Bencana Nuklir Bisa Terjadi, Warga Ukraina Blokade Jalan ke PLTN Terbesar di Eropa
loading...
A
A
A
KIEV - Warga Ukraina telah memblokade jalan menuju pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di Eropa yang ada di negara itu.
Rusia memperingatkan tindakan itu berisiko memicu bencana Chernobyl lainnya saat pasukan bergerak maju di daerah tersebut.
Rekaman video yang diposting di media sosial menunjukkan warga Ukraina membangun penghalang jalan darurat dengan truk, mobil bekas, dan tumpukan ban.
Ratusan orang terekam sedang berkumpul di jalan utama menuju kota Enerhodar, tepat di sebelah selatan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang besar.
Klip, yang diambil dari drone, juga menunjukkan barikade panjang karung pasir yang dipasang melintasi jalur kereta api dan jalan paralel yang diyakini mengarah ke kota.
Gambar-gambar pertahanan dirilis ketika Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko memperingatkan bahwa baku tembak yang akan datang di sekitar Enerhodar dapat berujung pada amunisi yang secara tidak sengaja mengenai PLTN Zaporizhzhia.
Namun, Rusia mengklaim bahwa militernya telah menguasai daerah sekitar PLTN di sungai Dnieper di tenggara Ukraina saat mereka bergerak dari selatan negara itu.
Tapi Geraschenko meminta jenderal Rusia untuk melewati Zaporizhzhia di utara PLTN, mengklaim bahwa kemungkinan pertempuran sengit di daerah itu dapat mengakibatkan kecelakaan nuklir.
Menulis di halaman Facebook-nya, dia berkata, “Karena kegilaan Putin, Eropa kembali berada di ambang bencana nuklir. Kota di mana pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa berada sedang mempersiapkan pertempuran dengan penjajah.”
“Kecelakaan bisa terjadi seperti di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl atau pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Jenderal Rusia, pikirkan lagi! Radiasi tidak mengenal kebangsaan, (itu) tidak mengasihi siapa pun!” tegas dia.
Pembangkit nuklir Zaporizhzhia diyakini sebagai reaktor nuklir terbesar di Eropa, serta di antara 10 besar terbesar di dunia.
PLTN itu aktif pada pertengahan tahun delapan puluhan. Terdiri dari enam dari 15 reaktor Ukraina, pembangkit ini menghasilkan hampir setengah dari listrik negara itu.
PLTN itu juga memiliki depot penyimpanan untuk bahan bakar nuklir bekas.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir global, mengatakan telah menerima surat dari Rusia yang mengatakan personel di pabrik Zaporizhzhia melanjutkan "pekerjaan mereka dalam menyediakan keselamatan nuklir dan memantau radiasi dalam mode operasi normal."
Surat itu menambahkan, "Tingkat radiasi tetap normal."
Sementara serangan langsung ke pembangkit tidak mungkin terjadi, para ahli juga menyuarakan keprihatinan bahwa keselamatan dapat dikompromikan atau risiko kecelakaan akan meningkat, baik jika staf kesulitan mencapai pembangkit atau ada gangguan berkepanjangan pada pasokan listrik yang diperlukan untuk menjaga batang bahan bakar tetap dingin.
Pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki generator diesel sebagai catu daya cadangan, mereka juga mengandalkan pengiriman bahan bakar, yang dapat terganggu selama pertempuran sengit.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengakui "sangat prihatin" tentang aktivitas militer di dekat PLTN itu.
“Ini adalah pertama kalinya konflik militer terjadi di tengah fasilitas program nuklir yang besar dan mapan,” ungkap dia.
Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang dinonaktifkan, tempat bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986. Hal ini menyebabkan kementerian luar negeri Ukraina memperingatkan kemungkinan "bencana ekologis lain".
Tingkat radiasi normal di daerah itu sedikit meningkat, tampaknya karena aktivitas militer di daerah itu mengganggu tanah yang sudah tercemar radiasi.
