekuatan tujuan umum yang dimodernisasi sebagai hal yang penting untuk menghadapi ancaman militer konvensional dan memproyeksikan kekuatan Rusia di luar negeri,” lanjut Berrier, yang dilansir Jumat (18/3/2022).
Senjata nuklir telah menjadi kekhawatiran Barat dalam perang di Ukraina ketika Presiden Putin memerintahkan komandan militernya untuk menempatkan senjata nuklir dalam siaga tinggi pada 27 Feburari lalu.
Perintah itu sebenarnya sebagai respons atas pernyataan agresif oleh para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sanksi ekonomi dari banyak negara terhadap Moskow.
"Seperti yang Anda lihat, tidak hanya negara-negara Barat yang mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi-maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik-tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif pada negara kami," kata Putin.
Moskow saat ini tercatat sebagai pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia, bahkan melebihi yang dimiliki AS.
"Saya memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia untuk menempatkan pasukan pencegahan tentara Rusia ke dalam mode layanan tempur khusus," kata Putin. Pasukan pencegahan yang dimaksud adalah pasukan yang mengoperasikan senjata nuklir.
Perintah Putin itu langsung disanggupi militer Rusia.
Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia. Namun, Moskow menolak narasi invasi dan memilih narasi operasi militer khusus dalam aksinya di Ukraina.
Lihat Juga: 7 Fakta Pemilu Presiden Amerika Serikat, Salah Satunya Trump Akan Mendeklarasikan Kemenangan Lebih Awal
(min)