3 Negara Ini Pernah Miliki Laboratorium Senjata Biologis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Senjata biologis merupakan senjata berbentuk mikroorganisme seperti bakteri, jamur, racun, atau pun virus yang diproduksi dan dilepaskan dengan sengaja untuk memberikan penyakit atau membunuh makhluk hidup, termasuk juga manusia.
Senjata biologis juga bagian dari kelas senjata pemusnah massal seperti senjata kimia, nuklir, dan radiologis. Penggunaan senjata biologis sangat berbahaya karena akan menimbulkan dampak yang mengerikan pada dunia.
Walaupun memiliki tingkat risiko tinggi dan berbahaya, namun beberapa negara tercatat pernah memiliki laboratorium penelitian tentang senjata biologis.
Berikut beberapa negara yang pernah memiliki laboratorium senjata biologis:
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat memulai penelitian senjata biologis pada 1943 atas perintah Presiden Franklin Roosevelt.
Amerika Serikat memiliki laboratorium penelitian senjata biologis bernama US Army Biological Warfare Laboratories.
Laboratorium ini beroperasi di Fort Detrick, Maryland, Amerika Serikat, mulai tahun 1943 di bawah kendali Komando Penelitian dan Pengembangan Korps Kimia Angkatan Darat AS.
Penelitian Korps Kimia Angkatan Darat AS ini mengembangkan biocontainment, dekontaminasi, dan sterilisasi gas, serta produksi agen pemurnian program perang biologis AS. Namun, sayangnya pada 1969 penelitian ini dihentikan dan laboratorium ditutup.
Yang terbaru, Amerika Serikat dituduh memiliki laboratorium senjata biologis di Ukraina. Dalam hal ini, AS bekerja sama dengan Ukraina untuk mencegah pasukan Rusia menyerbu dan mengambil alih bahan penelitian biologis yang berada di laboratorium tersebut.
2. Uni Soviet
Sebelum runtuh, Uni Soviet pernah mengembangkan program senjata biologis pada tahun 1920-an hingga 1992. Ada dugaan program itu dilanjutkan oleh Rusia.
Pada tahun 1960, banyak fasilitas laboratorium senjata biologis di seluruh wilayah Uni Soviet.
Sepanjang sejarahnya, Uni Soviet diketahui telah menimbun 11 bio agen dan mengejar penelitian senjata biologis lain.
Uni Soviet memiliki agen bernama The All Union Science Production Association Biopreparat yang dibentuk pada April 1974.
Biopreparat ini menjadi pelopor program biologis dengan memiliki banyak fasilitas seperti 3 pabrik percontohan dan 5 pabrik produksi penggunaan ganda.
Biopreparat mengejar program R&D yang secara genetik merekayasa strain mikroba agar tahan terhadap berbagai antibiotik.
3. Inggris
Selama Perang Dunia II, para ilmuwan Inggris mempelajari penggunaan senjata biologis. Pengembangan senjata biologis Inggris berlanjut pada 1950 dengan tes wabah brucellosis, tularemia, dan virus vaccinia.
Secara singkat, lima uji coba senjata biologis Inggris berlangsung di laut menggunakan awan aerosol dan hewan sebagai objek eksperimennya.
Yang pertama, operasi Harness di Antigua pada 1948 hingga 1949, kemudian operasi Cauldron dari Stornoway pada 1952, operasi Hesperus di Stornoway pada 1953, operasi Ozon di Nassau pada 1954, dan operasi Negasi di Nassau pada 1954-1955.
Namun, pada 1956 program tersebut dibatalkan ketika Inggris mulai meninggalkan penggunaan senjata biologis dan kimia.
Senjata biologis juga bagian dari kelas senjata pemusnah massal seperti senjata kimia, nuklir, dan radiologis. Penggunaan senjata biologis sangat berbahaya karena akan menimbulkan dampak yang mengerikan pada dunia.
Walaupun memiliki tingkat risiko tinggi dan berbahaya, namun beberapa negara tercatat pernah memiliki laboratorium penelitian tentang senjata biologis.
Berikut beberapa negara yang pernah memiliki laboratorium senjata biologis:
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat memulai penelitian senjata biologis pada 1943 atas perintah Presiden Franklin Roosevelt.
Amerika Serikat memiliki laboratorium penelitian senjata biologis bernama US Army Biological Warfare Laboratories.
Laboratorium ini beroperasi di Fort Detrick, Maryland, Amerika Serikat, mulai tahun 1943 di bawah kendali Komando Penelitian dan Pengembangan Korps Kimia Angkatan Darat AS.
Penelitian Korps Kimia Angkatan Darat AS ini mengembangkan biocontainment, dekontaminasi, dan sterilisasi gas, serta produksi agen pemurnian program perang biologis AS. Namun, sayangnya pada 1969 penelitian ini dihentikan dan laboratorium ditutup.
Yang terbaru, Amerika Serikat dituduh memiliki laboratorium senjata biologis di Ukraina. Dalam hal ini, AS bekerja sama dengan Ukraina untuk mencegah pasukan Rusia menyerbu dan mengambil alih bahan penelitian biologis yang berada di laboratorium tersebut.
2. Uni Soviet
Sebelum runtuh, Uni Soviet pernah mengembangkan program senjata biologis pada tahun 1920-an hingga 1992. Ada dugaan program itu dilanjutkan oleh Rusia.
Pada tahun 1960, banyak fasilitas laboratorium senjata biologis di seluruh wilayah Uni Soviet.
Sepanjang sejarahnya, Uni Soviet diketahui telah menimbun 11 bio agen dan mengejar penelitian senjata biologis lain.
Uni Soviet memiliki agen bernama The All Union Science Production Association Biopreparat yang dibentuk pada April 1974.
Biopreparat ini menjadi pelopor program biologis dengan memiliki banyak fasilitas seperti 3 pabrik percontohan dan 5 pabrik produksi penggunaan ganda.
Biopreparat mengejar program R&D yang secara genetik merekayasa strain mikroba agar tahan terhadap berbagai antibiotik.
3. Inggris
Selama Perang Dunia II, para ilmuwan Inggris mempelajari penggunaan senjata biologis. Pengembangan senjata biologis Inggris berlanjut pada 1950 dengan tes wabah brucellosis, tularemia, dan virus vaccinia.
Secara singkat, lima uji coba senjata biologis Inggris berlangsung di laut menggunakan awan aerosol dan hewan sebagai objek eksperimennya.
Yang pertama, operasi Harness di Antigua pada 1948 hingga 1949, kemudian operasi Cauldron dari Stornoway pada 1952, operasi Hesperus di Stornoway pada 1953, operasi Ozon di Nassau pada 1954, dan operasi Negasi di Nassau pada 1954-1955.
Namun, pada 1956 program tersebut dibatalkan ketika Inggris mulai meninggalkan penggunaan senjata biologis dan kimia.
(min)