IAEA mengatakan mereka telah menerima permintaan dari Ukraina untuk "memberikan bantuan segera dalam mengkoordinasikan kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan" Chernobyl dan situs lainnya.
Rusia memperingatkan tindakan itu berisiko memicu bencana Chernobyl lainnya saat pasukan bergerak maju di daerah tersebut.
Rekaman video yang diposting di media sosial menunjukkan warga Ukraina membangun penghalang jalan darurat dengan truk, mobil bekas, dan tumpukan ban.
Ratusan orang terekam sedang berkumpul di jalan utama menuju kota Enerhodar, tepat di sebelah selatan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang besar.
Klip, yang diambil dari drone, juga menunjukkan barikade panjang karung pasir yang dipasang melintasi jalur kereta api dan jalan paralel yang diyakini mengarah ke kota.
Gambar-gambar pertahanan dirilis ketika Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko memperingatkan bahwa baku tembak yang akan datang di sekitar Enerhodar dapat berujung pada amunisi yang secara tidak sengaja mengenai PLTN Zaporizhzhia.
Namun, Rusia mengklaim bahwa militernya telah menguasai daerah sekitar PLTN di sungai Dnieper di tenggara Ukraina saat mereka bergerak dari selatan negara itu.
Tapi Geraschenko meminta jenderal Rusia untuk melewati Zaporizhzhia di utara PLTN, mengklaim bahwa kemungkinan pertempuran sengit di daerah itu dapat mengakibatkan kecelakaan nuklir.
Menulis di halaman Facebook-nya, dia berkata, “Karena kegilaan Putin, Eropa kembali berada di ambang bencana nuklir. Kota di mana pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa berada sedang mempersiapkan pertempuran dengan penjajah.”
“Kecelakaan bisa terjadi seperti di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl atau pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Jenderal Rusia, pikirkan lagi! Radiasi tidak mengenal kebangsaan, (itu) tidak mengasihi siapa pun!” tegas dia.
Pembangkit nuklir Zaporizhzhia diyakini sebagai reaktor nuklir terbesar di Eropa, serta di antara 10 besar terbesar di dunia.
PLTN itu aktif pada pertengahan tahun delapan puluhan. Terdiri dari enam dari 15 reaktor Ukraina, pembangkit ini menghasilkan hampir setengah dari listrik negara itu.
PLTN itu juga memiliki depot penyimpanan untuk bahan bakar nuklir bekas.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir global, mengatakan telah menerima surat dari Rusia yang mengatakan personel di pabrik Zaporizhzhia melanjutkan "pekerjaan mereka dalam menyediakan keselamatan nuklir dan memantau radiasi dalam mode operasi normal."
Surat itu menambahkan, "Tingkat radiasi tetap normal."
Sementara serangan langsung ke pembangkit tidak mungkin terjadi, para ahli juga menyuarakan keprihatinan bahwa keselamatan dapat dikompromikan atau risiko kecelakaan akan meningkat, baik jika staf kesulitan mencapai pembangkit atau ada gangguan berkepanjangan pada pasokan listrik yang diperlukan untuk menjaga batang bahan bakar tetap dingin.
Pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki generator diesel sebagai catu daya cadangan, mereka juga mengandalkan pengiriman bahan bakar, yang dapat terganggu selama pertempuran sengit.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengakui "sangat prihatin" tentang aktivitas militer di dekat PLTN itu.
“Ini adalah pertama kalinya konflik militer terjadi di tengah fasilitas program nuklir yang besar dan mapan,” ungkap dia.
Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang dinonaktifkan, tempat bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986. Hal ini menyebabkan kementerian luar negeri Ukraina memperingatkan kemungkinan "bencana ekologis lain".
Tingkat radiasi normal di daerah itu sedikit meningkat, tampaknya karena aktivitas militer di daerah itu mengganggu tanah yang sudah tercemar radiasi.
IAEA mengatakan mereka telah menerima permintaan dari Ukraina untuk "memberikan bantuan segera dalam mengkoordinasikan kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan" Chernobyl dan situs lainnya.
(sya)